Banyak Kapal Asing, Nelayan Lokal Natuna Resah Tak Berdaya di Laut Sendiri

  • Oleh : Dirham

Kamis, 18/Nov/2021 08:52 WIB
Nelayan di Natuna mengeluhkan kehadiran kapal asing yang ikut menangkap ikan di laut kita.  Nelayan di Natuna mengeluhkan kehadiran kapal asing yang ikut menangkap ikan di laut kita. 

NATUNA (BeritaTrans.com) -  Erwin, baru menginjak darat lagi Kamis pekan terakhir Oktober lalu. Nelayan Natuna ini biasa ikut di kapal rekannya untuk melaut. Erwin berangkat dari Pelabuhan Teluk Baruk, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, 16 Oktober.

Lebih dari sepuluh hari Erwin melaut. Kapal Erwin bergerak ke arah timur Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan Malaysia. Beberapa hari kapal berada di sekitar sana. Setelah itu, kapal naik ke utara.

Baca Juga:
Cerita Nelayan Natuna, Terjepit Antara Kapal Asing dan Kapal Cantrang

Cuaca cukup bersahabat saat Erwin melaut. Tak ada ombak besar yang menghantam. Namun, arus permukaan dan dasar laut cukup deras mencapai 1,8 knot.

"Dalam 12 hari kemarin cuaca teduh, kaya di kolam gitu, enggak terlalu besar gelombangnya," kata Erwin, beberapa waktu lalu.

Erwin mengaku kembali bertemu kapal-kapal nelayan asing dalam pelayaran itu. Ia menduga kapal itu milik nelayan Vietnam yang ia jumpai saat siang dan malam hari di lokasi yang berbeda.

Kapal-kapal dengan alat tangkap trawl tersebut terpantau merampok ikan di wilayah yang masih masuk dalam ZEE Indonesia pada 25 sampai 26 Oktober. 

Trawl adalah jala raksasa yang digerakkan dengan mesin. Jala ini bisa meluncur di dasar laut untuk menjaring ikan dalam jumlah massif. 

Tak cuma ikan, terumbu karang juga dipastikan bakal hancur terjaring alat tangkap yang kerap disebut pukat harimau ini. Ikan yang masih kecil-kecil juga akan tertangkap jaring ini sehingga penggunaan alat ini sama sekali mengabaikan asas keberlanjutan.

"Ada banyak kapalnya cuma satu aja yang aku video, yang lain itu ada enam kapal, malam, enggak bisa di video. Di (titik) 59 ada empat kapal. Total ada 11 kapal," ujarnya.

Meskipun cuaca bersahabat, hasil tangkapnya sekitar 500 kilogram. Jumlah yang bisa dibilang tak banyak. Selain itu, ikan yang sampai ke pelabuhan juga banyak yang kurang bagus lantaran es yang mereka bawa kurang.

Tak hanya Erwin, nelayan Natuna lainnya juga masih bertemu kapal ikan Vietnam awal bulan ini. Nelayan dari Pelabuhan Pering/Lubuk Lumbang itu melihat sekitar 8 kapal berbendera Vietnam.

Dari video yang dibagikan Ketua Rukun Nelayan Lubuk Lumbang, Kelurahan Bandarsyah, Bunguran Timur Herman, terlihat dua kapal nelayan Vietnam.

Kapal yang terekam beraktivitas pada 4 November itu tengah menarik trawl, alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan. Kemudian 5 November, kapal Vietnam lainnya terpantau berada di titik yang sama.

Herman mengatakan kapal ikan Vietnam semakin marak menjarah ikan di Laut Natuna dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, kehadiran kapal-kapal negara tetangga itu tak lepas dari minimnya patroli TNI AL, Bakamla, hingga Ditjen PSDKP KKP.

"Kalau petugas pengawas kita tidak ada posisi di perbatasan, itu kapal asing itu dia pasti ada ke wilayah kita. Kalau pengawas kita ada kayak KRI, Bakamla, ada stand by di perbatasan, mereka tidak berani," ujar Herman.

Menurut Herman, serbuan nelayan Vietnam ini telah membuat harga diri Indonesia hilang. Ia menyebut ada mafia di perairan Natuna, sehingga kapal-kapal ikan asing, termasuk Vietnam bebas mencuri ikan ke wilayah ZEE Indonesia hingga landasan kontinen.

"Kapal ikan asing sengaja dipelihara sama oknum. Laut Natuna banyak mafianya," katanya.

Herman enggan mengungkap siapa mafia di Laut Natuna. Ia baru mau membongkarnya jika Presiden Joko Widodo yang bertanya langsung. Menurutnya, para nelayan ingin berdialog langsung dengan Jokowi.

"Itu harapan kami nelayan Natuna. Kami kepengin berdialog dengan presiden, kenapa KIA (kapal ikan asing) selalu beroperasi di laut Natuna, ada apa?" ujarnya.

Kalah Jumlah, Kalah Canggih

Zali Wardi tengah memperbaiki pompong alias kapalnya siang itu. Ia dibantu beberapa kerabatnya. Sudah sepekan lebih Zali tak melaut karena menunggu kapalnya selesai ditangani.

Zali merupakan salah satu nelayan Natuna yang menangkap ikan sampai ke utara ZEE Indonesia. Ia selalu bertemu kapal Vietnam di perairan Natuna. Menurutnya, kapal Vietnam ini mencuri ikan di sekitar kapalnya membuang jangkar.

Namun, ia tak kuasa melarang nelayan-nelayan Vietnam. Selain ukuran kapal mereka yang lebih besar, mencapai 200 GT, jumlah kapal nelayan Vietnam ini bisa mencapai ratusan kapal. Alat tangkapnya, kata Zali, juga lebih canggih dari kapal-kapal nelayan Natuna.

Kapal Vietnam umumnya memakai alat tangkap trawl. Cara kerjanya, satu atau dua kapal menarik alat tersebut dari satu titik ke titik lain mengejar gerombolan ikan sehingga masuk ke jaring. Alat tersebut mampu mengeruk ikan dalam jumlah banyak.

Sementara nelayan Natuna mayoritas menggunakan pancing ulur dengan pemberat. Alat tangkap ini sangat sederhana. Mereka akan melego kapal di titik tertentu. Kemudian tali pancing yang berisi sejumlah mata kail dengan pemberat langsung dilempar ke laut. Mereka menunggu beberapa detik sebelum pancing tersebut ditarik.

Jika semua nelayan menangkap dengan pancing ulur, Zali percaya ikan-ikan di Natuna tak akan habis tujuh turunan. Menurutnya, keberadaan nelayan Vietnam membuat ikan di perairan utara Natuna kosong.

"Kalau kita pas lagi operasi, pas ada kapal Vietnam, hasilnya kita enggak (ada), percuma kita kerja, ikan enggak ada. Terpaksa kita jauh dari dia. Kalau pas ada dia, ikannya kosong," kata Zali. (ds/sumber CNNIndonesia.com)