Batang Maksimalkan Teknologi Informasi, Siapkan Peta Digital Cagar Budaya

  • Oleh : Taryani

Selasa, 23/Nov/2021 09:43 WIB
Memanfaatkan Teknologi Informasi Kabupaten Batang siapkan peta digital. (Ist.) Memanfaatkan Teknologi Informasi Kabupaten Batang siapkan peta digital. (Ist.)

BATANG (BeritaTrans.com) – Akses informasi publik semakin dimudahkan dengan dukungan teknologi. Termasuk informasi digital tentang peta cagar budaya di wilayah Batang.

Cerita dan lokasi pelbagai situs bersejarah dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi Batang Region.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Batang, Triossy Juniarto mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta para pemerhati sejarah setempat menyusun peta digital cagar budaya.

Tujuannya,  memudahkan penyampaian informasi kepada masyarakat tentang situs-situs benda bersejarah di Kabupaten Batang.

“Batang Region itu banyak memuat hal-hal yang ada di Batang. Di antaranya rumah makan, rumah sakit, tempat wisata dan hal unik lainnya. Dan masih terbuka untuk menampilkan situs-situs kebudayaan Batang,” terangnya.

Ia menambahkan, sangat penting bagi generasi milenial mempelajari sejarah,  karena kehidupan masa kini tidak lepas dari sejarah peradaban manusia masa lampau.

“Terutama anak-anak usia sekolah dan mahasiswa, sehingga pengetahuan kesejarahan makin lengkap dan bisa menghargai hasil karya para leluhur,” tandasnya, Senin (22/11/2021).

Pemerhati benda cagar budaya, Nurrochim menyampaikan, selama ini pendataan informasi situs-situs kepurbakalaan hanya tersimpan secara manual, sehingga kemungkinan adanya kerusakan dan kehilangan cukup besar.

“Kondisi situs dari tahun ke tahun bisa berubah. Contohnya mungkin ada goresan karena terpapar benda tajam. Tapi ketika melihat gambar aslinya di peta digital bisa melihat sumber tahun pengambilannya lengkap,” ungkapnya.

Ia menyayangkan apabila pendataan hanya dilakukan secara manual akan terjadi pengulangan serupa. Tetapi jika informasinya tersimpan secara digital pendataan tidak perlu dilakukan berulang-ulang.

Selain itu benda-benda cagar budaya yang tersimpan secara fisik maupun digital akan terlindung dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

“Kalau sekarang para peneliti menyimpan datanya secara konvensional. Tapi ketika disimpan dalam sebuah aplikasi informasi akan terdata semua,” ujar Nurrochim.

Dijelaskan, pendataan dapat diawali dengan situs-situs kepurbakalaan dari masa klasik, masa Islam, dan masa kolonial.

Data tersebut nantinya bisa disimpan dalam bentuk kode batang (barcode) sebagai konsep eduwisata cagar budaya.

Di Gringsing dan Plelen bisa dilihat banyak bangunan masa kolonial seperti rumah-rumah di sepanjang jalan arah PTPN IX.

Pada masa Islam banyak masjid kuno, makam Wonobodro, kitab Tarajumah dan lainnya. (tr)