Uni Eropa Ingin Setop Penerbangan dari Wilayah Selatan Afrika Karena Varian Baru COVID

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 27/Nov/2021 08:46 WIB
Penumpang di Bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy, utara Paris, Prancis. Uni Eropa mengatakan, Jumat (26/11), blok itu sedang mempertimbangkan untuk menghentikan perjalanan udara dari wilayah selatan benua Afrika untuk menghindari penyebaran varian baru COVID-19. Foto: voaindonesia.com. Penumpang di Bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy, utara Paris, Prancis. Uni Eropa mengatakan, Jumat (26/11), blok itu sedang mempertimbangkan untuk menghentikan perjalanan udara dari wilayah selatan benua Afrika untuk menghindari penyebaran varian baru COVID-19. Foto: voaindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Presiden Komisi Uni Eropa mengatakan, Jumat (26/11/2021), blok itu sedang mempertimbangkan untuk menghentikan perjalanan udara dari wilayah selatan benua Afrika untuk menghindari penyebaran varian baru COVID-19.

Ursula von der Leyen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia mengusulkan agar negara-negara anggota Uni Eropa menjalin koordinasi erat untuk menghentikan perjalanan udara dari wilayah selatan Afrika.

Baca Juga:
Kepala Satgas Covid-19 Jelaskan Pemicu Antrean PCR di Bandara Soekarno-Hatta Membludak

Varian virus corona baru telah terdeteksi di Afrika Selatan yang menurut para ilmuwan mengkhawatirkan karena tingkat mutasinya yang tinggi dan penyebarannya yang cepat di kalangan anak muda di Gauteng, provinsi terpadat di negara itu.

Lonjakan keempat virus corona sangat memukul Uni Eropa. Pemerintah-pemerintah di blok beranggotakan 27 negara itu berlomba untuk memperketat pembatasan dalam upaya menahan penyebarannya. Usulan larangan terbang muncul setelah tindakan serupa diambil Inggris, Kamis.

Baca Juga:
Bahrain Cabut Aturan PCR dan Karantina bagi Pelaku Perjalanan Internasional

Inggris mengumumkan bahwa mereka melarang penerbangan dari Afrika Selatan, dan lima negara lain di wilayah selatan Afrika, efektif mulai Jumat siang. Siapa pun yang baru saja tiba dari negara-negara itu akan diminta untuk melakukan tes virus corona.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan ada kekhawatiran bahwa varian baru mungkin lebih mudah menular daripada galur delta yang dominan, dan vaksin yang dimiliki Inggris saat ini mungkin kurang efektif untuk melawannya.

Baca Juga:
15 Petugas Medis di Bandara Soekarno-Hatta Terpapar Omicron

Virus corona berevolusi saat menyebar dan menghasilkan banyak varian baru. Para ilmuwan memantau kemungkinan perubahan yang bisa lebih menular atau mematikan.

Saat ini diidentifikasi sebagai B.1.1.529, varian baru itu juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong di kalangan para pelancong dari Afrika Selatan.

Kelompok kerja teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan bertemu Jumat untuk mengevaluasi varian baru itu dan kemungkinan akan memutuskan apakah akan memberinya nama dari abjad Yunani. (dn/sumber: voaindonesia.com)