Omicron: Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Varian Corona Baru

  • Oleh : Redaksi

Senin, 29/Nov/2021 21:17 WIB
Pemeriksaan Covid-19 berdasarkan swab antigen.(Ist) Pemeriksaan Covid-19 berdasarkan swab antigen.(Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Mulai Senin (29/11), pemerintah Indonesia melarang orang asing dengan riwayat perjalanan dari negara-negara Afrika bagian selatan dan Hongkong masuk ke wilayah Indonesia demi mencegah varian baru Covid-19. Varian baru yang diberi nama Omicron ini dikhawatirkan menimbulkan risiko lebih besar, meskipun belum ada penelitian tuntas. 

Berikut hal-hal yang kita ketahui sejauh ini tentang varian baru Omicron. 

Baca Juga:
WHO Tetapkan DKI di Level 3 Transmisi COVID-19!

Apa itu varian Omicron? 

Varian dengan kode B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. 

Baca Juga:
Ini Sub-Varian Omicron BA.4 & BA.5 yang Bikin Naiknya Covid, Waspada!

Dua hari kemudian, tim peneliti independen Technical Advisory Group on SARS-COV-2 Virus Evolution (TAG-VE) melakukan penilaian dan memasukkan varian baru ini ke dalam kategori Variant of Concern (VOC). 

"Berdasarkan bukti yang disajikan, mengindikasikan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi Covid-19, TAG-VE telah menyarankan kepada WHO bahwa varian ini harus ditetapkan sebagai VOC, dan WHO telah menetapkan B.1.1.529 ke dalam VOC, dengan nama Omicron," tulis keterangan WHO. Omicron adalah huruf ke-15 dalam alfabet Yunani.

Baca Juga:
Bebas Visa Wisata Indonesia untuk 43 Negara saat Muncul Covid Subvarian XE dan Karantina dari Luar Negeri Dihapus, Epidemiolog Nilai Pemerintah `Kurang Hati-Hati`

VOC merupakan kategori tertinggi bagi varian virus Covid-19 terkait dengan penularan, gejala penyakit, risiko menginfeksi ulang, dan mempengaruhi kinerja vaksin. Sebelumnya, varian virus yang dikenal cepat menyebar yaitu Alpha, Beta, Gamma dan Delta masuk ke dalam kategori ini. 

Apa beda varian Omicron dengan varian-varian sebelumnya? 

Vaksinasi Covid-19.

Varian Omicron memiliki sekitar 30 mutasi yang terjadi pada protein spike. Bagian virus yang menyerupai tonjolan paku ini digunakan virus untuk mengikat sel pada tubuh manusia. 

"Dan ini mutasi paling banyak, dari varian yang selama ini sudah ada," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama kepada wartawan, Ahad (28/11/2021). 

Tim peneliti hanya butuh waktu 17 hari untuk menempatkan Varian Omicron ke kategori VOC. Pada varian-varian sebelumnya, tim peneliti membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk meneliti dan menetapkan pada kategori VOC. 

Misalnya, varian Delta yang ditemukan di India pada Oktober 2020. WHO kemudian memasukkan varian ini ke kategori VOC pada 11 Mei 2021. 

Sejauh mana Omicron mempengaruhi kinerja vaksin? 

Kemunculan varian Omicron membawa kekhawatiran pada kinerja vaksin yang selama ini sudah disuntikkan pada masyarakat. Ada kemungkinan, nilai kemanjuran vaksin sudah tidak ada lagi ketika orang terinfeksi Omicron, atau sebaliknya. 

Namun, sejauh ini masih belum diketahui apakah mutasi protein spike pada Omicron ini akan mempengaruhi kinerja vaksin. 

"Walaupun datanya masih sedang dikejar (penelitiannya). Sudah banyak disebut-sebut adalah; satu dia lebih mudah menular, dan kedua dia lebih sering infeksi ulang," imbuh Prof Yoga. 

Apakah varian baru ini lebih ganas? 

Ahli virus dari Universitas Udhayana, Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika mengatakan sejauh ini belum ada data klinis yang menunjukkan varian baru ini membuat gejala berat pada pasien. Bagaimanapun, kemungkinan varian baru "lebih ganas dan kurang ganas" terhadap tubuh manusia. 

"Potensinya dua, yaitu lebih ganas dan kurang ganas. Jadi perubahan itu selalu dua arah, tak pernah satu arah," kata Prof I Gusti Ngurah Kadek Mahardika. 

Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan data lebih lanjut seperti uji tantang pada hewan coba, termasuk "data klinis dari pasien, baru kita bisa berasosiasi dengan patologi dan gejala klinis, dan juga keganasan virus". 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sejauh ini dampak dari varian baru Covid-19 ini belum terkonfirmasi. 

Mengapa varian baru virus corona terus muncul? Laura Foster menjelaskan. 

"Jadi, tiga kelompok bahaya; meningkatkan keparahan, meningkatkan transmisi, mengelak, menurunkan kemampuan dari infeksi dan vaksinasi." 

"Untuk yang pertama, belum ada konfirmasi, untuk yang kedua, ketiga kemungkinan besar iya. Tapi belum konfirmasi sekali lagi. karena sedang diteliti terus oleh para ahli," kata Menkes Budi dalam keterangan kepada pers. 

Bagaimana risiko Omicron masuk ke Indonesia? 

Kemenkes mencatat sembilan negara terkonfirmasi varian Omicron dengan 128 kasus. Di antaranya sebagian negara bagian Afrika Selatan, Hongkong, Inggris, Italia, dan Belgia. 

"Jadi total 13 negara. Sembilan pasti ada. Empat masih kemungkinan ada," kata Menkes Budi. 

Untuk negara-negara yang sudah terkonfirmasi ada, yang paling banyak penerbangan ke Indonesia adalah "Hongkong, Italia, Inggris, baru Afrika Selatan." 

"Untuk negara-negara yang kemungkinan ada, paling besar dari Belanda, Jerman," kata Menkes Budi. 

Apa langkah yang diambil pemerintah?

Mulai Senin (28/11), pemerintah Indonesia mengumumkan orang asing yang memiliki riwayat perjalanan dari sejumlah negara di Afrika bagian selatan dilarang masuk wilayah Indonesia. Negara itu adalah Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Zimbabwe, Lesotho, Mozambique, Eswatini, Nigeria ditambah Hongkong. 

Pemerintah juga menghentikan sementara pemberian visa kunjungan dan visa tinggal terbatas bagi warga negara-negara tersebut. 

"Jika ada orang asing yang pernah berkunjung ke negara-negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari ke belakang, maka akan langsung ditolak masuk Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi," kata Kabag Humas dan Umum Ditjen Imigrasi, Arya Pradhana Anggakara dalam siaran pers. 

Namun, bagi WNI yang dalam waktu 14 hari pernah melakukan kunjungan/transit ke negara-negara tersebut akan diperlakukan protokol kesehatan berupa karantina 14x24 jam dengan dua kali tes PCR. 

"Kita akan pastikan semua kantor karantina pelabuhan udara, laut dan darat bekerja dengan keras, kebijakan kita semua kedatangan internasional, semua kita tes PCR, kalau positif, akan di-genome sequencing," kata Menkes Budi. Genome sequencing, atau pengurutan gen, adalah proses untuk mengetahui 'identitas' virus dari materi genetiknya. 

"Sampai sekarang di Indonesia belum teramati adanya varian Omicron ini," Menkes Budi menambahkan. 

Bagaimana protokol kunjungan dari negara lain? 

Sejauh ini, pemerintah belum menutup perjalanan dari negara lain meskipun virus ini telah terdeteksi di sejumlah negara seperti Italia, Belgia, dan Inggris. 

WNI dan warga asing yang melakukan perjalanan dari negara tersebut diwajibkan menjalankan karantina selama 7x24 jam dengan dua kali tes PCR. 

Saat ditanya wartawan dalam jumpa pers hari Ahad (28/11/2021), Menko bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan akan melihat perkembangannya ke depan. 

"Kita akan evaluasi perkembangannya secara cermat. Jadi, kita juga tidak perlu terlalu takut, terlalu terburu-buru, untuk bereaksi, karena masih banyak yang kita tidak tahu dan kita paham mengenai Omicron. Jadi evaluasi akan kita lakukan terus secara berkala mengenai ini," kata Menko Luhut. 

Kenapa varian baru Covid-19 terus ada? 

Penasihat senior Direktur Jenderal WHO, Diah Saminarsih, mengatakan laporan varian baru ini "adalah peringatan keras bahwa pandemi itu belum selesai". 

Menurut Diah, varian baru terus bermunculan dengan mutasinya dikarenakan cakupan vaksinasi yang rendah. Dalam rendahnya tingkat vaksinasi, ada peluang bagi virus untuk membentuk varian baru. 

"Negara di Afrika, cakupan vaksinnya barangkali 4-6%. Sangat rendah. Kenapa bisa rendah? Karena dia tidak kebagian akses kepada vaksin... Jadi ini, ketimpangan vaksin, akibatnya seperti ini," kata Diah. 

Sejauh ini, cakupan vaksin di Indonesia per 27 September mencapai 44,97%. Menurut Diah, angka tersebut "masih jauh vaksinasinya, sampai pada kondisi yang cukup aman, untuk bisa mencegah varian baru ini menulari kita." 

Dengan temuan varian baru ini, WHO menyerukan pentingnya pengawasan terus menerus perkembangan Covid-19 melalui pengetesan dan pelacakan kontak erat. 

"Itu enggak bisa enggak. Harus dikerjakan secara luas. Dan kemudian melakukan genome sequencing," kata Diah. 

Kapan mutasi virus akan berakhir? 

Pasien saat terpaksa menunggu di teras sebuah rumah sakit di Surabaya untuk mendapat perawatan di Instalasi Gawat Darurat, 11 Juli 2021. 

Prof Kadek Mahardika mengatakan virus akan bermutasi "selamanya". Namun, ia menekankan kembali bahwa potensi mutasi virus mengarah pada lebih ganas dan menjadi kurang ganas. 

Jika ditemukan bahwa mutasi ini membuat virus menjadi kurang ganas, ini bisa jadi penanda berakhirnya pandemi Covid-19. Ia menyandingkan kasus Covid-19 dengan Flu Spanyol. 

"Dan mohon diingat 100 tahun yang lalu, pandemi Spanyol berakhir karena mutasi virus. Jadi virusnya menjadi musiman... Jika benar, ini tanda akhir pandemi, persis terjadi 100 tahun lalu," kata Prof Kadek Mahardika.(fh/sumber:BBCcom)