KNKT: Ngantuk Menjadi Faktor Penyebab Kecelakaan di Jalan Tol, Jangan Paksakan Diri!

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 30/Nov/2021 17:14 WIB
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Thanjono saat pembukaan Forum Tematik Bakohumas Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Thanjono saat pembukaan Forum Tematik Bakohumas "Keselamatan Jalan Tol" di Jakarta, Selasa (30/11/2021).

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta pengendara di Jalan Tol untuk berkondisi fit atau tidak mengantuk. Hal itu untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan. 

Menurut Soerjanto Thanjono, kecelakaan yang sering terjadi belakangan ini ialah karena faktor internal seperti fatique atau mengantuknya pengguna jalan tol. 

Baca Juga:
Tol Bayung Lencir-Tempino-Jambi Bakal Rampung Awal 2025

"Kita lebih mawas diri, lebih jujur. Kalau ngantuk ya harus istirahat. Musuhnya ngantuk ya tidur," kata Soerjanto pada kegiatan pembahasan Forum Tematik Bakohumas "Keselamatan Jalan Tol" di Jakarta, Selasa (30/11/2021). 

Dia menceritakan, jika pengendara saat perjalanan merasa lelah atau sudah di batas waktu maksimum dalam berkendara, maka pengemudi harus beristirahat. Dia juga meminta agar nantinya setiap hotel atau rest area agar dilengkapi tempat peristirahatan bagi pengemudi kendaraan besar seperti truk. 

Baca Juga:
Arus Mudik Lebaran, 79.000 Kendaraan Lintasi Jalan Tol Sigli-Banda Aceh

Pengendara di jalan tol, juga diimbaunya untuk tidak meminum minuman energi. Menurutnya, jika meminum minuman energi, memang fisik terasa segar namun secara mental setiap manusia pasti sudah lelah. 

"Kalau kita paksakan dan mencoba meminum minuman berenergi, berarti kita memaksakan diri kita," ujarnya. 

Baca Juga:
Pembangunan Akses Tol BORR dari OCBD Ditargetkan Rampung Juli 2024

Dia menjelaskan, banyak kejadian kecelakaan sudah terjadi sewaktu ditanya "tidak mengantuk" namun ketika ada kejadian pengendara tidak bisa beraksi untuk tidak mengendalikan kendaraannya. 

"Fisiknya terasa segar, sensoriknya melihat, tetapi motoriknya tidak merespon. Ini yang masalahnya faktor internal kecelakaan," katanya. 

Waktu atau jam-jam kecelakaan juga disebutkan, menurut data yang dibeberkan Soerjanto, kecelakaan sering terjadi antara pukul 00.00 hingga 06.00 pada pagi hari dan 10.00-13.00 pada waktu siang. 

"Kecelakaan yang sering terjadi belakangan ini (kecelakaan tunggal Artis Vanesha Angel dan Suami) ialah siang hari, ngantuknya orang di jalan Tol," bebernya. 

Dia juga menjelaskan ada faktor eksternal terjadinya kecelakaan di jalan tol. Soerjanto menceritakan bahwa seperti yang ada di jalan tol Bakauheni hingga Palembang atau Lampung. 

"Tol Sumatera itu jalannya bagus, tapi kalau siang membuat ngantuk, kalau malam gelap," katanya. 

Pihaknya juga dijelaskan saat ini sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat untuk membuat imbauan atau gambar-gambar sepanjang jalan untuk menarik minat pengguna jalan. Dia mencontohkan, bahwa di Lampung terkenal dengan kopi atau tempat wisata, maka itu harus dihadirkan di jalan tol agar pengguna jalan bisa lebih terhibur dan tidak mengantuk. 

"Kita ajak pemda setempat, mempublikasikan pemasangan hal-hal menarik- ada tempat rekreasi atau kopi lampung dan durian, yang menawarkan biar pengguna jalan tidak jenuh. Hal itu mengurangi kecelakaan masalah nagantuk atau tilik ini," katanya. 

Diungkapkannya juga  KNKT sudah menyediakan fasilitas permandian air panas di rest area untuk digunakan pengemudi kendaraan saat melintasi Tol Cipali. Hal itu, dimaksudkan untuk mengantisiasi sekaligus mengurangi angka kecelakaan di jalan tol tersebut.  

"Menyediakan penyedia air panas bagi pengemudi truk. Menjadikan merka istirahat dan terbukti kalau dulu ada sebulan 35 kali kecelakaan tabrakan atau tunggal pun banyak. Sekarang kecelakaan di Cipali menurun sekitar hampir 50-60 persen," kata Soerjanto. 

Pihaknya dikatakan sudah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), untuk membuat  standart apa saja yang sebaiknya dilakukan mengatasi masalah mengantuk tersebut. 

Dia berencana tempat istirahat seperti hotel atau rest area dibikin menarik untuk disinggahi, hanya sekedar menggeraklan badan, ke toilet, sehingga pengemudi kembali fit atau rasa mengantuknya hilang. 

Masalah ekternal lain juga dikatakan masalah yang membuat kecelakaan ialah faktor terburu-buru. Seperti takut habis masa tiket penyeberangan bagi pengemudi truk. 

"Masalah eksternal, tiket kapal. Pengemudi truk takut tiketnya hangus, mereka sepanjang 200 km dipaksakan jalan, sehingga terjadi kecelakaan," katanya. 

Faktor eksternal tersebut dia sudah berkoordinasi dengan ASDP untuk memberikan relaksasi waktu. "Mungkin boleh terlambat, tapi tiketnya enggak hangus, sehinga pengeumdi tidak memaksakan terus berjalan," paparnya. 

Ke depan akan pihaknya juga akan memberi rekomendasi kepada BPJT, berdiskusi apa saja standar yang dilakukan agar agar kecelakaan di jalan Tol ini dikurangi. 

"Kita akan mengimbau ketika kendaraan masuk ke rest area. Petugas di rest area nantinya akan meminta pengecekan tekanan angin untuk menghindari pecah ban dan aqua planing," sambungnya. 

Soerjanto juga mengharapkan adanya rambu-rambu ketika hujan, yang akan mengatur batasan kecepatan agar tidak terjadi kesalahan berkendara. 

"Ketika musim hujan tiba, tekanan ban itu sangat oenting. Aqua planing itu angat rawan ketika mobil jalan terus. Akan terjadi kecelakaan tunggal dan mencelakkan pengendara jalan lain," ujarnya.(fahmi)