Indonesia Galang Dukungan Jelang Pemilihan Anggota Dewan IMO Kategori C

  • Oleh : Naomy

Selasa, 30/Nov/2021 18:58 WIB
Menhub dalam jamuan Diplomatik jelang Sidang IMO Menhub dalam jamuan Diplomatik jelang Sidang IMO

 

JAKARTA (BeritaTrans.com) – Indonesia kembali mencalonkan diri sebagai anggota Dewan International Maritime Organization (IMO) kategori C periode 2022-2023. 

Baca Juga:
Arus Balik dari Sumatera Menuju Jawa Melalui Penyeberangan Terpantau Lancar dan Terkendali

Sebagai langkah persiapan menuju pemilihan pada Sidang ke-32 Majelis IMO di London, Inggris, 6-15 Desember 2021, Kementerian Perhubungan menggalang dukungan dari negara-negara anggota IMO dengan menggelar acara resepsi diplomatik.

Hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan sejumlah Duta Besar dari negara-negara anggota IMO, yaitu: Dubes Tunisia Riadh Dridi, Duta Besar Mozambique Belmiro Jose Malate, Duta Besar Kamboja Iv Heang, Duta Besar Fiji Amenatave Vakasavuwaqa Yauvoli, dan perwakilan dari negara Iraq, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, Yemen, Iran, Bangladesh, Nigeria, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Baca Juga:
Puncak Arus Balik, Pemerintah Tambah Jumlah Perjalanan Kapal dan Kapasitas Rute Panjang-Ciwandan

“Indonesia siap kembali menjadi anggota Dewan IMO, untuk terus berkontribusi memajukan sektor maritim dan pelayaran yang aman, selamat, dan juga ramah lingkungan,” tegas Menhub.

Dia mengatakan, selama menjadi anggota Dewan IMO Kategori C, Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif bagi kemajuan sektor maritim global. 

Baca Juga:
Pastikan Kelancaran Arus Balik, Kemenhub Siapkan Kapal Rute Panjang-Ciwandan 12-18 April 2024

Seperti contohnya di masa pandemi, Indonesia menginisiasi diadopsinya resolusi majelis umum, untuk membantu para pelaut mengatasi tantangan dan kendala yang dihadapi akibat pandemi Covid-19. 

"Mengingat para pelaut berperan penting menjaga keberlangsungan distribusi logistik secara global," ungkapnya.

Untuk melindungi keselamatan pelaut, pihaknya berkomitmen mendukung kelancaran proses pergantian dan pemulangan kru kapal, dengan menyediakan sebelas pelabuhan di Indonesia untuk melakukan Crew Changes.

Inisiatif lainnya yang dilakukan Indonesia yaitu berkontribusi memastikan penegakan peraturan dan standar dalam keselamatan dan keamanan maritim, serta perlindungan lingkungan laut. 

Sebagai contoh, untuk peningkatan keamanan pelayaran lintas internasional, Indonesia telah menerapkan skema pemisahan lalu lintas di Selat Sunda dan Lombok, yang dilanjutkan dengan melakukan pemeliharaan navigasi internasional. 

"Selanjutnya, Indonesia juga terus melakukan upaya perlindungan lingkungan laut, pencegahan polusi dan pengurangan emisi di bidang pelayaran, melalui pemanfaatan energi terbarukan," imbuh dia.

Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis, yaitu berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang menjembatani Asia dan Australia. 

Oleh karena itu, sektor maritim memegang peran utama dalam menghubungkan nusantara, dalam rangka mendukung mobilitas orang maupun barang, serta melancarkan konektivitas maritim global.

Di dalam keanggotaan IMO, Indonesia masuk dalam kategori C yang merupakan perwakilan dari negara-negara yang mempunyai kepentingan khusus dalam angkutan laut dan mencerminkan pembagian perwakilan yang adil secara geografis.

Bersama dengan Singapura, Turki, Cyprus, Malta, Moroko, Mesir, Meksiko, Malaysia, Peru, Belgia, Chile, Philipina, Denmark, Afrika Selatan, Jamaika, Kenya, Thailand, Liberia dan Bahama.

Dengan menjadi anggota Dewan IMO, eksistensi Indonesia mendapat pengakuan dunia untuk turut menentukan kebijakan sektor transportasi laut dunia khususnya di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim. (omy)