Ilmuan AstraZeneca, Sarah Gilbert Ungkapkan: Vaksin Kurang Efektif Hadapi Omicron dan Pandemi ke Depan Bisa Lebih Mematikan

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 07/Des/2021 01:24 WIB
Foto:Ilustrasi Foto:Ilustrasi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ilmuwan penemu vaksin Oxford-AstraZeneca, Prof Dame Sarah Gilbert, mengingatkan kemungkinan bahwa pandemi yang terjadi di masa depan bisa lebih mematikan dibanding krisis Covid-19 saat ini. 

Menurut Gilbert, perlu disiapkan lebih banyak dana untuk kesiapsiagaan pandemi agar kesiapan yang telah terbangun selama pandemi Covid-19 tidak menjadi sia-sia. 

Baca Juga:
Buka Gerakan Pangan Murah, Pj Bupati Atam Asra: Tugas Kita Menjaga Ketersediaan Pangan Masyarakat

"Ini bukan terakhir kalinya sebuah virus mengancam hidup dan mata pencaharian kita. Sebetulnya, [pandemi] yang terjadi berikutnya bisa lebih buruk. Kemungkinannya bisa lebih menular, lebih mematikan, bahkan dua kemungkinan itu bisa terjadi bersamaan. 

"Kita tidak bisa mengabaikan situasi yang telah kita lalui. Kerugian ekonomi yang sangat besar telah menunjukkan bahwa kita tidak mengalokasikan cukup dana untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi," 

Baca Juga:
Berbagi Kebahagiaan di Bulan Suci Ramadhan, FIFGROUP Gelar Program CSR "Tumbuh-kan Kebaikan" di Kota Balikpapan

"Berbagai kemajuan yang telah kita capai, pengetahuan yang sudah kita dapatkan, tidak boleh hilang begitu saja," lanjutnya. 

Waspadai varian Omicron 

Baca Juga:
KPU Umumkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres RI 2024-2029, dengan Raih Suara 96.214.691

Gilbert juga memperingatkan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini bisa jadi kurang efektif menghadapi varian Omicron. 

Oleh sebab itu, dia meminta seluruh pihak untuk lebih waspada sampai ada lebih banyak informasi terkait varian ini. 

Mutasi pada protein spike dari varian ini diketahui telah meningkatkan level penularannya. 

"Ada perubahan yang kemungkinan membuat antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin atau oleh varian sebelumnya, kurang efektif mencegah infeksi Omicron. 

"Kita harus berhati-hati sampai kita memahami varian ini dan melakukan upaya-upaya untuk memperlambat penyebarannya. 

Namun, Gilbert menggarisbawahi bahwa penurunan efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi bukan berarti perlindungan untuk mencegah gejala parah dan kematian juga menurun. 

Dia juga menyerukan agar kemajuan pesat pada distribusi vaksin dan obat-obatan selama pandemi menjadi sebuah standar yang baru. Menurut dia, ini menunjukkan bahwa seharusnya tidak ada alasan mengapa vaksin flu sulit dikembangkan untuk mengatasi ancaman influenza sebelum ini. 

Indonesia sejauh ini belum melaporkan penemuan kasus Covid-19 dengan varian Omicron, meski sejumlah negara tetangga seperti Australia, Malaysia, dan Singapura telah menemukan kasus dengan varian ini. 

Sejak Jumat (3/12/2021), Pemerintah Indonesia mewajibkan warga negara Indonesia dan warga negara asing yang tiba untuk menjalani karantina selama 10 hari. Aturan karantina terbaru ini lebih lama dibandingkan sebelumnya yang hanya tujuh hari. 

Sebelumnya Indonesia juga telah melarang masuk WNA yang memiliki riwayat perjalanan dari 11 negara di wilayah Afrika. Sedangkan WNI yang datang dari 11 negara tersebut wajib menjalani karantina selama 14 hari.(sumber:BBC)