Aktivis Lingkungan Kenya Sambut Dukungan AS untuk Perjanjian Global Plastik

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 21/Des/2021 10:56 WIB
Para pekerja memilah-milah sampah plastik di perusahaan daur ulang plastik di Nairobi, Kenya (foto: dok). Para pekerja memilah-milah sampah plastik di perusahaan daur ulang plastik di Nairobi, Kenya (foto: dok).

WATAMU, KENYA (BeritaTrans.com) - Gunungan sampah plastik tampak di sejumlah pantai Kenya di Watamu - bukti nyata polusi plastik di lautan. 

Dua kali sepekan, koordinator proyek Julie Myra di Asosiasi Kelautan Watamu, memimpin suatu tim yang mengumpulkan tas dan botol serta barang-barang lain yang hanyut dari laut. Mereka rata-rata mengumpulkan lima ton sampah per pekan.

Baca Juga:
Jasa Raharja Peduli Lingkungan dan Penyandang Disabilitas di Bali

“Dipilah supaya teridentifikasi barang-barang yang dapat didaur ulang seperti plastik, kaca dan logam. Untuk bahan logam, kami menjualnya ke penjual logam. Untuk bahan plastik kami hancurkan seperti botol air plastik. Kami hancurkan dan jual. Uang yang terkumpul dari penjualan itu, kami masukkan kembali ke dalam proyek agar dapat mendanai kami untuk melakukan pembersihan pantai lebih banyak," ujar Myra. 

Polusi plastik adalah masalah besar yang berdampak pada lingkungan laut. Menurut sebuah laporan dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diperkirakan delapan juta ton plastik setiap tahun dibuang ke lautan - 80% di antaranya berasal dari sampah di daratan yang tidak terkumpulkan. 

Baca Juga:
Terjebak di Ukraina, 9 Warga Binjai Sumut Minta Tolong Evakuasi

Setiap tahun lebih dari 8 juta ton plastik dibuang ke lautan (foto: ilustrasi). 

Dampak pembersihan di sepanjang wilayah pesisir Kenya seperti Watamu sangat penting karena wilayah itu sangat bergantung pada pariwisata bagi pendapatan masyarakat setempat, kata Myra.

Baca Juga:
Rusia Belum Hentikan Serangan ke Ukraina, PBB Gelar Pertemuan Darurat

“Jika wisatawan tidak berkunjung ke pantai - pantai yang kotor, itu berarti mata pencaharian masyarakat lokal terancam termasuk sejumlah bisnis terkait industri pariwisata,” tambahnya. 

Mengunjungi Nairobi baru-baru ini, menjelang sesi lanjutan dari Majelis Lingkungan Hidup PBB kelima, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan dukungan Amerika untuk perjanjian global baru dalam memerangi polusi plastik laut. 

Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Kenya Raychelle Omamo dalam konferensi pers bersama di Nairobi (foto: dok). 

“Sasaran kami adalah menciptakan suatu alat yang dapat digunakan untuk melindungi samudra termasuk seluruh kehidupan yang berlangsugn disana, dari bahaya global polusi plastik yang terus meningkat. Suatu hal sangat penting yang diserukan oleh perjanjian adalah meminta negara-negara mengembangkan dan menegakkan rencana aksi nasional yang kuat untuk mengatasi masalah itu di sumbernya,” kata Blinken. 

Para pemerhati lingkungan menyambut baik dukungan AS dan mendesak produsen plastik besar lainnya seperti China untuk bergabung dalam negosiasi. 

Erastus Ooko adalah juru bicara isu plastik dari Greenpeace Afrika. “AS adalah salah satu pencemar terbesar dan produsen plastik. Keikut sertaan itu pertanda AS memimpin dan tidak memimpin hanya dalam hal polusi dan produksi, tetapi juga bergabung dalam solusi, itu cukup bermakna. Kami akan ikuti dengan seksama agar dapat melihat bagaimana mereka juga mengurangi produksi plastik jenis itu dari sisi mereka sehingga kita tidak melihat lebih banyak plastik di lingkungan. Mungkin kita juga akan melihat China bergabung dalam hal yang sama dan negara-negara lain akan mendukung negosiasi tersebut,” tuturnya. 

Sementara itu, Myra bersama kelompoknya di Asosiasi Kelautan Watamu akan terus memungut sampah, berjuang untuk menjaga pantai Kenya agar tetap bersih.(fhm/sumber:VOA)