46 Tahun Kasna Ngayuh Becak, Nafkahi Istri dan 3 Anak

  • Oleh : Taryani

Minggu, 02/Janu/2022 10:49 WIB
Kasna, 66 bersama  becak kesayangan. (Taryani) Kasna, 66 bersama becak kesayangan. (Taryani)

KOTA CIREBON (BeritaTrans.com) - Kasna, merupakan salah seorang penarik becak senior di Kota Cirebon, Jawa Barat yang tentunya  sudah banyak pengalaman. 

Memulai pekerjaan tukang becak sejak tahun 1976. Dari hasil pekerjaannya itu, Kasna  yang pernah  mengenyam pendidikan SD menafkahi seorang istri dan tiga anak.

Kasna dilahirkan di Desa Gempol, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Dengan tekad ingin merubah nasib, tahun 1980 Kasna kemudian hijrah atau pindah mangkal dari desanya ke  Terminal Bus Harjamukti, Kota Cirebon hingga sekarang.

Meski mangkal di Kota Cirebon, Kasna tiap hari pulang ke rumah. "Ya tiap hari pergi - pulang naik Elf. Ongkosnya Rp 8 ribu," ujarnya.

Pengalaman mangkal di Terminal Bus Harjamukti yang cukup lama membuat Kasna kenal dengan banyak orang. Misalnya  dengan awak bus, ojeg motor atau dengan calo penumpang.

Menyingugung soal penghasilan sehari-hari, diakui  Kasna  jumlahnya tidak tentu. "Kadang hanya Rp50 ribu, kadang kurang.  Kadang Rp100 ribu atau bahkan lebih," katanya.

Becak yang digunakan Kasna bukan milik sendiri. Melainkan hasil sewa dari juragan. Tarif sewa becak dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB sebesar Rp7 ribu.

"Kalau waktu sewanya bertambah, misalnya  sampai jam 18.00 WIB maka biaya sewanya Rp14 ribu," ujarnya.

Pengalaman membawa penumpang terjauh kata Kasna yaitu ke Desa Kaplongan, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu berjarak sekitar 35 Km.

Waktu perjalanan sekitar 4 jam dan  ongkosnya Rp30 ribu.

"Kejadiannya waktu itu sekitar tahun 1980-an. Kalau dinilai sekarang mungkin ongkos  itu mencapai Rp150 ribu" ujar Kasna.

Sekarang diakui Kasna usia sudah semakin tua. Tenaga sudah banyak berkurang. Tidak seperti masih muda dahulu. Oleh karena itu narik penumpang pilih-pilih jarak yang dekat saja.

"Jika  kebetulan sekarang ada yang minta antar ke Desa Kaplongan lagi, saya akan angkat tangan. Walaupun dibayar Rp150 ribu saya gak sanggup. Tenaga sudah tidak kuat lagi," ujarnya.. (Taryani)