Penjualan Tiket Pesawat Anjlog, IATA: Gegara Reaksi Berlebihan terhadap Omicron Berupa Penutupan Perbatasan, Karantina dan Kebanyakan Tes

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 14/Janu/2022 00:27 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Penjualan tiket pesawat turun tajam sejak akhir 2021, kata Persatuan Transportasi Udara Internasional (IATA) hari Rabu (12/1).

Asosiasi itu menyalahkan pemerintah karena "bereaksi berlebihan" terhadap varian Omicron dengan menutup perbatasan.

Baca Juga:
Jelang Genap 23 Tahun Mengudara, Lion Air Laksanakan Donor Darah dan Bakti Sosial di 23 Kota

IATA yang beranggotakan lebih dari 290 maskapai mengatakan, perjalanan udara internasional perlahan namun pasti pulih dari penutupan massal tahun 2020 dan awal 2021 sebelum varian Omicron yang menular cepat ditemukan pada akhir November.

Penjualan tiket pada November 60,5 persen di bawah tingkat pra-pandemi November 2019, menandai peningkatan dari penurunan 64,8 persen yang tercatat sebulan sebelumnya.

Baca Juga:
Dukung Kalteng Expo 2023, Lion Air Siapkan 30.960 Kursi Penerbangan

"Sayangnya, pemerintah bereaksi berlebihan terhadap munculnya varian Omicron dan mencoba menutup perbatasan tetapi gagal, dan melakukan tes-tes berlebihan dan karantina terhadap pendatang untuk memperlambat penyebaran," kata presiden IATA Willie Walsh.

Akibatnya kata Walsh, industri itu menghadapi "kuartal pertama yang lebih sulit dari perkiraan." Sebanyak 83 persen anggota IATA adalah maskapai penerbangan udara dunia.

Baca Juga:
Indahnya Berbagi di Bulan Suci Ramadan, Lion Air Lakukan Buka Bersama dan Santunan di Panti Yatim Indonesia

Pada bulan Oktober, IATA memperkirakan kerugian $11,6 miliar pada tahun 2022, turun dari perkiraan $51,8 miliar pada tahun 2021 dan $137,7 miliar pada tahun 2020.

IATA menambahkan pihaknya memperkirakan maskapai penerbangan AS akan meraup keuntungan lagi tahun ini. Tetapi ia mengatakan, maskapai Eropa yang menjalankan lebih banyak penerbangan jarak jauh sehingga lebih terimbas oleh penutupan perbatasan, tidak akan meraup keuntungan.

Penerbangan Dibatalkan

Seperti diketahui buran Natal dan Tahun Baru biasanya merupakan masa puncak perjalanan udara, tetapi perebakan cepat varian omicron yang sangat menular telah menimbulkan peningkatan tajam dalam kasus Covid-19, memaksa maskapai penerbangan untuk membatalkan penerbangan karena pilot dan awak pesawat harus dikarantina.

​​​​​Para calon penumpang antre untuk check in penerbangan United American Airlines di Bandara Internasional Denver, Denver, 26 Desember 2021.

Biro-biro transportasi di seluruh Amerika juga telah menangguhkan atau mengurangi layanan karena kekurangan staf terkait virus corona.

Awak kabin, pilot dan staf pendukung maskapai penerbangan Amerika enggan bekerja lembur selama musim liburan meskipun ada tawaran insentif yang besar.

Banyak diantara mereka yang khawatir tertular Covid-19 dan tidak bersedia menghadapi penumpang yang berpotensi sulit diatur, demikian ujar beberapa serikat pekerja maskapai penerbangan.

Beberapa bulan sebelum musim liburan, maskapai penerbangan telah membujuk para karyawan mereka untuk memastikan agar staf yang ada tetap solid, setelah merumahkan atau memberhentikan ribuan karyawan dalam 18 bulan terakhir karena pandemi yang membuat industri ini kewalahan.

China Tangguhkan Beberapa Penerbangan AS karena Kasus COVID-19

China memerintahkan penangguhan belasan penerbangan terjadwal dari Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir setelah banyak penumpang dinyatakan positif COVID-19 setelah tiba di China.

Regulator penerbangan China telah mewajibkan pembatalan total delapan penerbangan maskapai penumpang AS ke Shanghai di bawah aturan pandemi COVID-19.

Kedelapan penerbangan tersebut terdiri dari empat penerbangan yang dijalankan oleh maskapai United Airlines dan masing-masing dua penerbangan dari Delta Air Lines dan American Airlines.

Delta mengatakan pihaknya membatalkan penerbangan dari Detroit ke Shanghai Jumat lalu dan pada Jumat (14/1) mendatang karena aturan Beijing yang mengharuskan "semua maskapai yang terkena dampak," yang penumpangnya terbukti positif mengidap COVID-19, "untuk membatalkan layanan masuk pada penerbangan tertentu menuju China."

Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) juga telah membatalkan setidaknya 22 penerbangan menuju AS lainnya yang dioperasikan oleh maskapai China sejak Desember setelah tes positif COVID-19, termasuk delapan oleh China Southern Airlines Co.

Penumpang yang mengenakan masker beristirahat di Bandara Internasional Pudong di Shanghai, China pada 25 Juli 2021. (Foto: AP)Penumpang yang mengenakan masker beristirahat di Bandara Internasional Pudong di Shanghai, China pada 25 Juli 2021. (Foto: AP)

United mengatakanterpaksa membatalkan penerbangan dari San Francisco ke Shanghai yang dijadwalkan pada 15, 19, 22 dan 26 Januari. Maskapai yang berbasis di Chicago ini terbang dari San Francisco ke Shanghai empat kali seminggu.

Layanan Udara AS-China

Sejak pandemi COVID-19, China dan AS telah berdebat tentang layanan udara.

Pada bulan Agustus, Departemen Transportasi AS (USDOT) membatasi empat penerbangan dari maskapai China hingga 40 persen kapasitas penumpang selama empat minggu setelah Beijing memberlakukan batasan yang sama pada empat penerbangan United Airlines.

China mengatakan kepada United pada Agustus bahwa pihaknya memberlakukan pembatasan pada beberapa penerbangan setelah menuduh lima penumpang yang melakukan perjalanan dari San Francisco ke Shanghai dinyatakan positif COVID-19 pada 21 Juli.

USDOT mengatakan pada Agustus bahwa kebijakan China "menempatkan kesalahan yang tidak semestinya pada operator sehubungan dengan pelancong yang dites positif COVID-19 setelah kedatangan mereka di China."

Pesawat American Airlines diparkir di gerbang Bandara LaGuardia di New York, Selasa, 29 November 2011.Pesawat American Airlines diparkir di gerbang Bandara LaGuardia di New York, Selasa, 29 November 2011.

Departemen mengatakan operator "tidak memiliki sarana untuk memverifikasi secara independen hasil tes positif yang dituduhkan oleh otoritas China."

Perjanjian udara AS-China yang sudah berlangsung lama memungkinkan negara-negara tersebut untuk mengoperasikan lebih dari 100 penerbangan mingguan antara kedua negara, tetapi hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang saat ini masih beroperasi.

Mantan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2020 melarang hampir semua warga negara non-AS yang telah berada di China dalam 14 hari terakhir untuk bepergian ke AS.

Presiden Joe Biden pada November mencabut pembatasan perjalanan ke China bagi turis yang telah divaksinasi lengkap. (VOA).

Tags :