Kazakhstan Jadi Penambang Kripto Terbesar Kedua di Dunia

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 01/Feb/2022 00:05 WIB


Tahun lalu, ketika China tiba-tiba melarang penambangan mata uang kripto, industri ini berkembang pesat di negara tetangganya, Kazakhstan. Negara di Asia Tengah ini sekarang adalah penambang terbesar kripto kedua di dunia, namun pusat-pusat data yang menyedot energi besar memberi tekanan kuat pada pembangkit listrik tenaga batu bara - meningkatkan polusi dan emisi karbon.

Moldir Shubayeva berjalan berkeliling di dalam sebuah gedung berdebu yang merupakan tempat menambang Bitcoin miliknya.

Baca Juga:
Di Australia, Influencer Diancam Penjara Bila Berbagi Tips Keuangan Tanpa Lisensi

Tempat ini baru-baru ini saja berfungsi sebagai pertambangan mata uang kripto, dan sebagai seorang perempuan, sosoknya menonjol di antara para pekerja konstruksi dan pekerja harian yang memenuhi bangunan itu.

Moldir, 35 tahun, hari itu mengenakan pakaian bergaya smart casual. Dari balik kacamata dengan lensa berwarna semburat kekuningan, ia memperhatikan gulungan kabel-kabel besar di dalam kontainer, siap dipindahkan ke gudang.

Baca Juga:
Peretas Rampok Rp8,8 Triliun dari Games Seluler Axie Infinity

Moldir Shubayeva adalah penambang Bitcoin perempuan pertama di Kazakhstan.

Moldir adalah satu dari sejumlah wirausaha-kripto yang mulai bermunculan di Kota Almaty, Kazakhstan.

Baca Juga:
Bitcoin: `Harap-harap cemas` saat El Salvador resmi mulai gunakan mata uang kripto

Ia menjadi karakter besar di industri yang 

didominasi oleh pria ini, dan dihormati sejawatnya karena berhasil membesarkan perusahaan pertambangannya menjadi salah satu yang terbesar di negara tersebut.

"Saya menghabiskan empat tahun terakhir hidup saya untuk bekerja, bahkan tak jarang saya tidur di kantor," kata dia.

Moldir mulai tertarik pada Bitcoin sekitar lima tahun lalu, dan mulai menambang kripto bersama saudara laki-lakinya di rumah, sebelum membangun beberapa pertambangan yang lebih besar, lalu menyewakannya.

Dia berkata, pertumbuhan bisnisnya, dan industri ini secara keseluruhan di Kazakhstan, sangat pesat - terutama setahun terakhir.

"Pagi saya diawali dengan mengecek harga Bitcoin, untuk melihat pertumbuhannya. Jika harganya menembus US$50.000 per koin, saya langsung bersemangat. Adrenalin saya langsung terpompa."

Harga Bitcoin sendiri naik dan turun secara dramatis. Pada Maret 2020, satu Bitcoin berharga sekitar US$5.000 (sekitar Rp71 juta) dan naik menjadi US$65.000 (setara dengan Rp935 juta) dalam setahun.

Sejak itu, harganya merosot secara signifikan, menjadi sekitar US$35.000 saat artikel ini ditulis.

Namun bagi Moldir dan banyak pengusaha Bitcoin lain di Kazakhstan, penambangan kripto telah membuat mereka kaya raya.

Emas digital

Penambangan kripto adalah proses yang mendasari banyak mata uang kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin.

Uang digital ini tidak memiliki pusat otoritas maupun bank. Alih-alih, setiap pembayaran dan transfer diperiksa oleh jejaring besar komputer sukarelawan.

Kalkulasi yang dilakukan ini sangat kompleks, sehingga tugas ini membutuhkan banyak sekali tenaga komputer.

Sebagai insentif, sistem ini memberikan upah bagi mereka yang bersedia meluangkan tenaga untuk Bitcoin.

Berkat bisnis seperti milik Moldir, Kazakhstan kini telah menjadi negara penambang Bitcoin terbesar di dunia, di belakang AS.

AS.

Moldir ShubayevaMoldir Shubayeva menunjukkan tambang kriptonya kepada BBC.

Negara tersebut menyumbang sekitar 18% kekuatan jejaring global yang membuat mata uang kripto ini berfungsi.

Industri ini mulai berkembang di Kazakhstan pada 2019, berkat cadangan listrik yang besar dan murah di negara tersebut, juga karena aturan pemerintahnya yang bersahabat dengan mata uang kripto.

Namun pada musim panas 2021, bisnis berkembang dalam skala mengejutkan. Ini berkat aturan pelarangan penambangan kripto yang tiba-tiba dan tak diduga dari negara tetangganya, China.

Perusahaan-perusahaan kripto dari China berbondong-bondong pindah ke Kazakhstan, membawa serta puluhan ribu komputer bersama mereka.

Fasilitas-fasilitas penambang kripto di Kazakhstan kewalahan, maka perusahaan-perusahaan baru pun bermunculan untuk menambal permintaan ini.

Penambangan raksasa Kazakstan

Sekitar 1.800km jaraknya dari Almity, terdapat Kota Ekibastuz yang terisolasi dan berangin.

Di sinilah, terletak salah satu pertambangan kripto terbesar di dunia - hingga baru-baru ini - yang dibangun oleh perusahaan bernama Enegix.

Enegix`s mine dari udaraEnegix, tambang kripto milik Ekibastuz, sekarang adalah tambang terbesar kedua di dunia.

Hal pertama yang menyambut orang-orang yang datang ke sana adalah suaranya.

Ribuan komputer berdaya tinggi berdengung, saat kipas yang ada di dalam masing-masing unit berdesing dengan kecepatan maksimal.

Dan terletak jauh di salah satu sisi ruangan, adalah alat pendingin raksasa. Baling-balingnya berputar dengan teratur, dan mesinnya membuat suara drone dengan nada rendah yang konstan.

"Suara mesin-mesin ini bekerja membuat saya sangat bersemangat, karena ini suara uang - uang digital," kata Yerbolsyn, 34 tahun, pemilik fasilitas ini, sambil tersenyum lebar.

Seperti Moldir, Yerbolsyn mulai tertarik pada Bitcoin bertahun-tahun lalu dan memulai usahanya dalam skala kecil.

Perusahannya telah berkembang, dari garasi kecil dengan beberapa komputer saja, menjadi fasilitas yang dimilikinya sekarang. Dia kini memiliki peralatan senilai US$300 juta di dalam delapan rak CPU besi besar, menambang mata uang kripto 24 jam, tujuh hari sepekan.

Bitcoin tambang

Tambang ini memiliki delapan gudang dengan 50.000 mesin menambang Bitcoin dan mata uang kripto lain.

Sebanyak 150 orang dipekerjakan untuk memastikan mesin-mesin ini bekerja, dengan belasan insinyur komputer bekerja dan tinggal di wilayah padang pasir ini, dengan rotasi 15 hari sekali.

Amlaz Magaz, 19 tahun, bekerja dengan sif 12 jam. Tugas utamanya adalah menjaga rak-rak komputer bersih dari debu, supaya kerja mesin tak terganggu.

Jika ada kesalahan teknis, dia harus memperbaikinya secepat mungkin supaya komputer bisa bekerja kembali.

Dia mengaku, pertama kali bekerja di sini, dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh komputer-komputer itu.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang Bitcoin sebelum saya bekerja di sini. Saya belum pernah dengar!" katanya.

Almaz, dan sejumlah pekerja lain sepertinya, sehari-hari diawasi pekerjaannya oleh Yerbolsyn melalui sejumlah besar CCTV dari Almaty.

"Kami sangat bangga bahwa Kazakhstan sekarang sangat penting untuk dunia mata uang kripto," kata Yerbolsyn. "Kami adalah patriot dan kami ingin mengibarkan bendera negara kami lebih tinggi lagi!"

Harga lingkungan yang harus dibayar

Tapi tidak semua orang bangga dengan kesuksesan negara ini. Para pecinta lingkungan kerap mengkritik mata uang kripto karena besarnya energi yang harus dikeluarkan oleh penambangan ini.

Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin dari Universitas Cambridge memperkirakan, butuh lebih banyak energi untuk menambang Bitcoin ketimbang konsumsi energi yang ada di Ukraina atau Norwegia.

Belum diketahui berapa banyak dari listrik itu yang berasal dari energi terbarukan, namun ahli iklim Dana Yermolyonok berkata, di Kazakhstan, hanya 2% dari total energi berasal dari sumber-sumber terbarukan.

"Umumnya masih menggunakan batu bara di sini. Khususnya jika kita bicara tentang penggunaan energi untuk pemanas dan listrik," kata dia.

Pembangkit listrik KazakhstanHanya sekitar 2% listrik di Kazakhstan berasal dari energi terbarukan. Foto: Getty Images.

Dana tinggal di Kota Karaganda yang memiliki salah satu cekungan batu bara terbesar di negara tersebut. Dia meragukan, apakah kekayaan yang didapat dari penambangan kripto ini sepadan dengan risiko lingkungan yang dihasilkannya.

"Setiap hari saat saya meninggalkan rumah, saya dapat melihat polusi. Di musim dingin, saat tidak ada angin, saya bahkan tidak bisa melihat gedung di sebelah rumah saya.

"Saya tidak mengerti, mengapa saya harus menghirup udara seperti ini, sementara mereka mengambil keuntungan darinya."

Kekhawatiran tentang suplai energi

Juga ada kekhawatiran bahwa penambangan kripto lambat laun akan menghasilkan kekurangan energi.

Pemerintah Kazakhstan berkata, dalam satu tahun saja, penambangan kripto telah menyumbang hingga 7-8% kenaikan daya listrik secara nasional.

Besarnya listrik yang yang dialirkan ke tambang-tambang kripto ini sekarang setara dengan jumlah energi yang dibutuhkan oleh penggunaan lampu di sebuah kota berukuran besar.

Riot police in AlmatyProtes berakhir kekerasan terjadi awal bulan ini di berbagai kota Kazakhstan. Foto: Getty Images.

November tahun lalu, tambahan daya listrik harus diimpor dari Rusia untuk mengatasi permintaan yang meningkat di negara tersebut, dan pembatasan penambangan mulai diperkenalkan di beberapa wilayah dengan cadangan energi rendah.

Hal ini membuat sejumlah penambang gulung tikar, atau berusaha merelokasi bisnis mereka.

Askhat Orazbek, Wakil Menteri Perkembangan Digital Kazakhstan, mengaku kepada BBC bahwa perkembangan pertambangan kripto di negaranya terlalu cepat dan harus dikendalikan.

"Ada pertanyaan-pertanyaan tentang jumlah listrik yang dikonsumsi oleh penambang-penambang itu sekarang. Jika pada 2019 kami bilang bahwa kami memiliki surplus energi, sekarang kita tidak lagi.

"Listrik bukan hal yang tak terbatas di Kazakhstan. Itu mengapa, pada volume tertentu penambangan ini harus dihentikan."

Pemerintahan Kazakhstan memperkenalkan aturan retribusi pada Januari 2022 dan menambah pajak pada industri penambang mata uang kripto atas penggunaan listriknya. Mereka berharap pemasukan dari sini dapat dipakai untuk membuat pembangkit listrik tenaga bersih.

"Hari-hari ini di Kazakhstan, penambangan kripto telah mengonsumsi apa yang disebut dengan energi kotor," ujarnya.

"Maka dari itu, kami berpendapat, harus ada kuota yang ditetapkan untuk para penambang kripto... Dan perkembangan lebih jauh dalam industri ini hanya mungkin terjadi bila infrastruktur untuk sumber energi hijau dibangun."

Meski begitu, tak seperti beberapa negara seperti China dan Kosovo, dan kemungkinan Rusia, Kazakhstan sepertinya berkomitmen untuk terus mendukung industri pertambangan kripto di negaranya.

protes di AlmatyPetugas keamanan di jalan-jalan Almity, kota terbesar di Kazakhstan, menghalau protes. Foto: Getty Images 

"Ini tak ubahnya seperti revolusi teknologi," tukas Orazbek.

"Tujuan kami adalah tidak kehilangan momen ini, dan menjadi salah satu partisipan dari revolusi-kripto di dunia."

Kazakhstan masih memulihkan ekonomi dari protes dan kekerasan yang terjadi di awal bulan ini setelah kenaikan harga bahan bakar yang tiba-tiba.

Tidak ada hubungan langsung protes itu dengan penambangan kripto, tapi insiden ini menunjukkan dua poin penting.

Pertama, apa yang bisa terjadi bila cadangan energi sebuah negara terancam. Dan kedua, seberapa pentingnya Kazakhstan kini untuk dunia kripto.

Saat pemerintah Kazakhstan mencabut akses internet selama lima hari, jejaring global Bitcoin melambat secara signifikan dan harga kripto melemah.

Bagi pemerintah, taruhannya sangat tinggi, untuk berurusan dengan industri yang baru lahir ini.

Sumber: bbc.com