COVID Akan Segera Jadi Endemi, tapi Kita Tidak Boleh Menganggapnya Ringan

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 03/Feb/2022 00:46 WIB
Foto:istimewa/ilustrasi Foto:istimewa/ilustrasi

Jakarta (BeritaTrans.com) - Kita sudah mengalami banyak tantangan sejak tahun 2020 dan harus ada yang sangat berani untuk memprediksi bagaimana pandemi ini akan berdampak apa kepada kita selanjutnya.

Banyak pakar yang percaya COVID pada akhirnya akan menjadi endemi.

Baca Juga:
Indonesia Masuk Endemi Covid-19, Begini Aturan Soal Vaksin, Masker, dan Pengobatan

Namun, apa artinya penyakit menjadi endemik ini menjadi kebingungan yang besar. Salah satu alasan utamanya adalah kesalahpahaman tentang endemi itu sendiri, termasuk seperti apa COVID sebagai penyakit endemi nantinya.

 

Baca Juga:
Resmi, Presiden Jokowi Umumkan Status Pandemi COVID-19 Dicabut

Mari kita bahas satu per satu.

Apa sebenarnya arti 'epidemi'?

Baca Juga:
Jokowi Bakal Nyatakan Sebentar Lagi Pandemi Berakhir

Suatu penyakit bersifat epidemi atau endemi.

Penjelasan paling sederhana tentang penyakit epidemi adalah penyakit yang jumlah kasusnya di masyarakat sangat besar atau tidak terduga. Ketika ini terjadi, perlu tindakan kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penularan penyakit.

Dalam kasus pandemi, yakni epidemi di seluruh dunia, skalanya jauh lebih besar. Tergantung pada tingkat penularan dan tingkat keparahan penyakitnya, keadaan darurat kesehatan masyarakat global mungkin perlu diberlakukan, seperti yang telah kita lihat dengan COVID.

Ketika muncul virus yang sama sekali baru, seperti SARS-CoV-2 yang berpotensi menyebabkan penyakit parah dan sangat mudah menular, kurangnya kekebalan tubuh di kalangan penduduk mendorong penularan penyakit terjadi secara kuat.

Saat sebuah penyakit menjadi epidemi, itu berarti ada ketidakseimbangan antara pendorong penyebaran penyakit dengan faktor-faktor yang membatasi penularan di masyarakat. Singkatnya, ini berarti pemicu penyebaran penyakit mengalahkan faktor-faktor yang membatasi penyebaran.

Dengan demikian, penyakit menyebar seperti kebakaran hutan yang meluas. Meledak dan sulit dikendalikan setelah menyebar.

 

Dari epidemi menjadi endemi

Namun, seiring waktu, kekuatan mendasar yang mendorong epidemi berubah.

Ketika kekebalan mulai meningkat di seluruh populasi, idealnya dengan cara yang pengendalian lewat vaksinasi, juga oleh penularan alami, patogen mulai kehabisan bahan bakar dan kemampuannya untuk menular pun menurun.

Patogen dapat mencakup berbagai mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan parasit. Dalam hal ini, mari kita asumsikan kita sedang berbicara tentang virus.

Selain kekebalan, kita juga dapat mengurangi kemampuan virus untuk menyebar melalui perubahan perilaku, seperti membatasi kontak dengan orang lain, memakai masker, dan meningkatkan kebersihan tangan.

Selain menurunkan kemampuan virus untuk menular, kekebalan tubuh juga mengurangi kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit, yang berarti lebih sedikit orang yang akan sangat sakit atau meninggal.

Dan akhirnya, jika kita beruntung, dalam jangka waktu yang lama, virus juga dapat berevolusi menjadi tidak terlalu parah.

Hasilnya adalah kita bergerak dari ketidakseimbangan, dalam hal kekuatan yang mendorong penyakit, ke keadaan ekuilibrium yang lebih stabil.

Maka yang terjadi bukannya penularan penyakit yang meledak dan tidak dapat diprediksi, melainkan situasi baru di mana keberadaan penyakit yang beredar memiliki ancaman lebih rendah bagi masyarakat dibandingkan di awal epidemi.

Penularan menjadi lebih dapat diprediksi, tetapi tidak harus konstan, kita mungkin masih melihat beberapa gelombang penularan yang sifatnya musiman. Tapi hal ini bisa diprediksi dan dikelola.

Singkatnya, kita mulai hidup berdampingan dengan virus.

Inilah yang kita maksud dengan endemi. Contoh endemi termasuk flu biasa, influenza dan HIV/AIDS.

 

Endemi bukan berarti kita lengah

Diskusi seputar COVID menjadi endemi menjadi semakin rumit dengan pandangan yang sangat berbeda dalam praktiknya.

Penting untuk ditekankan bahwa ini tidak berarti kita lengah, menyerah pada virus atau menurunkan ancaman yang ditimbulkan virus terhadap individu dan komunitas.

Kita tetap waspada dan menangani saat lonjakan kasus terjadi, melakukan apa yang diperlukan untuk menjaga penularan serendah mungkin.

Yang penting, saat penyakit dianggap endemi tidak berarti kita menganggapnya ringan. Penyakit itu tetap menjadi bagian dari hidup kita, dan karenanya kita masih harus melindungi mereka yang rentan terhadap penyakit parah, seperti yang kita lakukan dengan penyakit lain.

Sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa hidup dengan virus tidak sama dengan mengabaikan virus. Sebaliknya, ini jadi sebuah penyesuaian dalam cara kita menanggapi penyakit.

 

Akan jadi perjalanan berliku

Penting juga untuk menyoroti bahwa masa transisi ini mungkin tidak selalu mulus dan pasti akan ada tantangannya.

Salah satu kendala utama yang akan kita hadapi adalah kemungkinan munculnya varian baru dan bagaimana itu akan berdampak pada penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Untuk mengurangi kemungkinan munculnya varian baru dan penularan virus, penting bagi kita untuk benar-benar meningkatkan program vaksinasi secara global.

Untuk membantu transisi ke tahap pandemi berikutnya, untungnya kita akan bisa menggunakan banyak senjata baru yang sedang dalam proses pembuatan. Ini termasuk vaksin generasi berikutnya yang akan lebih efektif terhadap varian terbaru, atau vaksin universal yang mencakup semua varian. Kita berharap vaksin baru juga akan lebih baik dalam mengendalikan penularan.

Kita juga akan memiliki rencana penanganan yang terus meningkat, serta pencegahan dan pengendalian penularan yang lebih baik yang dirancang untuk lingkungan tertentu.

Pertanyaan besarnya, tentu saja, kapan transisi ke endemi ini akan terjadi? Banyak pakar percaya langkah besar akan terjadi di sepanjang tahun 2022 ini.(amt/sumber:abc.net.au)