Malioboro Bebas PKL, Kelegaan Pejalan Kaki dan Kerinduan Pelancong

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 06/Feb/2022 13:11 WIB
Foto:istimewa/cnnindonesia.com Foto:istimewa/cnnindonesia.com

YOGYAKARTA (BeritaTrans.com) - Area pedestrian Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, mulai steril dari riuh para pedagang kaki lima (PKL). Para PKL yang puluhan tahun menggelar lapak dan mengisi ruang kosong area trotoar atau emperan toko, tak lagi nampak.

Meski Kota Pelajar kehilangan salah satu ciri khas belanjanya, pengunjung kawasan itu kini terlihat lebih leluasa memanfaatkan pedestrian seperti pada Sabtu (5/2) sore. Salah satunya adalah Thoriq Kurniadi (47), warga Magetan, Jawa Timur, yang melancong bersama istri dan ketiga anaknya.

Baca Juga:
Ngangenin! Begini Suasana Pagi di Pusat Yogyakarta

"Lebih loss ya, apalagi jalan bareng keluarga begini. Lebih ada space," kata Thoriq ditemui di area trotoar seberang Mall Malioboro.

Sore itu guyuran hujan tipis-tipis cukup membuat mayoritas pengunjung memilih berjalan di selasar atau lorong kawasan pertokoan, yang juga tetap lengang meski dipakai dua arah sekalipun.

Baca Juga:
Semarak dan Keindahan Malam di Teras Malioboro Yogyakarta

Hanya sesekali pengunjung harus berbagi jalan dengan beberapa gerobak para PKL yang belum sempat dipindah.

Pengunjung lainnya, Ine Mathilda (37), merasa jalur pedestrian Malioboro yang sekarang jauh lebih ramah. Khususnya, untuk kaum lanjut usia (lansia) serta difabel.

Baca Juga:
Delegasi ATF 2023 Nikmati Tarian Karya Sultan HB X

"Makanya ini saya ajak mama saya buat ngerasain, cuma ya (Malioboro) jadi agak sepi saja sekarang. Kangen juga bakalan," tutur warga Mantrijeron, Kota Yogyakarta ini.

Perasaan kehilangan tak cuma dirasakan Ine seorang. Wisatawan lain asal Tangerang, Banten, Tina (29) menyebut Malioboro sudah berganti identitas. Wajah dan ruhnya tak lagi sama usai ribuan PKL direlokasi.

"Maksudnya itu kayak, ya sudah jadi pertokoan biasa. Jual klasiknya saja, yang bikin dia lebih hidup ya menurut saya PKL itu salah satunya," ucap Tina yang mengaku sudah lebih dari dua kali berkunjung ke Malioboro.

Sementara itu, teman Tina, Asyifa (29), beranggapan para PKL dan kawasan Malioboro adalah satu kesatuan.

Dia yang mengaku sudah menjajal ke Teras Malioboro 2 di Eks Kantor Dispar DIY, tak menemukan sensasi yang sama ketika berbelanja di lapak trotoar Malioboro awal 2020 silam.

"Buat aku wisatawan, pedagang itu sudah kayak ngehiasin tembok-tembok Malioboro. Ya kangen saja kalau lihat yang sekarang," kata Asyifa.

"Sekarang mereka jualan di Teras (Malioboro 2) background-nya kayak enggak dapat, tiang-tiang apa, galvanis ya? Enggak tahu sih kalau di yang satunya (Teras Malioboro 1), belum coba," lanjutnya.

Pratiwi (32), penjaga salah satu butik batik merasa kesepian ditinggal para PKL yang dulunya berjualan di depan toko tempat ia bekerja. Dia serasa kehilangan teman berbagi keluh kesah dan tawa canda.

"Dulu di depan, selatan sana kan ada bapak-bapak, ibu-ibu jual kaos batik juga. Depan ini juga jual gelang-gelang. Kemarin katanya mereka pindah ke Teras 2 ya, sekarang jadi sepi," curhat Pratiwi.(amt/sumber:cnnindonesia.com)