Pesawat Boeing 747 ini Dibeli Grup Band Heavy Metal Iron Maiden dari Air France dan Pernah Tabrak Kendaraan Penarik di Bandara

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 10/Feb/2022 05:37 WIB


LONDON (BeritaTrans.com) - Dibentuk pada Hari Natal, 25 Desember 1975, oleh bassis Steve Harris di Leyton, London Timur, Iron Maiden menjadi band heavy metal  tahun 1980-an.

Baca Juga:
Queen of the Skies 747, Pesawat Jumbo Terakhir, Keluar dari Perakitan

Sementara band ini menjadi terkenal dengan penjualan konser di seluruh dunia, tahukah Anda bahwa mereka memiliki Boeing 747 sendiri untuk mengangkut mereka pada tanggal tur mereka?

Tidak hanya mereka memiliki jumbo jet sendiri, pesawat tersebut pernah bertabrakan dengan ground tug, memaksa Iron Maiden untuk membuat pengaturan transportasi alternatif.

Baca Juga:
Vokalis Iron Maiden ini Jago Piloti Boeing 747

Insiden itu terjadi pada tur 2015 mereka untuk mempromosikan album baru mereka "The Book of Souls." Dinamakan "Ed Force One" setelah panggilan masuk oleh penggemar, pesawat itu adalah impian vokalis Iron Maiden Bruce Dickinson yang berambisi untuk menerbangkan band dan semua peralatannya ke pertunjukan di seluruh dunia.

Boeing 747-400 dulu milik Air France

Baca Juga:
Pesawat Boeing 747 Bekas British Airways ini Jadi Ruang Pertemuan, Bertarif 1.300 Dolar/Jam

Sebelum mendapatkan Boeing 747-400 dari perusahaan sewaan, Air Atlanta Icelandic, Iron Maiden menerbangkan Boeing 757-200 ke semua konser mereka. Sebelum bergabung dengan Air Atlanta Icelandic, 747 yang sekarang diadaptasi secara khusus, adalah milik Air France.

Sekarang di tur Amerika Selatan, band ini berada di Santiago, Chili, ketika kecelakaan itu terjadi pada 12 Maret 2016.

Pesawat sedang dalam proses pemindahan untuk pengisian bahan bakar oleh penarik penarik ketika pin kemudi yang menghubungkan pesawat ke kapal tunda terlepas.

Ketika  kendaraan penarik mencoba untuk memutar pesawat, pesawat menabrak mobil tunda yang menyebabkan kerusakan signifikan pada mesin sisi portnya. Dua pekerja darat Chili juga terluka tetapi kemudian pulih sepenuhnya.

Untungnya bagi band, tidak ada satu pun dari 20 ton peralatan yang dimuat ke dalam pesawat, dan mereka dapat membuat aransemen lain untuk dua konser berikutnya di Cordoba dan Buenos Aries.

Kedua mesin Portside perlu diganti
Setelah diperiksa, diputuskan bahwa kedua mesin port-side perlu diganti agar pesawat layak terbang. Untuk mengumpulkan suku cadang yang diperlukan dari Jerman, Inggris, dan Arab Saudi, tim "Ed Force One" menyewa 747-400F dari Cargolux Luksemburg.

"Ketika teman saya di Air Atlanta Icelandic memberi peluang menyewa 747-400 untuk tur dunia The Book Of Souls, tentu saja kami langsung ambil. Siapa yang menolak? Pesawat ini berukuran super besar sehingga kami bisa mengangkut semua keperluan produksi dan peralatan panggung tanpa harus melakukan modifikasi struktural seperti pesawat sebelumnya," tutur Dickinson kepada laman ironmaiden.com (Selasa, 25/8/2015).

Dickinson (57), yang telah sembuh dari kanker lidah, sempat menjadi pilot pesawat komersial Astraeus Airlines. Itu sebabnya dia selalu menjadi sebagai pilot setiap kali Iron Maiden tur menggunakan pesawat. Tapi, sebelum menerbangkan Boeing 747-200, vokalis bersuara tenor ini sempat diwajibkan mengikuti pelatihan untuk mendapatkan lisensi terbang.

"Sekarang saya sedang menjalani pelatihan di Cardiff Aviation, Wales, agar memenuhi syarat sebagai pilot dan kapten Boeing 747. Saya tak sabar menerbangkannya," pungkasnya.

Saat tampil untuk terakhir kalinya di Brooklyn, AS, pada Juli 2017 lalu, Iron Maiden tercatat telah tampil sebanyak 117 kali di 36 negara dihadapan lebih dari 1,3 juta penggemar. Dengan itu, mereka berhasil mengantongi lebih dari $91 juta dan semakin mengukuhkannya sebagai salah satu band rock paling fenomenal di dunia. Namun, apa yang terjadi dengan 747-400 Ed Force One?

Usai menemani Iron Maiden tur keliling dunia, Boeing 747 TF-AAK diketahui sempat melanglang buana ke berbagai negara, seperti Islandia, Perancis, dan Hungaria. Setelahnya, pesawat menggunakan livery Saudi Arabian Airlines, melahap rute-rute reguler maskapai seperti ke Jeddah, Surabaya, Addis Ababa, dan Dhaka.

Maret lalu, pesawat berusia 17,5 tahun ini sepat digrounded berkepanjangan akibat pandemi Corona. Pantauan FlightRadar24, pesawat sempat mengudara kembali selama belasan menit di bulan Juni. Diperkirakan itu merupakan penerbangan pemerliharaan. Sekalipun tak ada kejelasan lebih lanjut, hal itu setidaknya menjadi tanda bahwa pesawat akan kembali mengudara saat pandemi Corona sirna.