Dubai Berjuang Tahan Laju Gurun yang Makin Meluas

  • Oleh : Redaksi

Senin, 21/Feb/2022 12:02 WIB


DUBAI (BeritaTrans.com) - Penggurunan atau desertifikasi mengancam pasokan makanan di Dubai. Apakah teknologi baru di bidang pembibitan dapat membantu menahan laju meluasnya kawasan gurun?

Gurun tak pernah jauh dari ambang pintu Dubai.

Saat ini sebagai pusat keuangan modern berpenduduk sekitar tiga juta orang, kota terpadat di Uni Emirat Arab (UEA) ini dikelilingi laut di satu sisi, dan di sisi lain oleh hamparan pasir yang tampak tak berujung.

Selama 50 tahun terakhir kota ini telah menjadi kisah sukses yang sepertinya agak mustahil, berubah dari pelabuhan nelayan nan sepi menjadi kota metropolitan.

Namun terlepas dari kemewahannya, kota ini menghadapi tantangan besar: meluasnya gurun pasir yang mengancam sisa-sisa tanah nan subur.

UEA berukuran hampir sama dengan Portugal, tetapi sekitar 80% dari luas daratannya berupa gurun.

Ekosistemnya rapuh dan lantaran terjadi penggurunan, sebagian besar tanahnya yang paling berharga mengalami tekanan yang terus meningkat.

Gurun di DubaiSatu laporan pemerintah yang diterbitkan pada 2019 menyatakan "akibat peningkatan populasi dan sistem konsumsi makanan, degradasi lahan dan penggurunan makin merajalela". Foto: UELI FRISCHKNECHT /GETTY

Satu laporan pemerintah yang diterbitkan pada 2019 menyatakan "akibat peningkatan populasi dan sistem konsumsi makanan, degradasi lahan dan penggurunan makin merajalela".

Menemukan solusi efektif telah menjadi prioritas utama negara itu.

Tujuannya bukan untuk menaklukkan gurun, tetapi untuk memulihkan area lahan yang tidak produktif.

UEA diposisikan secara unik dibandingkan dengan banyak negara lain yang terdampak penggurunan, karena memiliki kekuatan finansial yang dibutuhkan untuk memelihara ide dan inovasi.

Dubai, khususnya, berinovasi seputar go green, berinvestasi besar-besaran dalam mendukung startup hijau dan lembaga pendidikan berteknologi yang peduli isu lingkungan.

DubaiTujuannya bukan untuk menaklukkan gurun, tetapi untuk memulihkan area lahan yang tidak produktif. Foto: Desert Control

Keberadaan Dubai adalah bukti nyata bahwa sesuatu dapat dicapai apabila ambisi dan fokus didukung secara finansial.

Mentalitas yang membantu membangun kota di atas pasir kini dimanfaatkan untuk melawan perambahan gurun.

Jika berhasil, solusi yang dikembangkan di sini dapat berdampak besar secara global.

Penggurunan atau desertifikasi adalah jenis degradasi lahan di mana lahan subur, seperti tanah pertanian di daerah kering atau semi-kering menjadi tidak produktif.

Ini biasanya terjadi ketika sumber daya alam seperti air dan tanah terbebani, yang membuat tanah kurang mampu mendukung vegetasi.

DubaiPenggurunan atau desertifikasi adalah jenis degradasi lahan di mana lahan subur, seperti tanah pertanian di daerah kering atau semi-kering menjadi tidak produktif. Foto: ZORAZHUANG/GETTY.

Meskipun dapat terjadi secara alami, penggurunan semakin lazim baik di UEA maupun secara global, karena aktivitas manusia seperti aktivitas penggembalaan berlebihan, pertanian intensif, dan pembangunan infrastruktur.

"Penggurunan terjadi ketika tanah dan vegetasi, biasanya di perbatasan gurun, mengalami tekanan berlebihan," kata William H Schlesinger, ahli biogeokimia dan presiden emeritus dari Institut Studi Ekosistem Cary di New York.

Dia telah mempelajari berbagai padang pasir selama lebih dari 30 tahun.

"Akibatnya adalah produktivitas vegetasi yang lebih rendah dan sering terjadi transisi ke jenis vegetasi yang kurang bermanfaat bagi aktivitas manusia."

Sekitar 12 juta hektar lenyap di seluruh dunia setiap tahun akibat langsung dari kekeringan dan penggurunan.

Itu setara dengan 2.000 lapangan sepak bola ala AS setiap jam.

Untuk meletakkannya ke dalam konteks, jika bidang-bidang itu berbaris dari ujung ke ujung, Anda harus mengemudi dengan kecepatan 210km/jam hanya untuk mengimbangi penyebaran penggurunan.

DubaiProses penghijauan melingkar di gurun Dubai, Uni Emirat Arab. Fpto: Kertu_EE/Getty Images,

Dalam 20 tahun terakhir, hilangnya tanah berharga di UEA sangatlah mencolok.

Menurut Bank Dunia, UEA memiliki 75.000 hektar tanah subur pada 2002, tetapi pada tahun 2018 hanya memiliki 42.300 hektar.

Data juga menunjukkan, dalam jangka waktu yang sama, persentase lahan pertanian di UEA turun dari 7,97% menjadi 5,38%.

Selama 1970-an dan 1980-an, pemanfaatan UEA atas cadangan minyaknya yang besar memicu periode pertumbuhan dan kemakmuran finansial yang luar biasa, tetapi ini sebagian besar terjadi tanpa banyak pertimbangan terhadap lingkungan.

Pada 2008, World Wide Fund for Nature (WWF) menempatkan UEA sebagai negara dengan jejak ekologis terburuk per orang.

DubaiSekitar 12 juta hektar lenyap di seluruh dunia setiap tahun akibat langsung dari kekeringan dan penggurunan. Foto: Joanna Skladanek/Getty Images,

"Perkembangan UEA selama 40 tahun terakhir membutuhkan pendekatan yang tidak ramah lingkungan dalam mengeksplorasi sumber daya alamnya," kata Dawn Chatty, profesor antropologi di Universitas Oxford.

"Untuk menyelamatkan lingkungan membutuhkan upaya keuangan yang serius serta transformasi sosial."

Sebagian seperti yang diberitakan secara negatif oleh pers, UEA - dan Dubai khususnya, yang merupakan penyebab utama - berjanji untuk melakukan hal-hal yang lebih baik.

Pada 2012, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Perdana Menteri UEA dan penguasa Dubai, mengumumkan strategi pertumbuhan hijau UEA guna "menjaga lingkungan yang berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang" dan membangun ekonomi negara itu yang berwawasan lingkungan.

"Para pemimpin politik dan dunia bisnis di UEA memahami bahwa memperkuat kredensial lingkungan sangat penting untuk menghadirkan negara dan kota-kota seperti Dubai sebagai modern," kata profesor Natalie Koch, spesialis geografi politik di Universitas Syracuse di New York.

DubaiPohon palem Washingtonia ditanam sebagai bagian dari inisiatif 'Satu Juta Pohon' di dekat Dubai pada 2016 (kiri) dan 2019 (kanan). Foto: HAMZA NAZZAL

Para pengambil keputusan di UEA juga prihatin dengan bagaimana mereka akan mempertahankan kekayaannya saat ini ketika sumber daya minyak mengering atau menjadi kurang berharga, kata Gökçe Günel, profesor antropologi di Rice University di Texas dan penulis Spaceship In The Desert, sebuah buku tentang energi, perubahan iklim dan desain perkotaan di Abu Dhabi.

"Pasti ada dorongan untuk menarik perusahaan rintisan teknologi ke kawasan ini sejak awal 2000-an sebagai bagian dari transisi Dubai ke ekonomi berbasis pengetahuan," katanya.

"Dalam konteks ini, investasi dalam energi terbarukan dan teknologi bersih, atau lebih luas lagi dalam keberlanjutan, juga berfungsi sebagai sarana diversifikasi ekonomi."

Sudah ada sejumlah inisiatif yang berpusat di sekitar Dubai.

DubaiKekeringan, penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, perkembangan kota yang cepat, dan peningkatan salinitas tanah adalah semua risiko bagi Dubai. Foto: NAUFAL MQ/GETTY

Strategi Industri Dubai 2030 menguraikan rencana kota untuk "mempromosikan manufaktur yang ramah lingkungan dan hemat energi", sedangkan Taman Surya Mohammed Bin Rashid Al Maktoum satu miliar watt, yang terletak 50 km di selatan Dubai, adalah di antara taman surya terbesar di dunia.

Namun masalah lingkungan Dubai masih jauh dari selesai, terutama dalam kasus penggurunan.

Kekeringan, penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, perkembangan kota yang cepat, dan peningkatan salinitas tanah adalah semua risiko bagi kota ini.

Kegagalan untuk menanganinya secara memadai mengancam segalanya, mulai dari hilangnya tanah subur secara permanen hingga matinya spesies asli wilayah tersebut.

DubaiSelama 1970-an dan 1980-an, pemanfaatan UEA atas cadangan minyaknya yang besar telah memicu periode pertumbuhan dan kemakmuran finansial yang luar biasa, tetapi ini sebagian besar terjadi tanpa banyak pertimbangan terhadap lingkungan. Foto; AC PRODUCTIONS/GETTY.

Selain itu, mengingat UEA sangat bergantung pada impor untuk mendukung populasinya yang meningkat, ada kebutuhan besar untuk meningkatkan tingkat produksi pangan internal sehingga membuat kawasan ini lebih mandiri, dan dengan demikian lebih berkelanjutan.

Pada Mei 2021, Sheikh Mohammed meluncurkan Food Tech Valley, sebuah inkubator penelitian dan inovasi yang bertujuan untuk melipatgandakan produksi pangan UEA.

Untuk mencapai ini, UEA akan membutuhkan inisiatif anti-penggurunan yang efektif.

Salah satu pendekatan yang telah lama disebut-sebut sebagai inti dari upaya ini adalah solusi lingkungan kuno dengan menanam lebih banyak pohon.

"Pohon mengikat tanah, menyerap karbon, meningkatkan kesuburan tanah dan juga meningkatkan infiltrasi dan pengisian air ke dalam tanah," kata Anna Tengberg, profesor di Pusat Studi Keberlanjutan Universitas Lund di Swedia.

DubaiPada tahun 2010, Sheikh Mohammed meluncurkan inisiatif 'Satu Juta Pohon', yang bertujuan untuk menanam satu juta pohon dalam upaya meningkatkan area hijau di kota dan menghentikan penggurunan. Foto; FABIO FORMAGGIO /GETTY.

Para pengambil keputusan di Dubai sangat menyadari dampak potensial yang dapat diberikan pohon dalam memerangi penggurunan.

Pada 2010, Sheikh Mohammed meluncurkan inisiatif 'Satu Juta Pohon', yang bertujuan untuk menanam satu juta pohon dalam upaya meningkatkan area hijau di kota dan menghentikan penggurunan.

Namun, menurut Hamza Nazzal, perwakilan Green Land, perusahaan yang mengembangkan proyek dalam kemitraan dengan Yayasan Lingkungan Internasional Zayed yang didukung pemerintah, "100% pohon telah mati dan inisiatif tersebut gagal total."

Nazzal mengatakan proyek itu "ditinggalkan" setelah Dubai Holding, sebuah perusahaan investasi milik pemerintah, mengumumkan pengembangan beberapa proyek real estat di tanah yang sama, meskipun akhirnya tidak dibangun.

DubaiPada 2010, Sheikh Mohammed meluncurkan inisiatif 'Satu Juta Pohon', yang bertujuan untuk menanam satu juta pohon dalam upaya meningkatkan area hijau di kota dan menghentikan penggurunan. Foto; SVIATLANA YANKOUSKAYA /GETTY

"Jelas proyek ini digunakan untuk tujuan public relation dan media dan untuk menampilkan inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan keberlanjutan," ujar Nazzal.

"Jika mereka benar-benar peduli dengan lingkungan, mereka akan berusaha menyelamatkan satu juta pohon yang mati di depan mereka."

Christian Henderson, profesor studi Timur Tengah di Universitas Leiden di Belanda, mengatakan hal itu "menimbulkan pertanyaan" bahwa tujuan sebenarnya dari proyek itu adalah keberlanjutan sejati, mencatat bahwa prestise politik dan citra lingkungan juga tampaknya menjadi alasan penting.

"Secara ekologis, kegagalan proyek ini adalah akibat dari fakta bahwa beberapa pohon tidak cocok dengan lingkungan UEA," tambahnya.

Future Planet menghubungi Dubai Holding dan Pemerintah Kota Dubai tentang inisiatif tersebut, tetapi sejauh ini tidak mendapat tanggapan.

DubaiMeskipun inisiatif ini gagal, penanaman pohon masih dilihat sebagai bagian inti dari strategi anti-penggurunan di Dubai, seperti halnya di tempat lain di Timur Tengah. Foto: SVIATLANA YANKOUSKAYA /GETTY

Memilih spesies yang tepat - lebih dipilih yang asli pada daerah tersebut - sangat penting untuk proyek penanaman pohon, Tengberg setuju, seperti mempertimbangkan jarak pohon saat menanam di daerah kering dan mempertimbangkan manfaatnya bagi masyarakat lokal.

Meskipun inisiatif ini gagal, penanaman pohon masih dilihat sebagai bagian inti dari strategi anti-penggurunan di Dubai, seperti halnya di tempat lain di Timur Tengah.

Arab Saudi, misalnya, baru-baru ini menyatakan ambisinya untuk menanam 10 miliar pohon selama beberapa dekade mendatang sebagai bagian dari Inisiatif Hijau Saudi.

Tentu saja, agar proyek apa pun berhasil di lanskap yang kering dan gersang, memahami cara cerdas menggunakan persediaan air yang sedikit untuk menjaga pohon tetap hidup dan sehat sangat penting.

DubaiPerawatan pohon buah jambu di Al Ain, Abu Dhabi. Foto: DESERT CONTROL

Dubai, serta bagian lain di Timur Tengah, telah berinvestasi dalam berbagai proyek "penyemaian awan" yang bertujuan untuk menginduksi hujan secara artifisial, tetapi banyak di antaranya kontroversial, dengan keberhasilan yang sulit diukur.

Beberapa berpendapat hal itu dapat menyebabkan banjir, dan lainnya menyarankan bahan yang digunakan, seperti yodium perak, bisa berbahaya.

Teknologi baru yang dikembangkan oleh startup hijau seperti Desert Control yang berbasis di Norwegia menawarkan cara yang berbeda.

Desert Control bertujuan untuk memperbaiki masalah penggurunan Dubai dengan menyebarkan nanopartikel tanah liat alami cair guna secara cepat mengubah pasir gurun menjadi tanah subur.

Teknologi ini bekerja dengan menyemprotkan cairan yang terbuat dari air dan tanah liat ke tanah yang kering dan rusak, menciptakan lapisan sedalam sekitar 50 cm (20 inci).

DubaiMemilih spesies yang tepat - lebih dipilih yang asli pada daerah tersebut - sangat penting untuk proyek penanaman pohon. Foto: STEFAN TOMIC/GETTY.

"Gravitasi membawa partikel tanah liat kecil ke dalam tanah, dan mereka menempel pada setiap butiran pasir yang mereka temui," jelas Ole Kristian Sivertsen, kepala eksekutif Desert Control.

"Mereka kemudian membentuk struktur tanah yang menahan air seperti spons. Ini, dengan berjalannya waktu, akan mengubah pasir yang terdegradasi menjadi tanah yang subur."

Cairan nanopartikel tidak hanya mengairi tanah, tetapi memastikan air dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu panjang, dan memungkinkannya untuk menyimpan lebih banyak nutrisi.

Akibatnya, tanah yang kekurangan mineral dapat diberikan kehidupan baru.

Teknologi ini menunjukkan kemungkinan pembentukan tanah dalam kondisi lingkungan yang sulit, kata Daniel Evans, yang meneliti sistem lahan berkelanjutan di Cranfield Soil and Agrifood Institute di Inggris.

DubaiDalam satu proyek di Dubai, perawatan tersebut menghasilkan penghematan air 50% untuk pohon palem dan berbagai jenis pohon lainnya. Foto: AANARAV SAREEN /GETTY

Desert Control masih dalam tahap awal ceritanya, tetapi sejak 2019 telah menerapkan percontohan tanah liat alami cair di Dubai dengan beberapa petani dan pemilik tanah dan Pusat Pertanian Biosalin Internasional (ICBA) Dubai.

Jenis tanah yang berbeda memerlukan komposisi tanah liat alami cair khusus, sehingga pengujian yang kuat diperlukan untuk memastikan solusi yang tepat digunakan di setiap contoh.

Menurut Sivertsen, ICBA mendokumentasikan penghematan air sebesar 47% menggunakan teknologi untuk rumput yang biasanya digunakan untuk lapangan olahraga, lapangan golf, taman, dan lanskap hijau.

Hal ini juga melihat hasil yang lebih baik dari tanaman pangan seperti semangka (17%), millet mutiara (28%) dan cukini (62%).

Dalam satu proyek di Dubai, perawatan tersebut menghasilkan penghematan air 50% untuk pohon palem dan berbagai jenis pohon lainnya, kata Sivertsen.

DubaiJenis tanah yang berbeda memerlukan komposisi tanah liat alami cair khusus, sehingga pengujian yang kuat diperlukan untuk memastikan solusi yang tepat digunakan di setiap contoh. Foto: OWNGARDEN/GETTY

Namun, menggunakan tanah liat alami cair untuk menumbuhkan sejumlah besar pohon di Dubai akan menjadi tugas besar.

"Satu pohon kurma butuh air sekitar 250 liter per hari," kata Sivertsen.

Anne Verhoef, fisikawan tanah di University of Reading, mengatakan bahwa meskipun tanah liat cair alami "pada prinsipnya, merupakan peluang yang sangat menarik" masih ada pertanyaan seputar kepraktisan dan kelayakannya.

Misalnya, penggunaan air asin dapat memengaruhi apakah tanah tetap sehat dan cocok untuk pertanian dalam jangka panjang, katanya.

Karena kurangnya ketersediaan air tawar di UEA, air yang digunakan dalam pertanian sering kali datang melalui pabrik desalinasi, yang dapat menghasilkan kadar garam yang lebih tinggi dari biasanya.

DubaiJenis tanah yang berbeda memerlukan komposisi tanah liat alami cair khusus, sehingga pengujian yang kuat diperlukan untuk memastikan solusi yang tepat digunakan di setiap contoh. Foto: TRAVEL WILD/GETTY.

Oleh karena itu, sangat penting bahwa tanah liat alami cair diluncurkan perlahan-lahan, kata Verhoef, dengan uji ilmiah yang tepat berlangsung selama beberapa tahun untuk memastikan tidak ada efek buruk pada tanah, lingkungan yang lebih luas dan masyarakat lokal.

Dan bahkan jika pengolahan tanah liat cair alami berhasil, kata Evans, itu tidak mengatasi semua tantangan untuk membangun pertanian di lingkungan gurun, seperti menyimpan makanan yang dipanen dan mendukung tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memanen tanaman.

"Inovasi teknologi dalam robotika, AI, dan sensor dapat membantu mengatasi kendala ini," tambahnya.

Diperkirakan 75% dari luas daratan planet kita sudah terdegradasi tetapi masalah ini seringkali tidak mendapat perhatian yang diperlukan.

"Ini adalah masalah yang sebagian besar mempengaruhi Afrika, Asia dan Amerika Latin, dan daerah miskin di negara maju, seperti beberapa daerah Mediterania yang kering dan terpinggirkan," kata Tengberg.

"Negara-negara kaya lebih peduli tentang perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi oleh bahan kimia."

DubaiDiperkirakan 75% dari luas daratan planet kita sudah terdegradasi tetapi masalah ini seringkali tidak mendapat perhatian yang diperlukan. Foto: DEBBIE FORTES /GETTY

Hal ini tercermin dalam struktur tata kelola lingkungan internasional dan mekanisme pembiayaan, tambahnya, dengan Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi menerima jauh lebih sedikit pendanaan multilateral daripada rekan-rekannya dalam perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.

Mengingat kekayaannya yang sangat besar, dorongannya untuk menjadi yang terdepan dalam kemajuan, dan perlunya reklamasi tanah yang semakin banyak dirampas oleh pasir, upaya anti-penggurunan UEA dapat memberikan solusi untuk ini, dan pola bagi seluruh dunia untuk mengikutinya.

Sebagai pemimpin teknologi di wilayah tersebut, jalur progresif yang ditempa oleh negara dapat membawa manfaat yang lebih luas bagi negara-negara sekitarnya dan wilayah lain yang menghadapi masa depan yang tidak pasti karena penggurunan.

Sumber: bbc.com