Oleh : Taryani
INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Perjuangan sejumlah nelayan kecil di Indramayu sekalipun menghadapi cuaca ekstrem namun terus berangkat ke laut.
Dampak cuaca ekstrem memang cukup dirasakan para nelayan. Sebagian besar nelayan khususnya di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tidak berangkat ke laut karena jika dipaksakan melaut maka konsekwensinya menanggung risiko yang tidak kecil
Tapi ada juga sejumlah nelayan yang nekad melaut. Mereka seolah-olah tidak gentar dengan cuaca ekstrem yang ditandai ombak besar, angin kencang dan hujan lebat di laut.
Nelayan yang tidak melaut terpaksa memarkir perahunya di tepi sungai dekat muara di Kecamatan Juntinyuat. Tampak puluhan perahu terparkir di sana.
Sembari perahunya ditambat, sejumlah nelayan beraktivitas membenahi jaring ikan, rajungan dan rebon atau udang kecil yang robek.
Melongok ke kantor Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Mulya di Kecamatan Juntinyaut, Kabupaten Indramayu tampak sepi aktivitas.
Maklum, kondisi nelayan sepi, koperasinya juga sepi. Koperasi ini melayani kebutuhan nelayan.
“Segara koplak, wong mayang paila,” ujar Warma, 47 salah seorang nelayan di Kecamatan Juntinyat yang artinya kurang lebih, ombak laut besar, nelayan paceklik.
Meskipun demikian, sejumlah nelayan nekad berangkat ke laut.
Hal itu karena didesak kebutuhan di rumah. Sehingga walaupun ombak besar, hujan deras dan angin kencang yang bertiup di laut dianggap bukan sebagai penghalang.
“Terus-terusan nganggur ning umah ora betah, “ katanya, yang artinya terlalu lama menganggur di rumah tidak betah.
Karenanya meski saat ini sedang dilanda cuaca ekstrem, namun sejumlah nelayan terus berangkat melaut.
Nelayan di Kecamatan Juntinyuat umumnya menggunakan perahu atau kapal kecil dengan jaring kecil. Karena itu, lokasi penangkapannya tidak jauh.
Mengingat sarana yang digunakan seperti perahu dan jaring berukuran kecil, maka hasilmya pun kurang maksimal.
Ditanya mengenai hasil menjaring, kata seorang nelayan yang lain, Mang Kumis, 43 untuk saat ini umumnya hasil melaut itu tidak terlalu besar.
Hasil kotor hanya mencapai ratusan ribu rupiah saja. Setelah dikurangi pembelian solar dan biaya perbekalan, paling-paling sisa yang bisa dibawa pulang ke rumah sekitar Rp100 ribuan.
Nelayan berangkat sekitar pukul 15.00 WIB dan pulang pagi. Hasil tangkapan laut sesampai di darat langsung dijual ke bakul. Uangnya dibawa pulang menutupi kebutuhan sehari-hari.
Nelayan di sini katanya seluruhnya sudah menggunakan mesin. Jadi penggerak perahu itu tidak lagi mengandalkan angin.
Jenis ikan yang ditangkap umumnya berukuran kecil hingga sedang. Jarang nelayan di sini yang menangkap ikan tongkol atau kakap merah.
“Hasile cumi, kadang rebon atawa iwak ruca,” ungkapnya, yang maknanya adalah, hasilnya cumi-cumi, udang kecil atau ikan kecil-kecil.
Di sekitar wilayah kerja KPL Mina Mulya Kecamatan Juntinyuat ini cukup banyak bakul ikan yang mengolah ikan ruca menjadi ikan asin.
Pemandangan sehari-sehari saat melintasi wilayah itu banyak ikan ruca dijemur di bawah terik matahari. (Taryani)