Berkenalan dengan Kuliner Tradisional Emirat yang Unik

  • Oleh : Redaksi

Senin, 07/Mar/2022 20:26 WIB
Tampaknya tidak terlalu nikmat, tetapi bubur daging ini benar-benar merupakan hidangan yang lezat. Foto: bbcindonesia.com. Tampaknya tidak terlalu nikmat, tetapi bubur daging ini benar-benar merupakan hidangan yang lezat. Foto: bbcindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Makanan khas Dubai tidak ada hubungannya dengan penganan hummus dari Lebanon dan kebab dari Turki.

"Istilah 'makanan lokal' memiliki makna tersendiri di Dubai," kata Debra Greenwood, direktur acara tahunan Dubai Food Festival.

Baca Juga:
Museum Masa Depan di Dubai Jadi Landasan Pesawat Luar Angkasa

"Sebagai sebuah kota yang penduduknya terdiri lebih dari 200 bangsa, makanan 'lokal' di Dubai merupakan perpaduan cita rasa global. Dari Peru sampai Prancis, Korea sampai Vietnam, Anda dapat menikmati makanan dari seluruh dunia di kota kecil ini."

Tetapi, betapapun nikmatnya berbagai citarasa itu, sayangnya ada satu kuliner yang kurang terwakili dalam keanekaragaman makanan di kota itu: makanan khas Uni Emirat Arab (UEA) sendiri.

Baca Juga:
Dubai Buka Restoran Tanpa Tirai Penutup Selama Ramadan

Para turis dan pekerja asing tidak pernah menunjukkan ketertarikan mereka terhadap kuliner, sementara adat warga Emirat adalah menikmati makanan tradisional di rumah. 

"Meskipun para ekspatriat dan turis tidak banyak menemukannya, makanan tradisional benar-benar penting di rumah-rumah keluarga dan pada perayaan-perayaan," kata Nasif Kayed, pimpinan Sheikh Mohammed Centre for Cultural Understanding (SMCCU).

Baca Juga:
Turis Israel Posisikan Dubai sebagai Las Vegas di Timur Tengah

"Hidangan lokal kami disajikan dari generasi ke generasi, terutama selama Ramadan, Anda dapat melihat dapur-dapur lokal sibuk menyiapkan hidangan-hidangan favorit."

Tetapi sekarang, berkat gelombang baru wisatawan yang mendambakan hal-hal yang berbau tradisi, tumbuh minat terhadap hidangan asli Dubai.

Sebagai hasilnya, makanan khas Emirat secara perlahan keluar dari dapur-dapur pribadi dan memasuki wilayah kuliner umum.

Arva Ahmed, yang orang tuanya dari India, yang memimpin tur dari restoran ke restoran di seputar kota lama Dubai, dengan saudara perempuannya Farida, mengakui adanya peningkatan minat atas makanan lokal di Dubai.

Kenyataan ini membuat kekhawatirannya terhadap masa depan makanan lokal Dubai menjadi "tidak beralasan".

"Minat terhadap makanan lokal ini tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, dan sudah ada gerakan nyata untuk membawanya ke publik," jelasnya.

Di SMCCU, perubahan ini diterjemahkan dengan proses menyambut para pengunjung untuk menikmati hidangan tradisional, mulai pancake saffron yang segar dan lembut saat sarapan hingga hidangan kambing bakar yang empuk dan nasi di malam hari.

Semuanya disajikan dengan gaya lokal yang ditunjukkan secara antusias oleh para relawan. Segala hal terkait UAE kemudian dibincangkan mulai makanan hingga pakaian tradisional.

Dan menurut Greenwood, daya tarik kota yang dibayang-bayangi cita rasa restoran internasional pun mulai mengakui nilai cita rasa lokal.

"Restoran-restoran yang mengkhususkan diri pada kuliner lokal ala Emirat, saat ini, diantaranya adalah Seven Sands, jaringan lokal Al Fanar serta aneka kafe kecil di mana Anda bisa datang begitu saja untuk secangkir kopi susu unta dan khameer(sejenis roti khas yang ditaburi wijen) - seperti Mama Tani, Bikers' Café dan Klayya Bakery," ungkap Greenwood.

Jadi, di sanalah tempat untuk menikmati makanan lokal Dubai. Tetapi apa sebenarnya yang mereka sajikan untuk pelanggan yang penasaran?

Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kuliner Timur Tengah bukanlah hidangan serba homogen yang sama antara satu daerah dan daerah lainnya.

Dubai memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak ada hubungannya dengan hummus dari Lebanon dan kebab dari Turki.

"Karena banyak restoran yang mengiklankan sekadar makanan Timur Tengah, kadang-kadang hidangan-hidangan asli UAE menjadi sulit untuk dibedakan," kata Khadar Puthabba, tukang masak alias chef di Barjeel Heritage Guest House.

Kenyataannya, hidangan tradisional Emirat itu sehat dan disukai. Termasuk semur yang dimasak dengan metode slow-cooked, bumbu-bumbu yang halus, daging dan ikan bakar, hidangan-hidangan nasi yang wangi, kue-kue gurih yang lipatannya artistik dan salad sayur mayur yang bercita rasa tajam.

Barjeel adalah satu dari sedikit hotel yang menawarkan hidangan asli Emirat, yang menurut Puthabba, merupakan kunci untuk mengenalkan warisan kekayaan kuliner suatu bangsa.

Selama berabad-abad, sebelum ketujuh emir bersatu, wilayah tersebut merupakan tempat bagi berbagai suku.

Di padang pasir, orang-orang suku Badui mengandalkan hewan-hewan yang kuat seperti ayam dan kambing untuk diambil dagingnya, sementara unta menyediakan susu.

Adapun bumbu dan sayuran - yang diperoleh melalui perdagangan - untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Di sepanjang pantai, nelayan, penyelam mutiara dan pedagang hidup dari seafood, ditambah juga dengan herbal dan rempah-rempah - seperti saffron, kapulaga, kayu manis dan kunyit - ditambah nasi dan kacang-kacangan yang diimpor dari Asia.

Ikan yang dikeringkan merupakan bagian penting yang lain, jelas Puthabba: "Karena kurangnya mesin pendingin, ikan dibersihkan, digarami dan dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengawetkannya selama mungkin.

Untuk bagian yang manis, kurma berlimpah di kawasan oasis. Buah kurma - yang gemuk dan lengket - biasanya ada di padang pasir dan diberikan sebagai hadiah.

Madu biasanya dipergunakan sebagai pemanis, sementara kacang-kacangan - biasanya pistasio - merupakan hidangan pencuci mulut yang populer.

Uni Emirat Arab (UEA) didirikan pada tahun 1971 dan, berkat melimpahnya cadangan minyak dan gas di negara itu, telah tumbuh menjadi negara kaya.

Negara itu kemudian berkembang menjadi tanah bagi gedung pencakar langit yang berkilau, mobil-mobil luks berkecepatan tinggi dan barang-barang mewah.

Sehingga, boleh dikatakan hampir tidak dapat lagi dikenali sebagai padang pasir yang terpencil yang dihuni suku Badui dari generasi ke generasi.

Namun demikian, kenangan dari akar nomaden ini tetap hidup dalam kesadaran nasional.

Dan ketersediaan yang semakin melimpah dari hidangan-hidangan tradisional yang tumbuh dari peninggalan nenek moyang mereka yang pengelana itu merupakan bukti keinginan Dubai untuk melestarikan keunikan citarasanya. (dn/sumber: bbcindonesia.com)