Turis Rusia di Bali Tak Bisa Tarik Uang dari ATM Akibat Sanksi Perang di Ukraina

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 10/Mar/2022 22:45 WIB
Seorang turis asal Rusia, Konstantin Ivanov, mendapati ATM-nya terblokir saat mencoba menarik uang tunai dari sebuah mesin ATM di Bali. Foto: merdeka.com. Seorang turis asal Rusia, Konstantin Ivanov, mendapati ATM-nya terblokir saat mencoba menarik uang tunai dari sebuah mesin ATM di Bali. Foto: merdeka.com.

BALI (BeritaTrans.com) - Turis asal Rusia, Konstantin Ivanov, mencoba menarik uang di salah satu mesin ATM di Bali, tetapi ia gagal melakukan transaksi. Ternyata layanan kartu ATM dari bank Rusia telah terblokir.

Sanksi yang dijatuhkan oleh berbagai negara Barat terhadap sektor perbankan Rusia atas invasinya ke Ukraina berdampak pada warga Rusia yang saat ini berada di luar negeri.

Baca Juga:
Memanas! Rusia Peringatkan Kemungkinan Perang Nuklir

Kini mereka hanya dapat mengandalkan transaksi dengan uang tunai atau beralih ke transaksi kripto untuk bertahan hidup.

"Masalah ini sangat merepotkan kami. Kami langsung kehilangan (akses) keuangan kami," kata Konstantin kepada kantor berita Reuters.

Baca Juga:
Ukraina Klaim Berhasil Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

Pria berusia 27 tahun ini mengatakan, jika akses ke dana mereka di perbankan Rusia benar-benar terblokir, dia ingin mencari penghasilan agar bisa bertahan selama berada di Indonesia.

Kedutaan Besar Rusia di Jakarta telah dimintai komentar namun belum memberikan tanggapan.

Baca Juga:
AS Kembali Terbangkan Drone Pengintai Usai Insiden di Laut Hitam

Bali telah menjadi tujuan wisata populer di kalangan turis asal Rusia, yang berbondong-bondong ke pulau itu dalam jumlah puluhan ribu sebelum pandemi.

Mereka juga termasuk kelompok turis yang pertama kembali ke Bali ketika perbatasan dibuka akhir tahun lalu.

Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada bulan Januari 2022 tercatat sekitar 1.150 orang Rusia masuk ke Indonesia.

Kepada Reuters, manajer salah satu kafe di Bali, Rifki Saldi Yanto, mengatakan turis-turis Rusia yang datang ke tempatnya telah berkurang dalam beberapa hari terakhir. Mereka yang datang kebanyakan membayar dengan uang tunai.

Selain di Bali, saat ini lebih dari 7.000 turis Rusia terkatung-katung di Thailand karena pembatalan penerbangan, jatuhnya nilai mata uang rubel, dan masalah pembayaran. 

Perekonomian Rusia menghadapi krisis terparah sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, setelah negara-negara Barat mengisolasinya dari sistem keuangan global.

Sistem pembayaran internasional SWIFT telah memutuskan koneksi sejumlah bank Rusia dari jaringannya, sementara layanan kartu kredit Visa dan Mastercard memblokir penggunaan di luar negeri dari kartu bank Rusia mulai 9 Maret 2022.

Isolasi ekonomi terus berlanjut

Dalam laporan Reuters lainnya disebutkan, tekanan terhadap Moskow meningkat pada hari Rabu (09/03) setelah produsen makanan Nestle, produsen rokok Philip Morris dan produsen elektronik Sony menyatakan mundur dari negara itu.

Amerika Serikat (AS) juga sedang mempertimbangkan sanksi terhadap pemasok tenaga nuklir Rosatom sementara Bank Dunia mengatakan Pemerintah Rusia hampir gagal membayar utangnya.

Pemerintahan Presiden Vladimir Putin telah mengambil langkah-langkah untuk menopang perekonomian dan berencana untuk membalas larangan dari AS atas ekspor minyak dan energinya.

Dari sisi diplomasi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Turki untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya pada hari Kamis (10/03).

Ukraina sendiri dikabarkan sedang berusaha agar ada gencatan senjata dan pembebasan wilayahnya dari invasi Rusia.

Moskow menuntut agar Kyiv bersikap netral dan membatalkan ambisi mereka untuk bergabung dengan NATO yang menurut Presiden Putin merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Rusia.

Pasukan Rusia telah menguasai wilayah di sepanjang perbatasan timur laut, timur dan tenggara Ukraina. Pertempuran kini terjadi di pinggiran ibu kota Kyiv, sementara kota kedua Ukraina, Kharkiv, terus dibombardir. (dn/sumber: abc.net.au)