Oleh : Fahmi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Rusia menyita ratusan jet komersial yang dimiliki oleh perusahaan leasing AS dan Eropa. Ini merupakan tanda lebih lanjut dari tantangan yang dihadapi industri penerbangan negara itu, karena sanksi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip CNN, Kamis (17/3/2022), menurut pernyataan dari Kremlin, Presiden Vladimir Putin menandatangani undang-undang pada Senin 14 Maret. Sebagai bagian dari tindakan anti-sanksi pemerintah yang akan memungkinkan maskapai penerbangan Rusia untuk mendaftarkan pesawat yang disewa dari perusahaan asing di Rusia, di mana mereka akan diberikan sertifikat kelaikan udara lokal.
Baca Juga:
Selama Libur Lebaran, Indonesia AirAsia Angkut 310.000 Penumpang
Undang-undang itu akan memungkinkan maskapai Rusia untuk mempertahankan pesawat sewaan asing mereka dan mengoperasikan pesawat di rute domestik, sementara mempersulit perusahaan asing untuk mendapatkan kembali jet mereka tanpa persetujuan pemerintah Rusia.
Sanksi AS dan Eropa yang dikenakan pada Rusia mengharuskan perusahaan leasing untuk mengambil alih semua pesawat yang mereka sewakan ke maskapai Rusia pada akhir bulan.
Baca Juga:
Monitoring Arus Balik Lebaran 2024, Dirjen Perhubungan Udara Apresiasi Semangat Karyawan AirNav
Pembuat pesawat Barat seperti Airbus (EADSF) dan Boeing (BA) telah memutus akses maskapai Rusia ke suku cadang yang mereka butuhkan untuk merawat dan menerbangkan jet mereka dengan aman.
Menurut data yang diberikan oleh perusahaan analisis penerbangan Cirium, maskapai Rusia mengoperasikan 305 jet Airbus dan 332 jet Boeing.
Baca Juga:
Garuda Indonesia Group Terbangkan 80.243 Penumpang di Puncak Arus Balik
Rusia juga memiliki 83 jet regional buatan pabrikan Barat seperti Bombardier, Embraer dan ATR. Hanya 144 pesawat dalam armada aktif maskapai Rusia yang dibangun di Rusia.
Data Cirium menunjukkan bahwa 85% dari pesawat buatan asing tersebut dimiliki oleh perusahaan leasing, dan nilai gabungannya mencapai $12,4 miliar. Tidak jelas bagaimana perusahaan leasing bisa mengambil alih pesawat-pesawat ini, sementara mereka tetap berada di tanah Rusia.
Sanksi tambahan yang melarang pesawat Rusia terbang ke sebagian besar negara lain telah membatasi industri penerbangannya pada dasarnya untuk penerbangan domestik.
Perusahaan leasing sejauh ini belum menanggapi permintaan untuk mengomentari tindakan Rusia, dan tidak jelas apakah mereka akan menginginkan pesawat itu kembali. Pesawat tidak akan memiliki akses ke suku cadang dan tidak akan memiliki sertifikat kelaikan udara yang valid yang akan diterima oleh maskapai barat.
"Jet-jet ini tidak akan didukung dengan suku cadang dan perawatan lagi," kata Richard Aboulafia, direktur pelaksana AeroDynamic Advisory. "Ini masalah nyata jika mereka kehilangan sertifikat kelaikan udara mereka, yang dapat terjadi jika catatan yang tepat tidak disimpan, atau terutama jika mereka dikanibal untuk suku cadang."
Kehilangan akses ke 85% dari pesawat buatan asing akan menjadi pukulan yang melumpuhkan bagi perekonomian negara.(fhm)