Ancaman China & Rusia Meningkat, Australia Percepat Pembelian Rudal Jarak Jauh

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 06/Apr/2022 11:44 WIB


CANBERRA (BeritaTrans.com) - Australia telah mempercepat beberapa tahun dari jadwal, rencana untuk membeli rudal-rudal serbu jarak jauh karena meningkatnya ancaman oleh Rusia dan China.

Menteri Pertahanan Peter Dutton Selasa mengatakan percepatan untuk memperlengkapi jet-jet tempur dan kapal-kapal perang itu akan menelan biaya 2,6 miliar dolar dan meningkatkan kemampuan Australia untuk mencegah musuh-musuh potensial.

Baca Juga:
Setelah Pidato di Singapura Terkait Perdamaian, Menhan Prabowo Terima Kunjungan Dubes Ukraina: Menurut Informasi Selang 5 Jam Kedubes Rusia Menyusul

Dutton mengatakan, “Ini adalah akselerasi perolehan senjata-senjata untuk Angkatan Laut dan Angkatan Udara kami serta untuk mencegah agresi aktif terhadap negara kami. Saya pikir dunia telah dikejutkan oleh apa yang kita lihat di Eropa dan di Ukraina. Kami berharap dan berdoa ini tidak menyebar ke negara-negara lain. Tetapi kami juga khawatir mengenai apa yang terjadi di Indo-Pasifik dan ini berkenaan dengan Australia yang bersiap dan memastikan bahwa kami dapat mengatasi setiap tindakan intimidasi terhadap negara kami.”

Ia juga mengatakan kepada wartawan, ada asumsi bahwa tindakan agresi oleh China terhadap Taiwan mungkin terjadi pada tahun 2040-an. Menurutnya, kerangka waktu itu kini telah memendek secara dramatis.

Baca Juga:
Menhan Prabowo Beberkan 4 Pelajaran Penting dari Perang Rusia-Ukraina

Jadwal baru mengenai penambahan persenjataan itu dikeluarkan setelah Kepulauan Solomon mengumumkan rancangan perjanjian keamanan dengan China.

Tingkatkan Belanja Militer

Baca Juga:
Rusia Tuduh Pasukannya Diracuni Botulinum Oleh Ukraina

Diberitakan sebelumnya Perdana menteri Australia, Rabu (1/7/2020), mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan menjadi 190 miliar dolar untuk dekade berikutnya, yang akan mencakup rudal jarak jauh dan kemampuan untuk mengusir musuh dari pantai-pantainya.

Perdana Menteri Scott Morrison memperingatkan dunia pasca-pandemi akan menjadi lebih miskin, lebih berbahaya dan mengumumkan fokus baru pada wilayah yang lebih dekat dengan Australia. Meski demikian militer Australia terbuka untuk bergabung dengan koalisi pimpinan AS seperti di Afghanistan dan Irak dalam serangan-serangan sesuai kepentingan nasional Australia.

Australia belum pernah mengalami ketidakpastian ekonomi dan strategis seperti ini di kawasan Indo Pasifik sejak Perang Dunia II, karena berbagai alasan, termasuk ketegangan antara Amerika dan China, katanya.

Morrison mengatakan, meskipun Australia menghadapi pandemi Covid di dalam negeri, Australia juga perlu mempersiapkan dunia pasca-Covid yang lebih miskin, yang lebih berbahaya dan kacau.

Ketegangan mengenai klaim teritorial meningkat antara India dan China dan juga di Laut China Selatan, kata Morrison.
Morrison menambahkan, hubungan antara China dan Amerika sangat terpecah karena kedua negara bersaing untuk supremasi politik, ekonomi dan teknologi.

China membantah mengupayakan pijakan militer di sana dan menuduh pihak-pihak lain yang meningkatkan ketegangan.