Kasus Covid Kian Landai, Tetap Waspada Lonjakan Habis Lebaran

  • Oleh : Taryani

Rabu, 04/Mei/2022 19:22 WIB
Vaksinasi booster semakin gencar dilakukan sejak menjadi salah syarat perjalanan mudik menggunakan moda transportasi kereta api. (ist.) Vaksinasi booster semakin gencar dilakukan sejak menjadi salah syarat perjalanan mudik menggunakan moda transportasi kereta api. (ist.)

JAKARTA (BeritaTrans.com) -  Tambahan kasus Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Namun, kewaspadaan tetap perlu dijaga terutama pasca liburan panjang Hari Raya Idulfitri.

Dalam sepekan terakhir (27 Februari-3 Mei 2022), kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 2.272, turun 39,80%. Pada Selasa (3/5/2022), Indonesia melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 107, turun 99,8% dibandingkan puncak gelombang III pada 16 Februari 2022 (64.718).

Jumlah kasus kematian akibat Covid-19 juga terus menurun. Dalam sepekan terakhir, kasus kematian turun 32,74% dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 152 jiwa.

Tren penurunan kasus ini diharapkan terus terjaga setelah liburan Hari Raya Idulfitri.

"Bagaimanapun perjalanan (mudik) meningkatkan risiko penyebaran atau terpapar Covid-19. Pencegahan jangan lupa dilakukan. Jangan abai dan tetap melakukan protokol kesehatan," tutur Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, dua puncak gelombang Covid-19 pada tahun 2021 dipicu oleh lonjakan kasus setelah libur panjang. Gelombang I terjadi setelah libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

Pada akhir Desember 2020, tambahan kasus Covid Indonesia ada di kisaran 5.000-6.000 per hari. Namun, kasus Covid-19 melonjak di atas 10.000 kasus pada pertengahan Januari 2021.

Puncak gelombang I terjadi pada 30 Januari 2021. Pada hari tersebut, jumlah kasus mencapai 14.518. Tambahan kasus dalam jumlah besar pada gelombang I baru mereda pada akhir Februari 2021.

Pengalaman serupa terulang pada libur panjang Lebaran 2021 di mana Hari Raya Idulfitri 2021 jatuh pada 12 Mei 2021. Pada akhir Mei, tambahan kasus harian masih tercatat 5.000-6.000.

Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54 ribu kasus lebih pada Juli 2021. Puncak gelombang II terjadi pada 15 Juli 2021 di mana kasus menembus 56.757.

Periode gelombang II berlangsung lebih lama dibandingkan dengan periode gelombang I. Gelombang II Covid-19 baru mereda di akhir Agustus 2021.

Gelombang II juga memakan korban jiwa paling besar. Pada periode 16 Juli-22 Agustus 2021, kasus kematian akibat Covid-19 tercatat lebih dari 1.000 sehari.

Namun, penurunan kasus Covid-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir juga diiringi oleh berkurangnya jumlah orang yang dites Covid-19. Selama periode mudik pada 28 April hingga 3 Mei 2022 kemarin, jumlah orang yang menjalani tes Covid-19 hanya berkisar 30.000-95.000 orang per hari.

Pada puncak arus mudik 29 April 2022, jumlah orang yang menjalani tes Covid-19 hanya 71.873 orang. Jumlah orang yang menjalani tes Covid-19 turun drastis dibandingkan periode libur panjang Natal dan Tahun Baru akhir tahun lalu.

Di bulan Desember 2021, jumlah orang yang menjalani tes berada di kisaran 180.000-200.000 per hari. Penurunan jumlah orang yang dites ini memang sudah diprediksi karena pemerintah memberikan pelonggaran.

Pemudik yang sudah mendapatkan vaksinasi booster diizinkan bepergian tanpa menunjukkan hasil negatif Covid-19. Sementara mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap atau dosis satu harus tetap menunjukkan hasil negatif Covid-19.

"Saat ini kita tidak perlu melakukan tes seagresif setahun lalu. Di tengah modal imunitas yang baik, lebih penting melihat sampling tes siapa dan populasinya yang mana yang dites. Jika hasil tes dari sampling tersebut ada 5% yang positif berarti itu buruk," tutur Dicky.

Merujuk pada data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), positivity rate pada Selasa (3/5/2022) tercatat 0,28%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan positivity rate pada libur panjang akhir tahun lalu yakni di kisaran 0,11-0,13%.

Kendati demikian, positivity rate dalam sepekan terakhir masih jauh dari batas yang dianggap bahaya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5%. (tr/Sumber:CNBC Indonesia)