Remaja Citayam hingga Bojong Gede Adu Gaya di Taman Dukuh Atas

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 07/Jul/2022 15:09 WIB


Jakarta (Beritatrans.com) -- Taman Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat kini menjadi ruang publik yang memberikan nuansa baru usai diserbu ratusan remaja dari daerah pinggiran ibu kota negara RI itu.

Selain menjadi lokasi 'tongkrongan' remaja belasan tahun, tempat itu juga menjadi tempat adu fesyen atau outfit.

Beberapa remaja yang ditemui mengaku nyaman bersantai di taman tersebut. Mereka mengaku rela berangkat jauh-jauh dari tempat tinggal mereka yang berada di--misal--Citayam, Bojong Gede, Tangerang, hingga Bekasi Timur.

Kebiasaan mereka mengenakan pakaian mencolok bisa dilihat setiap sore di wilayah yang menjadi kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD) di distrik bisnis Jakarta itu. Belakangan jumlah mereka meledak pada akhir pekan sehingga memunculkan istilah Citayam Fashion Week.

Sebetulnya apa sih Taman Dukuh Atas yang tiba-tiba menjadi arena 'Citayam Fashion Week' itu?

Taman Dukuh Atas adalah ruang terbuka hijau yang dibangun di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Taman itu diapit Jalan Sudirman dan Jalan Tanjung Karang di sisi barat; Jalan Sudirman dan Jalan Blora di sisi timur.

Posisi taman itu bersinggungan dengan Stasiun Sudirman, Stasiun BNI City atau Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Dukuh Atas, hingga halte Transjakarta Dukuh Atas.

Jalan Kendal yang berada di bawah Jalan Jenderal Sudirman kini pun telah ditutup bagi kendaraan, hanya untuk pedestrian dan dikenal sebagai Terowongan Kendal.

Melalui akun resmi Instagramnya, MRT Jakarta resmi memperkenalkan taman ini pada 9 Juni 2021 lalu.

"Taman ini berada di atas Stasiun Dukuh Atas BNI serta taman ini terdapat akses masuk ke Stasiun Dukuh Atas BNI, dan juga terdapat rak sepeda," sebagaimana dikutip dari @mrtjkt, Rabu (6/7).

Baca Juga:
Fenomena `Citayam Fashion Week`, Tamara Dai: CatWalk, Bikin Konten, Memperkenalkan Brand Sendiri


Ratusan remaja dari berbagai daerah penyangga Jakarta mendatangi Taman Stasiun MRT Dukuh Atas di kawasan BNI City, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (5/7). (CNN Indonesia/Syakirun Niam)


Taman Dukuh Atas sebagaimana taman pada umumnya, menjadi ruang terbuka hijau (RTH) di tengah kepungan gedung pencakar langit. Meski pohon-pohon yang ditanam belum seberapa besar, namun cukup melindungi dari terik matahari.

Selayaknya taman di kawasan elite, Taman Dukuh Atas tampak diperhatikan dengan baik. Bedanya adalah taman di kawasan TOD itu memiliki latar bangunan bertingkat di distrik bisnis Jakarta tersebut.

Beberapa remaja yang berkunjung menilai Taman Dukuh Atas menjadi spot menarik untuk berfoto. Latar gedung-gedung pencakar langit di pusat kota Jakarta menjadi unsur menarik dalam satu frame.

"Karena banyak gedung-gedung, jadi bikin potongan lebih menarik," kata remaja asal Bulak Kapal, Bekasi Timur, Tegar Nur Rahmat (17) saat ditemui di lokasi, Selasa (5/7) siang.

Pada hari itu dari siang hingga petang ratusan remaja leluasa bermain di tempat ini. Beberapa mereka sekadar berseliweran. Sebagian lainnya tampak bermain skateboard hingga membuat konten untuk media sosial seperti Tiktok.

Sebab serbuan remaja pinggiran Jakarta ini, sejumlah pedagang kaki lima (PKL) seperti pedagang kopi keliling alias starling meraup cuan. 

Kehidupan Urban dan Magnet Masyarakat Suburban
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menyebut saat ini Jakarta didesain menjadi kota dunia. Sebagai pusat kehidupan urban, Jakarta menjadi magnet bagi masyarakat di kawasan penyangga atau suburban.

Di sisi lain, kata Ubed, masyarakat di pinggiran Jakarta atau yang lekat disebut suburban memiliki karakter rasa ingin tahu yang tinggi di pusat metropolitan.

"Rasa ingin tahu pada realitas kebudayaan dan perubahan baru di kosmopolitan telah mendorong entitas anak muda 'Citayam Style' ini sering mendatangi kawasan Sudirman Jakarta," kata Ubed 

Menurut Ubed, masyarakat Jakarta  tidak perlu khawatir atas keberadaan ratusan remaja yang umumnya dari daerah suburban DKI di Taman Dukuh Atas. Menurutnya, mereka juga berhak atas ruang publik di ibu kota RI tersebut, membutuhkan hiburan, dan menciptakan budaya mereka sendiri.

Selama tidak melakukan tindakan yang merusak dan melanggar norma publik, kata Ubed, ratusan remaja dari Citayam, Bojong Gede, Tangerang, dan Bekasi itu juga berhak bermain di taman tersebut.

"Masyarakat tidak perlu khawatir dan tidak perlu juga mencibir sebab mereka juga generasi yang perlu hiburan dan menciptakan kebudayaannya sendiri," tuturnya.        (ny/Sumber:CNNIndonesia)