Ekspor Barang di Pelabuhan Aceh Lesu, Bea Cukai Beberkan Penyebabnya

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 11/Agu/2022 13:26 WIB
Pelabuhan Malayahati Aceh (Sumber: Dishub Aceh) Pelabuhan Malayahati Aceh (Sumber: Dishub Aceh)

BANDA ACEH (BeritaTrans.com) - Aktivitas ekspor-impor di pelabuhan yang ada di Aceh masih belum seramai di daerah lain. Kanwil Bea Cukai Aceh menyebut ada sejumlah hal yang membuat pengiriman barang ke luar negeri dari pelabuhan Tanah Rencong masih lesu.

Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh, Safuadi, mengatakan, Provinsi Aceh memiliki banyak bahan baku yang dapat diekspor ke berbagai negara. Namun permasalahan pertama yakni tidak adanya konsolidator yang bertugas mengumpulkan barang-barang tersebut.

Baca Juga:
Bea Cukai Amankan 309 Narkotika Jenis Sabu di Pelabuhan Merak

Selain itu, kata Safuadi, gudang logistik di Aceh juga belum tersedia dengan ukuran yang layak. Seharusnya pemerintah daerah membangun gudang layaknya di Sumatera Utara dan kemudian disewakan ke eksportir.

"Permasalahan lain yakni pelabuhan dan administrasi. Administrasi ini termasuk konsolidator tadi yang bertugas melakukan konsolidasi. Di Lhokseumawe kita perlu bangun konsolidator yang mengkonsolidasi barang dari kecamatan," dari Safuadi kepada wartawan di Banda Aceh, Rabu (10/8/2022).

Baca Juga:
Kapal Bermuatan Barang Ilegal Ditangkap Bea Cukai di Perairan Batam

Dia mengatakan, bila sudah ada konsolidator nanti barang dari seluruh kecamatan dikumpulkan kemudian baru dipanggil kapal untuk menjemput. Selama ini, pengusaha Aceh masih mengekspor barang lewat Sumatera Utara.

Permasalahan lainnya, jelas Safuadi, kurangnya bahan baku yang diimpor ke Aceh. Dia menyebutkan, ketika ada pengusaha mengekspor barang lewat jalur laut, kapal yang kembali ke pelabuhan Aceh tidak membawa barang.

Baca Juga:
Tarif Kapal Feri di Pulau Simeulue ke Sejumlah Pelabuhan di Aceh Masih Normal

"Jadi barang kita bawa (ekspor) ada, (kapal) baliknya kosong. Kenapa? Kegiatan penyangga aktivitas industri lain tidak kita bangun, contoh produksi tong sampah, tisu, plastik tidak ada di Aceh. Kalau ada pabrik, berangkat bawa barang, pulang bawa bahan baku," jelas Safuadi.

Akibat tidak ada barang yang dibawa pulang mengakibatkan biaya pengiriman barang keluar negeri membengkak. Eksportir disebut harus menanggung biaya kapal pulang-pergi.

"Ini yang harus dibangun. Bagaimana kemudian Pemerintah Aceh punya tanggungjawab untuk mendorong agar industri yang menghasilkan nilai tambah dibangun di sini," ujarnya.

Menurut Safuadi, pengusaha Aceh selama ini banyak mengekspor Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah, pinang, kopi, halia dan jeruk nipis ke sejumlah negara. Rata-rata pengiriman barang dilakukan lewat Belawan, Sumatera Utara.

CPO yang dikirim ke luar negeri disebut mencapai 1,2 juta ton setiap tahunnya atau sekitar 60 persen dari total ekspor dari Aceh. Namun hanya beberapa persen dari jumlah itu yang dikirim lewat pelabuhan di Aceh.

"Tapi kenapa tidak terdata di kita karena gak ada catatannya, catatannya semuanya ada di Medan," bebernya.(fh/sumber:detik)