Pertamina Digitalisasi Refuelling di 8 Depot Pengisian Pesawat Udara

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 08/Des/2022 21:29 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pertamina Patra Niaga selaku Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) tidak saja menyalurkan bahan bakar bagi mobil dan motor, tetapi juga menyediakan Avtur bagi kebutuhan maskapai penerbangan.

Jika SPBU adalah sarana utama dalam pengisian BBM, maka Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) serta proses refuelling Avtur adalah ujung tombak dari cerminan level pelayanan Pertamina kepada pelanggannya.

Baca Juga:
Kemenhub Bersama Kementerian ESDM Uji Terbang Pesawat Garuda dengan Bahan Bakar Campuran Bioavtur

Kebutuhan Avtur terutama di bandara-bandara besar di Indonesia terus meningkat. Hal ini menuntut Pertamina Patra Niaga terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanannya, salah satunya melalui digitalisasi proses refuelling.

“Sebelumnya refuelling ini dilakukan secara manual, mulai dari pencatatan, penjadwalan, dan verifikasi volume pengisian Avtur, jadi memungkinkan adanya potensi human error. Dengan adanya digitalisasi, harapannya ada integrasi data dalam setiap proses refuelling,” ujar Direktur Pemasaran Korporat PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan.

Baca Juga:
Lion Air Group Sediakan 26.306 Kursi Dukung Acara Superbike 2023 di Mandalika Lombok

Pada akhir 2020, Pertamina telah berhasil mengimplementasikan digitalisasi refuelling, yakni dengan sistem Digital Ground Operation (DGO) yang digunakan di DPPU Soekarno Hatta Jakarta, dan Pertamina Aviation Fuel Delivery Management (PADMA) yang digunakan di DPPU Sepinggan Balikpapan.

Untuk meningkatkan pelayanan, Riva melanjutkan, Pertamina Patra Niaga saat ini telah mengoperasikan dan memperbanyak DPPU yang mengimplementasikan sistem digitalisasi DGO dan PADMA untuk mendukung proses refuelling.

Baca Juga:
Dendy Kurniawan Ditunjuk jadi Dirut Pelita Air, Rachmat Kaimuddin Komut

Untuk DGO akan mulai diimplementasikan di 3 DPPU, yakni Hasanuddin Makassar, Ngurah Rai Bali, dan Juanda Surabaya. Sedangkan untuk PADMA akan mulai digunakan di 5 DPPU, yakni Halim Perdanakusuma Jakarta, Kualanamu Medan, Hang Nadim Batam, Supadio Pontianak, dan Minangkabau Padang.

“Implementasi DGO dan PADMA pada bandara-bandara ini bertujuan untuk memaksimalkan layanan pengisian refuelling pada maskapai mengingat 78 persen volume penyaluran Avtur Pertamina dilakukan di total 10 bandara ini. Jadi kami harus memastikan layanan yang Pertamina Patra Niaga berikan benar-benar yang terbaik,” tuturnya.

Secara umum, tidak banyak perbedaan antara sistem DGO dan PADMA. DGO saat ini dapat dikatakan lebih lengkap dengan 23 fitur yang terintegrasi mulai dari penjadwalan refuelling, penugasan operator, monitoring proses refuelling secara real time, proses verifikasi, dan pembayaran, proses laporan, serta data pelanggan. Sedangkan PADMA sendiri merupakan bentuk inovasi internal Pertamina yang saat ini memiliki 13 fitur yang fungsinya sama seperti DGO.

“Perbedaan mendasarnya, DGO ini secara penuh automasi dan terintegrasi. PADMA masih ada perlu input data sebelum benar-benar terintegrasi. Untuk memaksimalkan program digitalisasi, kedepan PADMA akan terus kami kembangkan fitur dan fungsinya, setelah itu baru kami lakukan penggunaan digitalisasi refuelling di DPPU lainnya secara bertahap,” kata Riva. (Fhm)