MTI: Indonesia Harus Cepat Terapkan Green Port

  • Oleh : Redaksi

Senin, 02/Janu/2023 12:55 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Konsep pelabuhan hijau alias green port terus dilakukan oleh para operator pelabuhan, hal tersebut sejalan dengan rencana pemerintah menurunkan emisi karbon dan mencapai net zero emission pada 2060 mendatang atau lebih cepat.

Melihat hal tersebut, Ketua Forum Kemaritiman MTI Hafida Fahmiasari mengatakan konsep green port di pelabuhan harus segera dilaksanakan sejak awal.

Baca Juga:
Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Dukung RAT Koperasi Forwami

“Green port itu merupakan pelabuhan yang berkelanjutan, tidak hanya dari sisi energinya saja, melainkan dari segi kualitas gender, memperhatikan pengeluaran emisi dan juga keberlanjutan,” ungkap Hafida Fahmiasari saat berbincang dengan Konstruksi Media, Sabtu (31/12/2022).

Menurutnya, konsep green port tersebut dapat dilakukan disemua pelabuhan. Artinya tidak hanya di wilayah Pulau Jawa saja, melainkan pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, hingga Papua sekalipun.

Baca Juga:
Kemenhub Gelar Workshop On The Maritime Single Window

Dengan demikian, hal itu akan meningkatkan aktivitas ekonomi di wilayah-wilayah lainnya di Indonesia di

“Di luar Jawa misalnya juga bisa lebih banyak lagi diberikan kesempatan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi,” terang dia.

Baca Juga:
Forum Bilateral Maritim, Pelindo Regional 2 Tanjung Priok Bahas Perkembangan Pelabuhan dengan Belanda

Selain itu, dirinya juga menyampaikan bahwa yang dimaksud keberlanjutan itu yakni bagaimana operator pelabuhan tersebut seperti PT Pelindo (Persero) dapat mengembangkan trend pelabuhan dari perubahan iklim yang terjadi.

Dia menambahkan, yang dikatakan pelabuhan hijau itu tidak hanya armada yang digunakan, tetapi bagaimana pelabuhan itu dapat memberikan layanan yang berkualitas dan tidak mencemari lingkungan dengan limbah-limbah dari hasil operasi pelabuhan.

“Yang dikatakan green port itu tidak hanya dari armada dan pembangunan infrastruktur awalnya, melainkan ada dukungan dari kelembagaannya maupun pemerintah,” papar dia.

Dia menuturkan, saat ini Pelindo sebagai operator pelabuhan berupaya agar armada kapal yang bersandar di pelabuhan menggunakan energi dari pelabuhan.

“Dari sisi energi, bagaimana (pelabuhan) memberikan daya kepada armada kapal di pelabuhan tanpa harus kapal tersebut memiliki energi sendiri (menghidupkan mesin),” terang dia.

“Sederhananya mereka (armada kapal) ketika bersandar di pelabuhan menggunakan energi dari pelabuhan. Itu salah satu cara untuk mengurangi emisi dan juga mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari kapal tersebut,” sambung Hafida.

Meski demikian, dirinya menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi oleh operator pelabuhan dalam mengembangkan green port.

“Tantangan mengimplementasikan konsep green port di Indonesia cukup berat. Karena jika bicara tentang green port itu sangat holistik, harus membuat road map untuk jangka menengah dan panjangnya, juga tidak semua operator pelabuhan di Indonesia memiliki dan menerapkan konsep green port,” beber dia melanjutkan.

Menurutnya, Pelindo salah satu operator pelabuhan yang breakthru (memiliki terobosan) yang akan di gagas di 2023 menerapkan konsep short power connection.

Akan tetapi, ke depannya harus banyak lagi terobosan-terobosan yang dilakukan oleh para operator pelabuhan di Indonesia.

Dirinya mengatakan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, merupakan salah satu pelabuhan yang sangat mungkin menerapkan konsep green port tersebut dan sudah mengarah ke sana.

“Pelabuhan Tj Priok sekitar 50% aktivitas ekonomi berasal dari situ dan saat ini masih kebanyakan menggunakan fuel sebagai bahan bakarnya untuk aktivitas bongkar muat kontainer. Dengan adanya rencana di 2023 yang dilakukan oleh Pelindo menerapkan short power connection, meski tidak fully electric tetapi bisa mengurangi emisi, sebab ketika kapal bersandar di pelabuhan tersebut tidak harus menyalahkan mesinnya,” jelas Hafida.

Tak hanya itu, dirinya berharap pasca penggabungan Pelindo 1,2,3 dan 4, Pelindo dapat meningkatkan kualitas layanan di pelabuhan-pelabuhan dengan inovasi-inovasi.

“Dengan adanya merger ini capital yang ada di Pelindo dapat di share secara rata, sebab Pelindo 1 yang paling banyak inovasi dalam mengembangkan kepelabuhan, sementara untuk Pelindo 4 misalnya di Makassar, Maluku dan sekitarnya bisa dikatakan capital nya rendah untuk mengembangkan pelabuhan-pelabuhan disana,” kata dia.

“Sehingga jika ada infrastruktur yang kurang-kurang di wilayah timur Indonesia tersebut bisa disokong pembangunan dari dana Pelindo yang berada di wilayah Barat Indonesia. Sebab dengan adanya infrastruktur yang baik, hal ini dapat meningkatkan kualitas layanan pelabuhan,” tuturnya.

Kerja Sama Antar Lembaga

Sebelumnya, Pelindo bersama dengan PT PLN (Persero) selaku penyedia energi listrik bekerja sama untuk meningkatkan kualitas layanan pelabuhan.

Di mana PLN menyulap pelabuhan yang tersebar di Indonesia menjadi pelabuhan yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam sebuah kesempatan.

“PLN bekerjasama dengan Pelindo akan menyulap pelabuhan milik Pelindo menjadi green port. Konsep green port ini mengusung energi berbasis listrik sebagai pengganti BBM yang selama ini biasa dipakai kapal saat sandar,” kata Darmawan.

“Langkah kerja sama ini juga sejalan dengan program kami dalam Electricfying Marine yang mengubah kebutuhan BBM yang biasanya digunakan untuk operasional pelabuhan menjadi berbasis listrik,” sambung Darmawan.

Tak hanya dengan PLN, Pelindo juga melakukan kerja sama kemitraan strategis pengembangan pelabuhan hijau dengan Port of Los Angeles (LA).

Kemitraan strategis tersebut sebelumnya telah diinisiasi melalui Memorandum of Understanding (MoU) pada 2019 silam, salah satunya yakni untuk memperluas kerja sama pengembangan green port.

Kerja sama tersebut dilakukan oleh Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono dengan Direktur Eksekutif Port of LA Eugene D. Seroka.

“Ini merupakan waktu yang baik untuk mengaktifkan kembali kemitraan strategis antara Port of LA dan Pelindo. Tentunya setelah Pelindo merger, prospek kerja sama akan lebih terbuka ke depan bersama Port of LA, termasuk dalam memperluas lingkup kerja sama dalam bidang green port,” jelas Arif Suhartono.

Dia menambahkan, pascamerger Pelindo, pihak juga melakukan sejumlah pengembangan pada beberapa pelabuhan di Indonesia seperti Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Kijing, Bali, Tanjung Perak, hingga Pelabuhan Makassar.

“Kami harap kolaborasi yang baik ini dapat memberikan dampak yang optimal dalam upaya peningkatan pelayanan dan konektivitas pelabuhan kedepannya, termasuk dalam mengatasi tantangan terkait regulasi, change management dan keterlibatan antar stakeholders,” tuturnya.(fhm)