Belajar dari Kecelakaan Yeti Airlines, Apakah Harus Matikan Ponsel dalam Pesawat?

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 25/Janu/2023 11:28 WIB
Foto:Ilustrasi Foto:Ilustrasi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal pada Ahad, 15 Januari 2023 lalu, yang mengangkut 72 orang membangkitkan kembali kesadaran orang tentang risiko penerbangan. Satu hal yang disorot lebih adalah soal kewajiban mematikan ponsel selama di penerbangan.

Hal itu lantaran salah seorang penumpang kedapatan melakukan siaran langsung Facebook saat pesawat masih di langit. Masyarakat pun berspekulasi bahwa penggunaan ponsel itu mengganggu proses penerbangan.

Baca Juga:
Mode Pesawat Tidak ada Lagi? Uni Eropa Izinkan Panggilan Selama Penerbangan

Melansir Channel News Asia, Jumat, 20 Januari 2023, Michael Daniel, seorang konsultan keselamatan penerbangan, menyebutkan bahwa prinsipnya, teknologi modern telah berkembang ke titik di mana sinyal dari telepon seharusnya tidak memengaruhi fungsi pesawat secara substansial.

"Pesawat modern, kabelnya jauh lebih baik akhir-akhir ini. Mereka benar-benar memiliki kabel yang mengurangi efek HIRF (High Intensity Radio Frequency)," katanya.

HIRF atau medan radiasi intensitas tinggi adalah energi frekuensi yang dapat memengaruhi perangkat lain. Daniel menyebutkan bahwa lewat pengujian selama bertahun-tahun dan dengan standar HIRF yang secara signifikan mengurangi risiko dan tidak ada efek atau kekhawatiran yang akan menyebabkan pesawat jatuh.

Ia menambahkan fakta bahwa penumpang juga tidak duduk di dekat tempat sistem pesawat berada, yaitu dek penerbangan atau kokpit,  penggunaan ponsel tidak akan menimbulkan gangguan. Terlebih, peralatan pesawat telah dirancang untuk memiliki tingkat 'kekebalan' tertentu terhadap sinyal yang dipancarkan oleh telepon dan perangkat elektronik lainnya.

Pendapat senada juga disampaikan Associate Profesor Neelakantam Venkatarayalu dari Institut Teknologi Singapura. Ponsel juga patuh pada regulasi dan standar yang membatasi kekuatan emisi mereka. Layanan ponsel dan avionik, yakni sistem elektronik pesawat, berada di frekuensi berbeda. Hal itu diatur secara global dan secara substansial mengurangi kemungkinan adanya gangguan.

"Kemungkinan gangguan masih ada, meski tidak separah saat frekuensi digabung," tuturnya. Ia menganalogikan gangguan tersebut seperti saat mendengarkan radio yang tidak disetel dengan benar ke stasiun.

Menurut Daniel, mematikan ponsel atau menggunakan mode pesawat saat dalam perjalanan di udara dapat mengurangi medan radiasi intensitas tinggi, terutama selama fase kritis lepas landas dan mendarat yang memerlukan sensitivitas instrumen pesawat.

"Semakin banyak penumpang yang mematikan dan mengurangi efek HIRF, semakin baik untuk avionik pesawat," jelas Daniel.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan alasan yang lebih serius terkait perintah untuk mematikan ponsel mereka, yakni untuk membuat para penumpang memperhatikan awak kabin pesawat dan tidak terganggu selama pengarahan keselamatan.

Venkatarayalu menambahkan, bahwa ponsel yang tidak dimatikan atau tidak disetel ke mode pesawat akan secara aktif mengirimkan sinyal suar, mencari stasiun pangkalan atau menara seluler dalam upaya menyambung ke jaringan seluler. Saat berada di ketinggian dengan ponsel tidak dapat terhubung ke sinyal, konsekuensi satu-satunya dari tidak mematikan ponsel hanyalah menghabiskan baterai lebih cepat.

Namun saat lepas landas dan mendarat, kata dia, ponsel kemungkinan akan terhubung ke menara seluler. Padahal, Daniel mengingatkan bahwa lepas landas dan pendaratan adalah fase penerbangan yang paling penting dan kritis, ketika pilot sangat bergantung pada peralatan navigasi dan komunikasi.

Kemungkinan kejadian buruk yang terjadi di ketinggian jauh lebih rendah, tambahnya.

Matikan Ponsel atau Gunakan Mode Pesawat?

Daniel menyatakan penyetelan mode pesawat hanya mengurangi jumlah pensinyalan pada perangkat karena tidak sepenuhnya mematikan Bluetooth atau WiFi. Sementara, ketika penumpang mematikan telepon akan memblokir semua sinyal dari ponsel.

Venkatarayalu mengatakan ada pancaran yang berbeda dalam mode pesawat. Dalam mode pesawat dengan WiFi dimatikan, fungsi yang menyebabkan pancaran yang disengaja dimatikan.

"Emisi yang tidak disengaja yang tersisa selama penggunaan lain seperti, katakanlah, bermain game, memiliki kekuatan yang sangat lemah sehingga peralatan pesawat lain di sekitarnya akan memiliki kekebalan yang cukup, baik berdasarkan desain maupun kebutuhan," dia menjelaskan.

Bahkan saat menggunakan ponsel dengan WiFi aktif, ia menyebut sinyal yang dipancarkan masih terlalu lemah untuk berdampak besar pada fungsi dan pengoperasian peralatan pesawat. "Meskipun mungkin tidak perlu mematikan ponsel sepenuhnya, praktik yang baik untuk mendengarkan dan memerhatikan semua pengumuman dan instruksi dalam penerbangan yang diberikan oleh awak kabin," ucapnya.

Kebijakan Ponsel di Pesawat

Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) mengizinkan penggunaan ponsel dengan persyaratan spesifik dan mengikuti kebijakan maskapai. Meski dinilai relatif aman, seluruh maskapai masih menerapkan kebijakan untuk mematikan ponsel atau menyetel ponsel ke mode pesawat di setiap penerbangan mereka. Hal ini karena beberapa perangkat elektronik mengirimkan sinyal frekuensi radio yang dapat menganggu peralatan pesawat dan dapat berpengaruh pada operasi penerbangan.

Setelah semua pintu pesawat ditutup, penggunaan perangkat untuk komunikasi suara dilarang. Jika pesawat mendarat, perangkat ini hanya dapat digunakan setelah pesawat keluar dari landasan pacu.

Sementara, Singapore Airlines mengizinkan penumpang untuk menggunakan ponsel mereka pada layanan jaringan seluler kapanpun selama tanda 'matikan ponsel' tidak menyala. Saat tanda menyala, ponsel harus dimatikan atau disetel ke mode pesawat.

Beberapa pesawat Singapore Airlines, saat ini juga menawarkan WiFi tetapi hanya beroperasi saat melintas melewati perairan internasional atau negara. Scoot Airlines, juga melakukan hal yang sama seperti Singapore Airlines, yaitu dapat menggunakan ponsel dengan persyaratan tertentu.

Maskapai penerbangan Scoot juga menjelaskan bahwa kapten juga dapat meminta penumpang untuk mematikan perangkat mereka selama kondisi penerbangan tertentu agar tidak mempengaruhi komunikasi navigasi. Sementara, semua ponsel harus dialihkan ke mode pesawat sebelum lepas landas dan mendarat.(fhm/sumber:liputan6)