Angkasa Pura II dan United States Trade and Development Agency Jajaki Kerja Sama Pengembangan Bandara Soetta

  • Oleh : Naomy

Sabtu, 13/Mei/2023 13:50 WIB
Presidr Angkasa Pura II dan Senior Country  Indo Pacific Region USTDA Presidr Angkasa Pura II dan Senior Country Indo Pacific Region USTDA

JAKARTA (BeritaTrans.com) - PT Angkasa Pura II dan United States Trade and Development Agency (USTDA) menjajaki kerja sama dalam pengembangan infrastruktur dan layanan bandara. 

AP II merupakan pengelola 20 bandara di Indonesia termasuk Bandara Soekarno-Hatta, sementara USTDA (Badan Perdagangan dan Pengembangan AS) merupakan lembaga asal Amerika Serikat yang mendukung pengembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Baca Juga:
Digital Talent, Penopang Strategi Transformasi Digital Tingkat Nasional

President Director AP II Muhammad Awaluddin beserta jajaran bertemu dengan Senior Country Manager Indo-Pacific Region USTDA Alissa Lee-Barden beserta jajaran dan perwakilan dari US Southeast Asia And Pacific Aviation Cooperation Program (ACP), Jumat (12/5/2023). 

AP II, USTDA dan ACP membahas mengenai kolaborasi yang bisa dijajaki untuk pengembangan bandara. 

Baca Juga:
Jelang Angleb, Bandara Supadio Pontianak Memastikan Pelayanan Prima

Di dalam pertemuan itu, President Director AP II Muhammad Awaluddin memaparkan, saat ini pihaknya memiliki lini bisnis utama sebagai operator 20 bandara, yang didukung anak usaha di bidang properti dan infrastruktur, kargo, ground handling, bisnis lounge penumpang pesawat, dan lain sebagainya. 

Baca Juga:
Tahun 2024, Bandara SMB II Palembang Target Layani 2,7 Juta Penumpang

“AP II saat ini adalah operator bandara terbesar di Indonesia yang mengelola 20 bandara, dengan pangsa pasar lalu lintas penerbangan mencapai 45,6%,” ujar Awaluddin, Sabtu (13/5/2023). 

Bandara yang dikelola AP II salah satunya Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) yang merupakan bandara tersibuk dan terbesar di Indonesia. 

“Pengembangan yang dilakukan saat ini di Bandara Soekarno-Hatta termasuk antara lain revitalisasi terminal penumpang yang ada, dan ke depannya adalah pembangunan Terminal 4 untuk dapat melayani lebih dari 120 juta penumpang/tahun dalam jangka panjang,” urainya.

Saat ini Bandara Soekarno-Hatta memiliki 3 terminal yakni Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3 dengan jumlah penumpang yang dilayani tertinggi adalah 112 juta penumpang/tahun sebelum adanya pandemi Covid-19. 

Dari sisi udara (air side), Bandara Soekarno-Hatta menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang diperkuat dengan tiga runway. 

Adapun profil sisi udara Bandara Soekarno-Hatta yang memiliki tiga runway ini sama dengan di Bandara Seattle-Tacoma (Seattle), Bandara Phoenix-Sky Harbor (Phoenix) dan Bandara San Francisco. 

“AP II dan USTDA dapat bersama-sama melakukan studi banding di ketiga bandara di AS tersebut untuk meningkatkan optimalisasi tiga runway di Bandara Soekarno-Hatta,” ujar Muhammad Awaluddin. 

Studi banding dapat meliputi prosedur operasional runway, infrastruktur pendukung runway seperti Rapid Exit Taxiway, dan operasional secara keseluruhan. 

“Ke depannya kami akan mengoperasikan seluruh runway di Bandara Soekarno-Hatta dapat melakukan take off dan landing secara bersamaan. Tentunya ini juga berkoordinasi dengan AirNav Indonesia,” kata Awaluddin. 

Saat ini Bandara Soekarno-Hatta juga tengah melakukan transformasi untuk meningkatkan operasional dan layanan bagi maskapai dan penumpang pesawat. 

Berbagai pengembangan ini bertujuan mewujudkan Bandara Soekarno-Hatta sebagai referensi atau acuan bandara terbaik di Indonesia yang menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. 

“Pengembangan mengusung konsep green airport. Melalui pengembangan ini, jumlah penumpang rute internasional di Bandara Soekarno-Hatta akan ditingkatkan menjadi sedikitnya 40% dari total penumpang, bisnis non-aeronautikan ditingkatkan, lalu Bandara Soekarno-Hatta juga akan menjadi hub kargo di Asia,” kata Awaluddin.

Guna menjadi hub kargo di Asia, Bandara Soekarno-Hatta telah memiliki rencana pembangunan Cargo Village untuk mengakomodir angkutan kargo hingga 2,5 juta ton per tahun atau jauh lebih besar dibandingkan dengan terminal kargo eksisting hanya 600.000 ton per tahun. 

Di tempat yang sama, Senior Country Manager Indo-Pacific Region USTDA Alissa Lee-Barden mengatakan portofolio USTDA antara lain di bidang infrastruktur bandara. 

USTDA dapat mendukung pengembangan bandara mulai dari tahap perencanaan, hingga melakukan modernisasi dan ekspansi. 

“USTDA melakukan airport feasibility and master planning, modernization and expansion, engineering and design, serta safety and security,” ujar Alissa.

USTDA juga berpengalaman di bidang keamanan bandara, antara lain dalam memodernisasi dan mendesain titik keamanan (security checkpoint), pemeriksaan (screening) penumpang dan bagasi penumpang, serta pengembangan prosedur aviation security (Avsec). 

Di samping itu, USTDA dapat mendukung peralatan dan kendaraan untuk pemeliharaan runway, serta peralatan dan kendaraan untuk keadaan darurat. (omy)