Menhan Prabowo Usul Gencatan Senjata dan Siap Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

  • Oleh : Dirham

Minggu, 04/Jun/2023 15:50 WIB
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto saat menjadi panelis pada pembahasan `Resolving Regional Tensions` di Pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu (3/6/2023). Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto saat menjadi panelis pada pembahasan `Resolving Regional Tensions` di Pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu (3/6/2023).

SINGAPURA (BeritaTrans.com) - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengusulkan segera dilakukannya gencatan senjata untuk mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia. 

Selain itu, Prabowo menyatakan Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian guna mendukung diakhirinya perang di Eropa yang sudah menyebabkan kerusakan dan berdampak terhadap rakyat sipil. 

Baca Juga:
Menhan Prabowo Usul Gencatan Senjata dan Siap Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

Prabowo menyampaikan pandangannya saat menjadi panelis pada pembahasan “Resolving Regional Tensions” di Pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu (3/6/2023).

Menurut Prabowo, perang di Eropa yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini telah berdampak kepada kehidupan di seluruh dunia. 

Padahal, dunia tengah menghadapi tantangan yang semakin berat, salah satunya terkait terus bermutasinya Covid-19. Untuk mencegah semakin memburuknya keadaan termasuk kerusakan yang lebih masif di Ukraina dan Rusia, serta makin banyaknya korban jiwa, Prabowo mengusulkan ada deklarasi yang dihasilkan dari Pertemuan Shangri-La Dialogue.

“Yang pertama harus kita lakukan adalah meminta pihak Ukraina dan Rusia untuk menerapkan gencatan senjata,” ujar Prabowo dalm siaran pers, Sabtu. 

Upaya kedua, lanjut Prabowo, meminta kedua belah pihak mundur 15 kilometer dari titik gencatan senjata sekarang ini. 
“Ketiga, meminta Persatuan Bangsa-Bangsa untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian dan menempatkan di wilayah demiliterisasi sekarang ini. Kemudian PBB menggelar referendum kepada masyarakat yang tinggal di wilayah demiliterisasi,” usul Prabowo. Ia berharap usulan penghentian perang ini disetujui oleh semua negara. 

“Saya memutuskan bahwa Indonesia akan menjadi negara pertama yang ikut menjadi pasukan penjaga perdamaian,” tegas Menhan. 

Sementara itu, Perwakilan Tinggi dan Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles yang menjadi panelis bersama Prabowo mengakui biaya yang harus ditanggung Uni Eropa untuk perang di Ukraina sangat tinggi. 

“Bantuan militer yang diberikan UE (Uni Eropa) kepada Ukraina nilai sekitar 40 miliar dollar AS. Kalau ditambah dengan latihan untuk pasukan Ukraina nilai bantuan yang diberikan bisa mencapai 60 miliar dollar AS. Tetapi kalau dihitung dengan biaya hidup karena inflasi yang tinggi, nilai bantuan yang dikeluarkan UE bisa mencapai 700 miliar dollar AS,” jelas Borrell. 
Dia sependapat bahwa perdamaian di Ukraina sangatlah penting dan mendesak. Hanya saja pertanyaannya bagaimana mencapai perdamaian itu. 

“Ukraina bukanlah anggota UE, hanya teman UE. Tetapi UE merasa harus membantu karena tidak ingin agresi yang dilakukan Rusia terus terjadi. EU tidak mau Ukraina kemudian menjadi seperti Crimea,” ujar Borrell. 

Usulan Prabowo yang di luar perkiraan para peserta sempat menimbulkan pertanyaan. Mereka mengkhawatirkan usulan ini menjadi pembenaran terhadap agresi yang dilakukan Rusia. 

“Saya tidak mengatakan benar atau salah. Posisi Indonesia dalam agresi terhadap Ukraina jelas menentang. Yang sampaikan adalah jalan keluar. PBB harus mengambil sikap untuk menyelesaikan perang ini agar tidak berlarut-larut dan menyulitkan kehidupan di seluruh dunia,” tegas Prabowo. (ds/sumber Kompas.com)