Oleh : Naomy
Press Background Kemenhub
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginisiasi kembalinya integrasi angkutan umum di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Baca Juga:
Perkuat Kompetensi SDM Transportasi dan Logistik Nasional, Ditjen Intram Gandeng ITL Trisakti
Khususnya melalui pengoperasian layanan bus Transjakarta trayek Terminal Tanjung Priok–Pelabuhan PP secara reguler.
Direktur Prasarana Integrasi Transportasi Antarmoda Kemenhub Sigit Irfansyah menyampaikannya di sela “Press Background Integrasi Sektor Perhubungan Laut dan Udara” di kantor Kemenhub, Selasa (5/8/2025).
Baca Juga:
Dorong Integrasi dan Pemberdayaan UMKM, Komisi V DPR Tinjau Terminal Pondok Cabe
Disebutkannya, layanan Transjakarta sebenarnya pernah masuk ke kawasan pelabuhan, namun hanya bersifat sementara dan berdasarkan permintaan di waktu-waktu khusus.
Seperti pada masa Angkutan Natal, Tahun Baru, dan Lebaran.
Baca Juga:
Perkuat Integrasi Biskita Trans Depok, Kemenhub Hibahkan Halte dan Prasarana Pendukung
Dengan volume pergerakan orang yang tinggi di area pelabuhan, Sigit menilai sudah saatnya layanan tersebut dioperasikan secara reguler.
“Peluangnya sangat bagus. Selama ini Transjakarta pernah masuk, tapi by request. Sekarang kenapa tidak dibuat reguler saja?” katanya.
Biaya transportasi bagi pekerja di kawasan pelabuhan tergolong mahal, terutama bila menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi daring.
Padahal, ongkos parkir kendaraan roda empat hanya sekitar Rp2.000 per hari, namun sepeda motor justru bisa tiga kali lipat lebih mahal.
“Sebagian besar pekerja menggunakan kendaraan pribadi atau ojek online. Kalau Transjakarta masuk secara reguler, tentu bisa jadi solusi transportasi yang lebih murah dan tertib,” ungkapnya.
Sigit bilang, kendaraan pribadi yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 2.000, sepeda motor bisa 6.000. Sementara orang masuk ke dalam tidak ada angkutan umum, sebagian naik kendaraan online.
Oleh karena itu, Kemenhub saat ini tengah menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk Transjakarta dan operator pelabuhan, untuk menyusun rute dan titik pemberhentian yang ideal di dalam kawasan pelabuhan.
Menurut Sigit, trayek 10C yang sebelumnya pernah beroperasi sudah memiliki armada siap pakai, dan hanya tinggal menunggu pengaktifan kembali.
Penyesuaian waktu layanan dan kemungkinan adanya penambahan biaya operasional atau moda masih akan dibahas lebih lanjut bersama para pemangku kepentingan.
“Detilnya masih dalam tahap awal. Kita akan kumpulkan dulu masukan dari para stakeholder, termasuk pekerja swasta yang jumlahnya ribuan di pelabuhan,” imbuh Sigit.
Selain aspek transportasi, dia juga menyoroti pentingnya penataan parkir di sekitar pelabuhan.
Dia berharap, dengan hadirnya angkutan umum yang andal, parkir liar di badan jalan bisa diminimalkan agar arus lalu lintas kontainer dan kendaraan umum tetap lancar dan aman.
Kemenhub juga menyatakan kesiapan Pelindo untuk mendukung operasional Transjakarta di kawasan pelabuhan, termasuk penyediaan rambu dan titik-titik pemberhentian bus.
“Semua teman-teman di sana sepakat. Tinggal kita atur rutenya. Pelindo juga siap bantu untuk pengaturan rambu dan titik berhenti,” ujarnya.
Integrasi di Bandara Soekarno-Hatta
Selain di Pelabuhan Tanjung Priok, Sigit juga menyinggung potensi integrasi serupa di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, khususnya untuk memfasilitasi para pekerja bandara yang harus mengeluarkan biaya tinggi untuk transportasi harian.
Menurutnya, banyak karyawan menghabiskan hingga Rp160.000 per hari hanya untuk transportasi, sehingga kehadiran layanan seperti Transjakarta dengan tarif lebih murah akan sangat membantu.
"Penting inisiatif lintas sektor untuk membangun sistem transportasi terintegrasi," ujarnya.
Selama ini, menurutnya, sektor darat dan laut cenderung berjalan sendiri-sendiri. Kemenhub kini berupaya menjadi inisiator kolaborasi.
“Kita mencoba menginisiasi karena punya data dan koneksi antarmoda. Ini bagian dari integrasi nasional yang bisa berdampak luas terhadap mobilitas masyarakat,” pungkas dia. (omy)