Dirut Pelindo II Tolak Pembangunan Jembatan Selat Sunda

  • Oleh :

Senin, 30/Des/2013 11:30 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang pernah digagas Presiden Soekarno mengundang kontroversi. Ironisnya, kontroversi datang dari Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), RJ Lino, yang notabene pejabat yang berurusan dengan perjalanan laut."Saya bukannya tidak setuju proyek JSS dibangun, tapi waktunya tidak sekarang. Sebab, proyek Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Sumatera dan Jawa, tidak layak untuk dibangun saat ini," ujar Lino, Minggu (29/12/2013).Menurut dia, saat ini Indonesia harus banyak mendorong infrastruktur transportasi laut. Selain murah dalam biaya. Transportasi laut adalah pendorong perekonomian di negara kepulauan seperti Indonesia."Transportasi darat kan mahal, bisa 10 kali lipat dibanding angkutan laut, highly subsidies, subsidi kita terlalu besar untuk transportasi jalan," ungkap Lino.Ia menganggap pembangunan proyek tersebut akan mengeluarkan investasi besar, sementara pembenahan pelabuhan di Indonesia justru ditelantarkan. Dengan infrastruktur pelabuhan yang memadai, Lino menegaskan transportasi laut ke depan akan bisa menjadi pilihan.Lino menilai, seharusnya pelabuhan benahi dulu biar ekonomi Indonesia tumbuh, bukan malah membangun terus ke daratan, seperti rencana pembangunan JSS itu.Meski begitu, Dirut Pelindo II ini menyangkal bila pembangunan JSS ini akan mengganggu bisnis Pelindo II ke depan. Sebab, angkutan barang atau penumpang akan bisa melalui jembatan tersebut. Apalagi, pengiriman barang akan memilih transportasi laut karena lebih murah.Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menilai rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) bukanlah kebijakan untuk meningkatkan perekonomian untuk negara.Pembangunan JSS hanya memajukan satu sektor saja yakni properti. Ini adalah megaproyek untuk sektor properti saja," ujar Andrinof di kantor PB HMI, Minggu (29/12/2013).Dia menambahkan, pembangunan infrastruktur harusnya memudahkan distribusi logistik dari produsen ke konsumen lebih mudah dan murah. Selama ini distribusi barang karena melalui transportasi darat yang penuh kemacetan justru membuat harga barang lebih mahal.Andrinof mencontohkan rencana pembangunan jalan biasa ataupun jalan tol yang hanya membuat subur sektor properti di sekitarnya. Harga rumah kini semakin mahal, apabila dekat jalan raya atau jalan tol. (machda)