Kekerasan Taruna STIP Bermula Dari Meja Makan

  • Oleh :

Jum'at, 10/Apr/2015 17:04 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) -Kasus kekerasan di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta bermula dari meja makan. Tempat yang seharusnya steril dari kekerasan bahkan ajang memperat kekeluargaan justru sebaliknya. "Sebenarnya hanya kesalahpahaman antar taruna, kebetulan dari etnis yang sama (Batak). Kemudian berlanjut menjadi aksi pemukulan dan penampakan itu," tutur Ketua STIP Jakarta Capt.Arifin Soenardjo kepada pers di Jakarta, Jumat (10/4/2014).Pada hari Senin (6/4/2015) saat makan siang bersama taruna kasus itu berawal. Lokasinya di ruang makan seperti biasa. "Saat itu, ada taruna yang tersinggung, namanya Manurung, karena dia melihat ada kesalahan saat menyajikan menu makan" lanjut Arifin.Setelah itu, semua terjadi cekcok mulut antara Manurung dengan juniornya, Daniel Roberto Tampubolon. "Kenapa kau sama senior berbuat begitu," tanya senior itu. Akhirnya terjadinya aksi pemukulan dan penamparan itu pada Roberto Tampubolon tersebut. Kasus dilakukan di lorong, bukan di ruang makan. Kasus serupa terulang saat terjadi di kamar taruna. "Pelakunya bukan hanya Manurung, tapi juga empat orang taruna senior yaitu tingkat IV. Jadi, pemukulan bukan hanya dilakukan sendiri, tapi ramai-ramai lima orang," jelas Arifin yang didampingi Wakil Ketua III STIP Capt.Prihartanta dan Humas STIP Nancy Lumbanbatu."Mereka itulah taruna yang akhirnya dipecat. Masing-masing Filiphus Siahaan, Magister Manurung, Iwan Saputra Siregar, Romadhoni, Heru Junianta Pakpahan," jelas Arifin.Sedang dua taruna dikenakan sanksi skorsing selama setahun. Mereka adalah Kaisar Kevin Sanjaya dan Andi Wiriawan. Dua taruna ini tidak melakukan pemukulan, tapi menghukum push up serta diambilkan makan dengan dicampur saos sambal yang pedas."Sekali lagi bukan disuruh makan cabe, tapi saos pedas. Selain itu juga tak dipukul dengan palu, tapi gabus berwarna putih," urai Arifin.Sayang, kasus itu bukan hanya terjadi sekali, yaitu hari Senin. Tapi kembali terulang hari berikutnya, Selasa (7/4/2015). "Jadi, kasus kekerasan itu terjadi dua kali, yaitu Senin dan Selasa silam.Masuk Rumah SakitSetelah menjadi korban kekerasan itu, akhirnya Roberto Tampubolon mengeluh sakit. Dia berobat dan akhirnya dirawat di RS Pelabuhan Tugu Jakarta Utara."Selain sakit mual dan mules, diketahui terjadi memar di lengan kanan korban. Namun kondisinya sudah baik," papar Arifin.Selama Roberto Tampubolon di RS Pelabuhan Tugu Jakarta Utara itu, para pelaku sudah menjenguk dan minta maaf. Mereka saling bersalaman dan sepakat berdamai.Para pelaku sebanyak tujuh taruna sudah menjenguk korbannya di RS Pelabuhan Tugu, Jakut. "Antara korban dan pelaku sudah bertemu, demikian juga orang tuanya. Mereka juga sudah memaafkan," terang alumnus AIP Jakarta itu lagi.Berlanjut ke PolisiSayang, kasus Roberto Tampubolon ternyata tak hanya selesai dengan cara kekeluargaan. Kasus ini justru sudah dilaporkan ke Polsek Cilincing, Jakarta Utara."Ibu dia (Roberto Tampubolon) juga sudah memaafkan. Tapi, kakak Roberto yang juga taruna STIP tingkat IV yang tersinggung. Mengapa masih melakukan kekerasan pada adik saya Roberto Tampubolon" sebut dia.Merasa tak terima adiknya menjadi korban kekerasan, sang kakak bersama ibu Roberto Tampubolon membuat laporan ke Polsek Cilincing Jakarta Utara."Itulah riwayat kasus kekerasan taruan STIP Jalarta itu sampai ke Polsek Cilincing dan juga diteruskan ke Polda Metro Jaya itu," sebut Arifin.Jadi, tambah Arifin, secara internal STIP sudah membuat berita acara pemeriksaan (BAP) pada waktu bersamaan juga melapor ke Polsek Cilincing."Tapi biarlah proses hukum berjalan. Sedang STIP juga menegakkan hukum dan disiplin di lingkungan taruna. Kita tak bisa menghalangi proses hukum tersebut," tegas Arifin.(helmi)

Tags :