Alasan Penumpang KRL Dilarang Pakai Masker Scuba atau Buff: Terlalu Tipis

  • Oleh :

Rabu, 16/Sep/2020 10:36 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengeluarkan aturan baru terkait pencegahan penularan virus corona (Covid-19) di dalam kereta rel listrik (KRL) komuter Jabodetabek.Aturan itu adalah terkait larangan penggunaan masker jenis scuba atau buff kepada para calon penumpang. PT KCI meminta para penumpangan yang hendak melakukan perjalanan dengan menggunakan layanan KRL tidak menggunakan masker scuba dan buff.PT KCI beralasan larangan itu diberlakukan karena menilai masker jenis tersebut terlalu tipis, sehingga tak bisa menjamin droplet yang menjadi media virus Covid-19 teradang. PT KCI pun menyatakan persentase penyaringan dari masker jenis tersebut pun amatlah minim."Hindari pemakaian masker scuba atau buff yang hanya 5 persen efektif mencegah risiko terpaparnya akan debu, virus, dan bakteri," dikutip dari akun instagram @commuterline.Tak hanya melarang masyarakat pengguna layananan KRL menggunakan masker jenis scuba dan buff, PT KCI juga melakukan edukasi melalui unggahannya itu. Mereka mengenalkan efektivitas dan jenis-jenis masker yang kerap digunakan masyarakat.Masker N95 merupakan jenis masker yang memiliki efektivitas tertinggi untuk mencegah dari paparan debu, virus, dan bakteri 95 sampai 100 persen. Kemudian masker bedah memiliki efektivitas 80-95 persen.Selanjutnya masker jenis FFPI memiliki efektivitas 80-95 persen. Masker bahan tiga lapis memiliki efektivitas 50-70 persen. Sedangkan masker yang rendah mencegah risiko paparan adalah masker scuba atau buff dengan efektivitas 0-5 persen.Imbauan tak menggunakan masker jenis scuba dan buff ini juga telah disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Meski tak melarang secara ekspilisit, Wiku menyarankan masyarakat untuk tidak menggunakan masker scuba dan buff dalam melakukan aktivitas."Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapis dan terlalu tipis sehingga kemungkinan tembus, tidak bisa menyaring lebih besar. Jadi disarankan menggunakan masker yang berkualitas," kata dia dalam konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, yang dikutif Rabu (16/9).Wiku juga menyebut, masker scuba dan buff terlalu mudah untuk ditarik ke bawah dagu, sehingga fungsi masker menjadi semakin tidak efektif."Ditarik ke bawah, di dagu, sehingga fungsi masker menjadi tidak ada, maka dari itu gunakan masker secara tepat untuk bisa melindungi," kata dia.Untuk diketahui, dalam penanggulangan pandemi virus corona, Indonesia sempat mengalami kelangkaan masker medis di awal merebaknya.Kala itu, saat kasus pertama Covid-19 di Indonesia terungkap pada awal Maret lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meminta masyarakat tak terlalu panik membeli masker. Ia menegaskan masker hanya diperuntukkan bagi orang sakit dan yang berisiko (tenaga kesehatan), sedangkan warga yang dalam kondisi sehat lebih disarankan menjaga diri dengan meningkatkan imunitas tubuh.Seiring waktu, pemerintah melalui Gugus Tugas Penanganan Corona--kini telah berubah jadi satgas--kemudian memaksa masyarakat untuk memakai masker. Belakangan, malah pemerintah pusat hingga pemerintah daerah menerapkan sanksi denda bagi warga yang abai menggunakan masker untuk mencegah Covid-19.Di satu sisi, tak seperti pada awal pandemi Covid-19 terdeteksi di Indonesia, kini stok masker bisa dikatakan telah normal kembali. Selain itu, warga pun melakukan siasat dengan membuat masker sendiri--bahkan ini menjadi ladang bisnis tersendiri.Desainer ternama hingga produsen sandang baik skala industri maupun rumahan, membuat masker sendiri dengan bahan baku kain agar bisa dicuci dan dipakai kembali.Selain itu, di setiap sudut jalan dan pertokoan pun terjual bebas masker-masker produk UMKM atau rumahan tersebut. Dan, salah satu yang paling banyak terlihat adalah masker jenis scuba atau buff. (ds/sumber CNNIndonesia.com)