Amerika Mundur dari Perjanjian Open Skies

  • Oleh : Redaksi

Senin, 23/Nov/2020 21:12 WIB
Kru pesawat pengintai OC-135B dari Skuadron Pengintaian sedang bersiap sebelum terbang di pangkalan Joint Base Andrews untuk mendukung Perjanjian Angkasa Terbuka atau Open Skies Treaty. Kru pesawat pengintai OC-135B dari Skuadron Pengintaian sedang bersiap sebelum terbang di pangkalan Joint Base Andrews untuk mendukung Perjanjian Angkasa Terbuka atau Open Skies Treaty.

Washington (BeritaTrans.com) - Amerika Serikat (AS), Minggu (22/11), secara resmi mundur dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka, perjanjian pengendalian dan verifikasi senjata. AS berulang kali menuduh Rusia melanggar perjanjian yang sudah berusia 18 tahun itu.

Keputusan Amerika itu merupakan pukulan terbaru bagi sistem pengendalian senjata internasional yang berulang kali dicemooh Presiden Amerika Donald Trump. Menurut Trump, kemampuan militer Amerika telah ditipu atau dibatasi secara tidak adil.

Baca Juga:
Pesawat Boeing United Airlines Menukik 28 Ribu Kaki Sekitar 10 Menit, Penumpang Panik

Departemen Luar Negeri AS mengukuhkan langkah itu.

Deplu AS mengatakan sudah enam bulan sejak pemberitahuan keluar disampaikan dan bahwa "Amerika keluar dari perjanjian mulai 22 November 2020, dan tidak lagi terlibat dalam Open Skies Treaty."

Baca Juga:
Emirates Kerjasama Dengan United, Terbang ke AS Jadi Makin Mudah

Dewan Keamanan Nasional mengukuhkan pengunduran itu dan menambahkan bahwa "Rusia secara mencolok melanggar [perjanjian] itu selama bertahun-tahun."

Dewan itu mengutip penasihat keamanan nasional Robert O'Brien yang mengatakan langkah itu adalah bagian dari upaya "mengutamakan Amerika dengan mengundurkan diri dari perjanjian usang yang telah menguntungkan musuh kita dengan mengorbankan keamanan nasional kita."

Baca Juga:
Ada Gangguan Teknis, Boeing 737-800 United Airlines Alihkan Pendaratan

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengumumkan niat Amerika keluar dari perjanjian itu pada 21 Mei. Pengumuman itu sekaligus pemberitahuan kepada 34 anggota Open Skies, yang sesuai aturan, harus disampaikan enam bulan sebelumnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk keputusan Amerika.

Ditandatangani pada 1992, perjanjian yang mulai berlaku pada 2002 itu memungkinkan 34 anggotanya melakukan penerbangan pengawasan dengan pemberitahuan singkat dan tanpa senjata di atas wilayah udara satu sama lain, untuk mengumpulkan data tentang pasukan dan aktivitas militer. Lebih dari 1.500 penerbangan telah dilakukan berdasar perjanjian itu.

Pendukung perjanjian itu mengatakan penerbangan tersebut membantu membangun kepercayaan dengan menunjukkan bahwa, misalnya, musuh tidak secara diam-diam mengerahkan pasukan atau bersiap melancarkan serangan. 

(lia/sumber:voaindonesia.com)