Bus Dewi Sri Ngetem Berhari-hari tapi Penumpang Masih di Bawah Target, ini yang Dilakukan Pengemudi

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 09/Janu/2021 14:35 WIB
Kapudin dengan mengenakan seragam, tengah duduk di `kokpit` bus PO Dewi Sri yang dia kemudikan. Kapudin dengan mengenakan seragam, tengah duduk di `kokpit` bus PO Dewi Sri yang dia kemudikan.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pengemudi bus antarkota antarpropinsi (AKAP) kerap mengosongkan penumpang di busnya lantaran tidak mencukupi target, juga karena waktu ngetem sudah terlalu lama. Hal itu kerap dilakukan karena jumlah penumpang tidak lagi ramai semenjak covid-19 melanda.

 Kapudin 54 tahun, pengemudi bus PO Dewi Sri jurusan Jakarta-Tegal, harus rela memindahkan beberapa orang penumpang dari busnya ke bus lain..

Baca Juga:
Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim, Ini Kronologi Penyebabnya!

Warga Desa Muloharjo, Tegal, Jawa Tengah ini juga harus menunggu hari berikutnya lantaran jumlah penumpang tidak cukup. Sebelumnya juga, bus telah mengoper beberapa penumpang ke bus lain untuk diberangkatkan.

"Sering dioper kalau sepi. Ini kalau semalam perpal berangkatnya besok pagi. Kita dikasih Rp30 ribu bagi berdua sama kernet dari pengurus, ya buat makan," ungkap kepada BeritaTrans.com di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (8/1/2020).

Baca Juga:
Sesditjen Hubdat Bersama Komisi V DPR Tinjau Terminal Tipe A Purboyo

Terlebih lagi, diungkapkannya PO memiliki target jumlah penumpang harus 30 orang untuk pulang-pergi (PP). Hal itu lantaran harus mencukupi biaya operasional yang termasuk solar tol dan upah para kru Rp450 ribu.

Baca Juga:
Jalan Tol PSN Ruas Pekanbaru-Rengat Sepanjang 206 KM Sudah Mulai Konstruksi

"Sekarang semenjak corona sering enggak berangkat. Soalnya ada targernya. Berangkat dari Tegal minimal harus ada 15 orang, nanti dari sini 15 orang juga," katanya.

Jika jumlah penumpang kurang, dia lebih baik tidak berangkat dan menunggu hari berikutnya.

"Kami Komisi sistemnya, nanti kelebihan jalan untuk kernet Rp150 ribu, saya Rp300 ribu," katanya.

Diceritakan bapak tiga anak ini ini, bus dengan tujuan akhir Jabodetabek yaitu di Cikokol, Tanggerang, itu mampu menghabiskan solar antara 180 liter sampai 320 liter tergantung kondisi jalan dan line antar penumpang.

Bus yang dikendarai kakek satu cuci ini, trayeknya bahkan terkadang sampai Pekalongan tergantung penumpang yang akan diberangkatkan.

Perjalanan bus tersebut, jika keadaan lancar mampu ditempuh selama lima jam untuk tujuan tersebut.

Kapudin berharap corona segera pulih kembali dan masyarakat kembali ramai menggunakan bus. Dia juga menceritakan pendatannya sebelum pandemi sangat banyak apalgi saat musim libur seperti memasuki waktu lebaran.

"Kalau dulu lebih pendapatan. Kayak lebaran target kita dapat Rp 7 juta. Kan tarif naik jadi Rp150 ribu kadang bisa lebih kan, sopir dapat 10 persen, belum lagi bonus. Kemaren lebaran ini mah enggak jalan, lockdown," kata kakek satu cucu ini.

Dia menceritakan mengawali karir sebagai sopir pernah menjadi driver taksi di Jabodetabek, akhirnya gabung dan di PO bus dan keluar masuk beberapa perusahaan hingga akhirnya sudah menahun di PO Dewi Sri kini.

"Dulu di bus bumel Putri Jaya, pegalaman juga taksi delapan tahun di Jabodetabek, terus Dewi Sri, Sinar Jaya, Lorena dan balik lagi kesini," ceritanya.

Kini dia harus pergi pagi dan berangkat pagi lagi, dengan bus Dewi Sri kelas AC, yang kapasitas kursi 59. Adapun harga tiketnya adalah Rp100 ribu untuk tujuan tersebut. (fahmi)