Tol Naik dan Penumpang Sepi, Kru Bus Merana

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 19/Janu/2021 16:53 WIB
Suasana bus di Terminal Bekasi, Selasa (19/1/2021). Suasana bus di Terminal Bekasi, Selasa (19/1/2021).

BEKASI (BeritaTrans.com) - Kebijakan kenaikan harga tol berdampak bagi pendapatan kru bus. Terlebih lagi jumlah sewa atau penumpang yang semakin berkurang karena masih dalam masa pandemi, seperti sekarang ini.

Hal itu dikatakan oleh sejumlah kru bus, yang dengan cara memperoleh penghasilan dari sisa uang operasional dan setoran.

Baca Juga:
DAMRI Tambah Armada Baru Premium untuk Rute Menuju Lampung

"Ini tolnya naik, penumpangnya sedikit," kata sopir PO Mayasari Bakti bernama Sarkim di Terminal Bekasi, Selasa (19/1/2021).

Baca Juga:
Sistem Transportasi Cerdas Jasa Marga Memperkuat Kebijakan Rekayasa Lalu Lintas Lebaran 2024

Sebelum naiknya tarif tol Sarkim dan keneknya menjelaskan, hanya menghabiskan Rp122 ribu untuk empat kali rit dalam sehari atau empat kali pulang-pergi Blok M-Bekasi.

Sekarang biaya yang harus dikeluarkan melalui tol Jakarta-Cikampek dalam sehari, yaitu Rp152 ribu. Namun, jumlah penumpang yang semakin menurun di masa PPKM ini. Dan tarif tidak boleh naik membuat para kru harus mengeluarkan uang lebih untuk operasional tersebut.

Baca Juga:
Jalan Tol IKN Bakal Beroperasi Agustus 2024

"Kita biasanya empat rit, tapi kalau aja lima rit bisa nambah lagi kami nomboknya," tambahnya.

Gagal Narik 2 Kali

Kru bus PO lain juga mengungkapkan hal yang sama.

"Sekarang bukan gaji juga yang semakin sedikit. Tapi malah terhutang. Kami juga harus jalan(narik) daripada enggak ada kerjaan lain," kata kenek PO Bima Suci jurusan Balaraja-Bekasi, Mukmin kepada BeritaTrans.com.

Biasanya, yang paham dan mengurus segala soal biaya operasional dan keperluan bus dijalan adalah keneknya sendiri.

Mukmin menjelaskan, sehari busnya hanya mampu berjalan satu kali pulang pergi(PP) untuk tujuan tersebut. Namun, karena jumlah penumpang tidak sesuai dia kerap mengulang trayek untuk ngetem lagi di terminal.

"Kita sudah dua kali gagal (narik), tadi sudah nyampe pintu tol malah balik lagi," katanya.

Awalnya mereka membawa sewa beberapa orang dan berharap ada lagi orang, yang akan naik di pintu tol. Namun, prediksi mereka salah dan harus memindahkan penumpang yang sedikit tersebut dengan bus yang di depannya, yang sudah menunggu lama penumpang di pintu tol Bekasi Timur.

"Penumpang enggak ada, enggak cukup. Ya oper aja sama teman tadi di sana," kata Mukmin saat di terminal Bekasi.

Hal itu kerap dilakukan lantaran jumlah penumpang tidak memenuhi target untuk biaya setoran dan lainnya.

Bus yang diawaki Mukmin, diungkapkannya menempuh tol Bitung dan berakhir di pintu tol Kebun Jeruk dan harus masuk tol Jakarta-Cikampek untuk arah Bekasi.

"Kalau jalan, Rp300 ribu satu kali PP itu BBM. Kalau tol sekarang Rp60 ribu, sebelumnya Rp50 ribu," ungkapnya.

Upah pendapatan sopir dan kenek tersebut ialah berdasarkan sisa uang setoran dan uang operasional. Karena jumlah penumpang yang sedikit, maka pendapatan juga semakin berkurang.

Tidak semua kru bus mengalami hal yang sama, beberapa bus seperti bus AKAP dan AKDP di terminal tersebut mengungkapkan, bebas memikirkan biaya tol lantaran masih ditanggung oleh pihak PO masing-masing.

Diketahui delapan ruas jalan tol bebas hambatan yang masing- masing dikelola oleh lima BUJT yakni, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Toll Road, PT Marga Lingkar Jakarta, serta PT Jakarta Lingkar Baratsatu, ditetapkan tarif baru mulai Ahad  (17/01/2021) lalu.

Kenaikan tarif tol tersebut dilakukan dalam rangka menjamin para BUJT untuk meningkatkan level of service (tingkat pelayanan) dan sebagai wujud kepastian pengembalian investasi. (fahmi)