Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di 4 Daerah Pantura Jawa Barat

  • Oleh : Taryani

Senin, 25/Janu/2021 11:59 WIB
Anak-anak bermain air di saluran irigasi yang airnya penuh karena curah hujan tinggi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat . (Taryani) Anak-anak bermain air di saluran irigasi yang airnya penuh karena curah hujan tinggi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat . (Taryani)

INDRAMAYU,  (BeritaTrans.com)  - Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengimbau masyarakat dan semua pihak di sebagian wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat, seperti Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon, agar  tetap waspada terhadap  potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat dalam periode puncak musim hujan tahun ini.

“Puncak musim hujan tahun ini di 4 kabupaten itu diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021. Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi,” ujarnya.

Oleh sebab itu,  Pemerintah  Daerah harus siaga dan tetap waspada juga meningkatkan koordinasi dengan instansi yang bergerak di bidang kebencanaan.  

Terhadap potensi hujan lebat yang cukup tinggi di Januari hingga pertengahan Februari, Ia mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dan siaga. Jauhi tebing dengan kemiringan atau perbukitan yang ekstrem, karena akan berpotensi menimbulkan longsor serta jauhi aliran sungai untuk mengantisipasi meluapnya sungai akibat curah hujan tinggi. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (23/1/2021) mengemukakan, BMKG mencatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 zona musim saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, peningkatan tren curah hujan ekstrem ini selain dipicu oleh fenomena dan atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim.

Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan, tutur Guswanto.

Guswanto mencontohkan,  jika terjadi banjir bandang  dikarenakan adanya sisa-sisa penebangan pohon di bagian hulu yang dapat menahan air. Jika hujan terus berlangsung material itu kemudian akan hanyut dan mengakibatkan banjir bandang di bagian hilir.

Demikian pula banjir dan genangan, selain akibat curah hujan tinggi juga dapat diakibatkan kondisi permukaan yang tidak mendukung air mengalir dengan cepat atau normal ke saluran-saluran yang semestinya. (Taryani)