RIYADH (BeritaTrans.com) - Koalisi negara-negara Arab pada Rabu (10/2/2021) menyatakan, serangan teroris oleh kelompok Syiah Houthi menyasar Bandara Internasional Abha di Arab Saudi.

Serangan itu menyebabkan sebuah pesawat sipil terbakar, menurut seorang koresponden media lokal.

Koalisi Arab mengungkapkan, api yang melahap pesawat itu kini sudah terkendali. “Mencoba menargetkan Bandara Abha dan mengancam wisatawan sipil adalah kejahatan perang,” demikian pernyataan koalisi itu, dikutip Alarabiyah.

“Kami mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dari ancaman Houthi,” kata pernyataan itu lagi.

Koalisi Arab mengatakan, sebelumnya pada hari yang sama mereka berhasil mencegat dan menghancurkan dua pesawat tak berawak  (drone) bersenjata yang diluncurkan Houthi menuju Arab Saudi.

Juru Bicara Militer Houthi, Yahya Sarea, mengonfirmasi serangan ke Bandara Abha hari ini.

Menurut dia, ada empat drone yang dikerahkan Houthi untuk menghantam bandara yang terletak di bagian selatan Arab Saudi itu, Rabu sore.

Sarea mengatakan, serangan itu adalah tanggapan dari pihaknya atas serangan udara dan tindakan lain yang dilakukan Koalisi Arab di Yaman.

Ledakan di Riyadh

Sebelumnya suara ledakan keras terdengar di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, Selasa (26/1/2021). Penyebab ledakan itu belum diketahui.

Beberapa saksi melaporkan, mereka mendengar dua suara ledakan keras dan melihat kepulan kecil asap di atas kota itu sebelum pukul 13.00 waktu setempat (17.00 WIB).

TV Alarabiyah milik Saudi, dengan mengutip laporan lokal tentang ledakan itu dan video yang beredar di media sosial, menunjukkan sebuah rudal yang dicegat di Riyadh.

Belum ada komentar langsung dari otoritas Saudi, atau klaim tanggung jawab apa pun atas ledakan tersebut.

Pasukan pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman telah melakukan banyak serangan lintas batas ke Arab Saudi menggunakan pesawat tak berawak (drone) dan rudal.

Serangan-serangan tersebut muncul sejak koalisi negara-negara Arab pimpinan Saudi turun tangan di untuk membantu krisis politik di Yaman pada awal 2015.