Sepanjang Triwulan IV-2020, Angkutan Laut Terkontraksi Terendah, Hanya Capai 1,19 Persen

  • Oleh : Naomy

Selasa, 16/Feb/2021 15:35 WIB
Angkutan kapal laut (dok) Angkutan kapal laut (dok)

BANDUNG (BeritaTrans.com) - Sepanjang triwulan IV-2020, angkutan laut Indonesia terkontraksi paling rendah dibandingkan beberapa moda atau angkutan lainnya. 

Hal itu menurut Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi, bisa dilihat dari perbandingannya terhadap periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), maupun secara kumulatif (c-to-c). 

Baca Juga:
Bank Dunia Sebut Performa Logistik Indonesia Anjlok 17 Peringkat

"Catatan ini berdasarkan analisis atas data statistik tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) awal Februari ini," jelas Setijadi dalam keterangan tertulis, Selasa (16/2/2021).

Pada triwulan IV-2020, angkutan laut terkontraksi sebesar 1,19 persen (y-on-y); diikuti angkutan darat (3,50 persen); angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (12,28 persen); angkutan rel (45,56 persen); dan angkutan udara (53,81 persen).

Baca Juga:
SCI: Optimalkan Potensi Angkut 1, 35 Juta Ton Ikan, Pelabuhan Benoa Perlu Dikembangkan

Pada periode itu, secara kumulatif (c-to-c) angkutan laut terkontraksi sebesar 4,57 persen; diikuti angkutan darat (5,34 persen); angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (13,00 persen); angkutan rel (42,34 persen); dan angkutan udara (53,01 persen).

"Namun demikian, kontribusi angkutan laut terhadap PDB tahun 2020 masih kecil, yaitu Rp48.614,8 miliar atau 8,7 persen dari total PDB angkutan sebesar Rp558.069 miliar," ucapnya.

Baca Juga:
SCI Bersama Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Bersinergi untuk Kompetensi SDM

Kontributor tertinggi terhadap PDB angkutan masih dari angkutan darat (68,3 persen) yang diikuti angkutan udara (18,8 persen). 

Sementara, dua angkutan lainnya memberikan kontribusi yang lebih kecil dari angkutan laut, yaitu angkutan sungai, danau, dan penyeberangan sebesar 2,8 persen dan angkutan rel sebear 1,4 persen.

Setijadi mengapresiasi pembukaan jalur-jalur pelayaran baru, seperti yang dilakukan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang membuka tiga rute pelayaran ferry jarak jauh (long distance ferry/LDF) pada Januari 2021. 

Ketiga rute itu yaitu Patimban-Panjang, Patimban-Pontianak, dan Patimban-Banjarmasin.  

Selain oleh perusahaan BUMN, jalur pelayaran baru juga dibuka oleh perusahaan swasta yaitu SPIL (PT Salam Pacific Indonesia Lines) yang membuka rute langsung Jakarta-Bangka mulai 4 Februari lalu. Di mana Bangka menjadi cabang ke-42 perusahaan itu.

"Dari sisi angkutan logistik, pembukaan jalur-jalur pelayaran baru itu diharapkan menjadi alternatif pengiriman barang antar wilayah di Indonesia yang dapat lebih menjamin ketersediaan stok dan mengurangi disparitas harga barang/komoditas, serta efisiensi pengiriman bahan baku dan produk industri," urainya. 

Namun, perlu integrasi transportasi laut, proses kepelabuhanan, dan transportasi hinterland-nya. 

Hal itu lantaran pengguna jasa akan mempertimbangkan efisiensi transportasi secara end-to-end.

"Berdasarkan data dari Pelni dan INSA, transportasi laut hanya berkontribusi sekitar 19 persen. Sementara biaya kepelabuhanan sekitar 31 persen dan transportasi hinterland sekitar 50 persen," tutup Setijadi. (omy)

Tags :