Oleh : Naomy
PADANG (BeritaTrans.com) - Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tengah menyiapkan skenario penerapan Uji Coba/Test Bed Pemanduan secara elektronik (e-Pilotage) di perairan seluruh Indonesia.
Hal ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan peran stasiun Vessel Traffic Service (VTS) yang akan disiapkan sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam melakukan pemanduan bagi kapal-kapal yang hendak melintas alur pelayaran maupun selat di perairan Indonesia.
Baca Juga:
Gelar LALA Awards, Ditjen Hubla Beri 12 Penghargaaan pada Operator Kapal
Pembahasanya dilaksanakan dalam Penyusunan Bersama Skenario Uji Coba/Test Bed e-Pilotage Service yang diikuti empat Distrik Navigasi (Disnav) yaitu Palembang, Dumai, Belawan dan Teluk Bayur.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Andi Hartono menjelaskan, Pemanduan secara elektronik (e-Pilotage) yang dilakukan oleh VTS diminta untuk siap mendukung keamanan dan keselamatan pelayaran kapal
Baca Juga:
Kapal Patroli KPLP Berhasil Evakuasi Jenazah ABK Meninggal di Perairan Laut Maluku
"Khususnya yang berlayar diwilayah perairan pelabuhan dalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut dan peningkatan kegiatan ekonomi," tegas Andi di Padang, Kamis.(25/2/2021).
Masing-masing Distrik Navigasi (Disnav) yang mengoperasikan VTS dalam kesempatan itu berbagi pengalaman dan hasil kerjanya kepada yang lain untuk saling melengkapi, hingga memeroleh konsep Skenario e-Pilotage Service yang lebih komprehensif.
Baca Juga:
Ditjen Hubla Serah Terima Aset di 8 UPT Terdampak PM 15/2023 dan PM 17/2023
Dia menyebutkan, pemanfaatan teknologi VTS khususnya peranannya sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam mengimplementasikan e-Pilotage akan dapat mencapai efektivitas dan efisiensi.
"Namun saat ini pemanfaatan fasilitas kenavigasian seperti VTS dalam kegiatan e-Pilotage masih perlu ditingkatkan, dan oleh karena itu harus ada peran yang lebih besar dari VTS dalam memberikan layanan terkait," tutur dia.
Aset negara yang nilainya tinggi ini Andi bilang, seyogyanya mempunyai kontribusi yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat maritim yang bersinggungan langsung dengan peran VTS.
"Kemampuan
Sumber Daya Manusia sebagai operator VTS pun dituntut memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan/bersertifikat," ujarnya.
Dengan demikian, adanya Penyiapan Bersama Skenario Test Bed/Uji Coba e-Pilotage ini diharapkan dapat mewujudkan Sinkronisasi dan harmonisasi keragaman pelayanan, yang dapat menjadi referensi Penyusunan Pedoman untuk pelaksanaannya.
Jelas juga diperlukan adanya Navigation Guideline, sebagai dasar bagi Operator VTS maupun Nakhoda Kapal, saat memasuki suatu perairan Pelabuhan ketika dilakukan kegiatan Test Bed/Uji Coba e-Pilotage.
"Ini penting untuk memberikan kejelasan informasi situasi dan kondisi yang real diperairan setempat. Sehingga kapal dapat menggunakan rute pelayaran yang aman dan efisien," imbuh dia.
Saat ini terdapat 23 VTS yang telah berstandar internasional dengan operator yang memiliki kompetensi berdasarkan ketentuan dari International Maritime Organization (IMO) dan International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA). (omy)