Kemenhub Bahas Skenario Uji Coba e-Pilotage Seluruh Indonesia

  • Oleh : Naomy

Kamis, 25/Feb/2021 11:53 WIB
Sekretaris Ditjen Hubla Andi Hartono Sekretaris Ditjen Hubla Andi Hartono

PADANG (BeritaTrans.com) - Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tengah menyiapkan skenario penerapan Uji Coba/Test Bed Pemanduan secara elektronik (e-Pilotage) di perairan seluruh Indonesia. 

Hal ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan peran stasiun Vessel Traffic Service (VTS) yang akan disiapkan sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam melakukan pemanduan bagi kapal-kapal yang hendak melintas alur pelayaran maupun selat di perairan Indonesia.

Baca Juga:
Ribuan Peserta Arus Balik Gratis Sepeda Motor dengan Kapal Laut Tinggalkan Semarang ke Jakarta

Pembahasanya dilaksanakan dalam Penyusunan Bersama Skenario Uji Coba/Test Bed e-Pilotage Service yang diikuti empat Distrik Navigasi (Disnav) yaitu Palembang, Dumai, Belawan dan Teluk Bayur.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Andi Hartono menjelaskan, Pemanduan secara elektronik (e-Pilotage) yang dilakukan oleh VTS diminta untuk siap mendukung keamanan dan keselamatan pelayaran kapal 

Baca Juga:
Sesditjen Hubla Tinjau Pelabuhan Muara Angke

"Khususnya yang berlayar diwilayah perairan pelabuhan dalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut dan peningkatan kegiatan ekonomi," tegas Andi di Padang, Kamis.(25/2/2021).

Masing-masing Distrik Navigasi (Disnav) yang mengoperasikan VTS dalam kesempatan itu berbagi pengalaman dan hasil kerjanya kepada yang lain untuk saling melengkapi, hingga memeroleh konsep Skenario e-Pilotage Service yang lebih komprehensif.

Baca Juga:
Posko Angkutan Laut Lebaran 2024 Dimulai Hari ini

Dia menyebutkan, pemanfaatan teknologi VTS  khususnya peranannya sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam mengimplementasikan e-Pilotage akan dapat mencapai efektivitas dan efisiensi. 

"Namun saat ini pemanfaatan fasilitas kenavigasian seperti VTS dalam kegiatan e-Pilotage masih perlu ditingkatkan, dan oleh karena itu harus ada peran yang lebih besar dari VTS dalam memberikan layanan terkait," tutur dia.

Aset negara yang nilainya tinggi ini Andi bilang, seyogyanya mempunyai kontribusi yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat maritim yang bersinggungan langsung dengan peran VTS. 

"Kemampuan
Sumber Daya Manusia sebagai operator VTS pun dituntut memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan/bersertifikat," ujarnya.

Dengan demikian, adanya Penyiapan Bersama Skenario Test Bed/Uji Coba e-Pilotage ini diharapkan dapat mewujudkan Sinkronisasi dan harmonisasi keragaman pelayanan, yang dapat menjadi referensi Penyusunan Pedoman untuk pelaksanaannya.

Jelas juga diperlukan adanya Navigation Guideline, sebagai dasar bagi Operator VTS maupun Nakhoda Kapal, saat memasuki suatu perairan Pelabuhan ketika dilakukan kegiatan Test Bed/Uji Coba e-Pilotage. 

"Ini penting untuk memberikan kejelasan informasi situasi dan kondisi yang real diperairan setempat. Sehingga kapal dapat menggunakan rute pelayaran yang aman dan efisien," imbuh dia.

Saat ini terdapat 23 VTS yang telah berstandar internasional dengan operator yang memiliki kompetensi berdasarkan ketentuan dari International Maritime Organization (IMO) dan International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA). (omy)