3 Binatang yang Dapat Bertahan di Lingkungan `Paling Merusak` di Muka Bumi

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 12/Mar/2021 00:11 WIB
FOTO: GETTY IMAGES/EDUCATION IMAGES FOTO: GETTY IMAGES/EDUCATION IMAGES

Jakarta (BeritaTrans.com) - Gunung berapi menyimpan salah satu kekuatan paling berbahaya bumi tapi beberapa makhluk hidup mampu beradaptasi dan berkembang biak di sekitarnya.

Berikut ini tiga satwa liar paling tangguh di muka bumi.

Lingkungan

SUMBER GAMBAR,DARREN WILLIAMS/SILVERBACK FILMS 2019

Burung flamingo jenis lesser berkoloni dalam jumlah besar di Danau Natron untuk berkembang biak.

 

Burung lesser flamingo (Phoenicoparrus minor)

Ol Donyo Lengai di Tanzania adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Afrika.

Di sisi utara gunung api ini terbentang Danau Natron. Ini adalah salah satu perairan paling beracun di dunia, tapi merupakan rumah bagi satwa liar yang luar biasa.

Danau Natron adalah tempat berkumpul dan berkembang biak dua juta burung flamingo jenis lesser.

Suhu air Danau Natron sering kali mencapai lebih dari 40 derajat Celsius dan mengandung banyak alkali karena natrium karbonat serta jenis mineral lainnya mengalir ke danau ini dari perbukitan di sekitarnya.

Air danau itu pun dapat membakar kulit. Perairan ini tidak ramah bagi sebagian besar tumbuhan, hewan, dan manusia.

Namun kulit keras burung flamingo dan sisik di kaki mereka dapat mencegah luka bakar. Burung ini memiliki kemampuan unik untuk meminum air yang suhunya mendekati titik didih.

Dengan rongga hidungnya, burung flamingo jenis lesser juga dapat menghilangkan kandungan garam dari air.

Menggunakan sejumlah kelebihannya ini, burung flamingo jenis lesser menjadikan neraka sebagai surga mereka. Bebas dari kebanyakan predator, flamingo membangun sarang di pulau-pulau kecil yang terbentuk di danau selama musim kemarau.

Dan karena hanya terdapat sedikit persaingan untuk mendapatkan makanan, burung flamingo hampir menguasai alga, sumber makanan penting mereka yang tumbuh di air vulkanik.

Lingkungan

SUMBER GAMBAR,TUI DE ROY/SILVERBACK FILMS 2018

Iguana darat betina memanfaatkan suhu hangat gunung api untuk menginduksi telur mereka.

Iguana darat galapagos (Conolophus subcristatus)

Pulau Fernandina merupakan tempat gunung api paling aktif yang masih sangat asli di Kepulauan Galapagos, yaitu Gunung La Cumbre.

Pulau ini juga merupakan rumah bagi beberapa spesies paling ikonik dan yang terancam punah, antara lain iguana laut dan darat, burung kormoran yang tidak bisa terbang, penguin serta singa laut.

Semua satwa tadi telah belajar cara beradaptasi dan menetap di wilayah terpencil ini.

Iguana darat betina memanfaatkan panas termal yang berasal dari gunung api. Setiap tahun, hampir 2.000 iguana jenis ini melakukan perjalanan selama sepuluh hari dari pantai ke puncak La Cumbre.

Dari pucuk gunung itu, kawanan iguana darat betina kemudian menuruni lereng terjal ke dasar kawah. Begitu sampai di dasar, mereka meletakkan telur di abu yang lembut dan hangat--medium dengan suhu sempurna untuk proses inkubasi.

Ancaman letusan terus-menerus, gempa bumi, dan muntahan lava membuat kawasan ini berbahaya bagi spesies apa pun, terutama yang bersarang di dalam kawah.

Meski begitu, iguana darat dapat merasakan peningkatan aktivitas vulkanik. Ini memberi mereka waktu untuk turun dari puncak, ke tempat yang aman.

Lingkungan

SUMBER GAMBAR,SILVERBACK FILMS

Burung finch secara cerdas menjadi 'vampir' untuk melengkapi asupan makanan mereka.

 

Burung ground finch (Geospiza septentrionalis)

Pulau vulkanik Serigala di Galapagos memiliki iklim yang panas dan kering. Makanan dan air yang tersedia di pulau ini sangat terbatas untuk spesies yang hidup di atasnya.

Selama musim kemarau, populasi burung finch di pulau ini dapat menurun hingga 90%.

Namun, burung kutilang ini pintar dan kreatif. Mereka mengembangkan perilaku dan karakteristik yang berbeda untuk bertahan hidup, yaitu dengan cara berubah menjadi vampir!

Untuk melengkapi sumber makanan mereka yang berupa nektar kaktus, daging, buah, dan isi telur burung, burung ini juga meminum darah.

Mereka mengadaptasi sebuah teknik untuk menghilangkan dan memakan parasit burung laut di pulau tersebut.

Burung ground finch menggunakan paruhnya yang tajam untuk menusuk daging sehingga memungkinkan keluar darah.

Dengan meminum darah, burung finch mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk memperkaya sumber panganannya.

Karena evolusi ini, burung finch sekarang memiliki paruh terbesar dan paling runcing dari semua subspesies pipit tanah berparuh tajam.

Yang menarik dari proses ini, burung laut tidak menolak burung finch menghisap darah parasit mereka. Mungkin karena itu adalah metode pembersihan darah yang efektif untuk mereka.

Atau mungkin juga karena burung pipit vampir berkerumun dalam jumlah yang begitu banyak sehingga burung laut mustahil memenangkan perkelahian jika mereka mencobanya.

(sumber:bbcindonesia.com)