Sah, Muhammad Taufiq Kiemas jadi Nama Bandara di Pesisir Barat Lampung

  • Oleh : Naomy

Sabtu, 10/Apr/2021 23:53 WIB
Ketua DPR Puan Maharani bersama Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto mereamikan nama baru Bandara Pesisir Barat Lampung Ketua DPR Puan Maharani bersama Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto mereamikan nama baru Bandara Pesisir Barat Lampung

KRUI PESISIR BARAT (BeritaTrans.com) – Sah, Muhammad Taufiq Kiemas menjadi nama bandara di Pesisir Barat-Lampung menggantikan Pekon Serai.

Peresmian perubahan nama bandara dilakukan Ketua DPR Puan Maharani, didampingi Anggota IV BPK RI selaku Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara IV - Isma Yatun, Direktur Jenderal Perhubungan Udara - Novie Riyanto mewakili Menteri Perhubungan, PJ. Bupati Pesisir Barat Bambang Sumbogo, Ketua Komisi IV DPR Sudin dan  Ketua Komisi V DPR Lasarus.

Baca Juga:
Menhub Sebut Pembangunan Bandara IKN Berjalan Sesuai Rencana

Dirjen Novie menyampaikan, perubahan nama Bandara Pekon Serai ini berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 811 Tahun 2016.

Diharapkan pembangunan Bandara Muhammad Taufiq Kiemas (MTK) dapat mendukung pertumbuhan ekonomi baru di koridor Barat atau kawasan pantai Barat Pulau Sumatera.

Baca Juga:
Penyelenggaraan Angkutan Udara Lebaran 2024 Sukses, Dirjen Kristi Apresiasi Kolaborasi Semua Pihak

“Bandara ini akan menjadi pintu masuk bagi wisatawan ke kawasan pantai Tanjung Setia, yang selama ini menjadi tujuan para peselancar dan wisatawan asing. Selain dari alasan utama pemerintah membangun bandara yaitu sebagai bandara mitigasi bencana alam," jelas Dirjen Novie, Sabtu (10/4/2021).

Selama ini Bandara MTK telah melayani penerbangan rute Bandar Lampung – Pesisir Barat dengan frekuensi 3 x seminggu,  dilayani oleh maskapai Wings Air, namun terhenti ketika masa pandemi Covid-19. 

Baca Juga:
Monitor Angleb di Bali, Dirjen Hubud: Semua Moda Alami Kenaikan Penumpang

Dalam waktu dekat akan dilayani oleh penerbangan perintis dengan rute MTK (Krui) - Bengkulu pp. dan Krui - Radin Inten II Lampung masing-masing 2x seminggu.

“Kehadiran bandara ini sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Pesisir Barat, yang tadinya dari Lampung menuju Krui melalui jalur darat membutuhkan waktu kurang lebih enam jam dan dari Bengkulu butuh waktu tujuh jam, dan melalui  penerbangan hanya butuh waktu 40 menit," urainya.

Bandara yang akrab dipanggil Krui saat inu memiliki luas area bandara 75,624 hektar memiliki fasilitas sisi udara dengan runway berukuran 1.300 m x 30 m, sehingga dapat melayani pesawat dengan tipe maksimal ATR 72 – 500/600. 

Selain itu, taxiway 97 m x 18 m dan apron 90 m x 80 m yang mampu menampung 2 pesawat tipe ATR 72 – 500/600 untuk parkir. 

"Sedangkan untuk sisi darat, terdapat terminal penumpang seluas 1.116 m² yang mampu menampung 279 penumpang per hari atau sekitar 50.000 penumpang per tahun," imbuh Dirjen Novie.

Untuk meningkatkan operasional pelayanan penerbangan, nantinya akan dilakukan perluasan terminal dan fasilitas lainnya seperti pengembangan area parkir kendaraan dan perpanjangan runway menjadi 1.400 m x 30 m, sehingga pesawat berbadan lebar dapat dilayani di bandara ini.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemprov, Pemda, Kementerian/Lembaga terkait atas sinergi dalam perencanaan program hingga Bandara Muhammad Taufiq Kiemas dapat beroperasi dengan lancar, katanya.

Pihaknya juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Komisi V DPR sebagai mitra, yang senantiasa mendukung program-program Kementerian Perhubungan. 

"Demikian juga seluruh masyarakat di Provinsi Lampung yang telah berkontribusi dan memberikan dukungan dalam pembangunan dan pengembangan Bandar Udara Muhammad Taufiq Kiemas," tutup Dirjen Novie.  

Untuk diketahui, pembangunan bandara ini dimulai pada tahun 2004 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat, dengan pembebasan lahan dan dilanjutkan dengan kegiatan study kelayakan dan masterplan. 

Akhirnya pada September 2011 dilakukan uji coba penerbangan perdana oleh pesawat Susi Air dan pada Juli 2013 dilakukan penerbangan perdana perintis. (omy)