Covid di Hong Kong Menggila, Penerbangan dari 3 Negara Ini Disetop

  • Oleh : Fahmi

Senin, 19/Apr/2021 23:33 WIB
Hong Kong adalah pusat penerbangan utama yang dilayani oleh lebih dari 120 maskapai penerbangan. (Ist) Hong Kong adalah pusat penerbangan utama yang dilayani oleh lebih dari 120 maskapai penerbangan. (Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pemerintah Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April selama dua minggu mendatang. Penangguhan ini dipicu adanya virus corona mutan N501Y terdeteksi di pusat keuangan Asia tersebut. 

Dilansir dari Reuters, pemerintah pada Ahad (18/4/2021) mengatakan ketiga negara itu akan diklasifikasikan sebagai "risiko sangat tinggi" setelah ada beberapa kasus impor yang membuat Hong Kong menegang selama 14 hari terakhir. 

Baca Juga:
Perdana! Pulau Siau Tersedia Penerbangan Perintis untuk Membuka Konektivitas

Larangan masuk pelancong dari India, Pakistan, dan Filipina ini juga berdampak pada beberapa maskapai penerbangan seperti Cathay Pacific, Hong Kong Airlines, Vistara, dan Cebu Pacific. 

Hong Kong melaporkan 30 kasus infeksi baru pada hari Minggu, 29 diantaranya merupakan kasus impor. Angka ini menandai jumlah korban harian tertinggi sejak 15 Maret. Hong Kong telah mencatat lebih dari 11.600 kasus secara total dan 209 kematian. 

Baca Juga:
Tantangan Besar Dunia Penerbangan: Drone, Kota Bandara hingga Revolusi Low Cost Carrier

Otoritas Hong Kong juga telah mendesak penduduk untuk mendapatkan vaksinasi dengan hanya sekitar 9% dari 7,5 juta penduduk Hong Kong yang divaksinasi sejauh ini. Sejak pekan lalu, pemerintah juga mulai memperluas skema vaksin dengan melibatkan masyarakat berusia antara 16 hingga 29 tahun. 

Berdasarkan data Worldometers per Senin (19/4/2021), India kini memiliki lebih dari 15 juta kasus infeksi, dengan lebih dari 178 ribu kematian. 

Baca Juga:
Ditjen Perhubungan Udara Bahas 5 Tantangan Besar Dunia Penerbangan

Sementara Pakistan memiliki lebih 756 ribu kasus infeksi dan 16 ribu kematian, dengan Filipina memiliki lebih dari 936 kasus infeksi dan 15 ribu pasien meninggal.(fh/sumber:CNBC)