Olimpiade Tokyo 2020: Cerita Wasit Berhijab Pertama dalam Sejarah Bola Basket di Olimpiade

  • Oleh : Dirham

Minggu, 18/Jul/2021 08:41 WIB
Sara Gamal. Sara Gamal.

TOKYO (BeritaTrans,com) - Sara Gamal adalah perempuan berhijab pertama yang menjadi wasit pertandingan bola basket di Olimpiade. Sara Gamal punya rekam jejak pencapaian luar biasa dalam kariernya. Kini warga Mesir lulusan teknik sipil ini siap menorehkan sejarah.

Mantan pemain bola basket tersebut bakal menjadi perempuan Muslim berhijab pertama yang menjabat wasit dalam pertandingan bola basket di Olimpiade.

Bukan hanya itu, cabang olahraga bola basket 3x3 yang diwasitinya pun bakal memulai debutnya di Tokyo Juli ini. Laga bola basket 3x3 awalnya umum digelar di taman atau di pusat-pusat komunitas dengan istilah 'Streetball, Blacktop atau Playground Ball'.

Tapi kemudian jenis olahraga ini semakin popuer dan dipertandingkan secara resmi. Diperkirakan 182 negara dan lebih dari 430.000 pemain di seluruh dunia bermain bola basket 3x3.

Sara juga akan menjadi perempuan keturunan Arab dan Afrika yang akan memimpin jalannya pertandingan bola basket 3x3 di ajang olahraga bergengsi, Olimpiade.

'Saya mengusahakan yang terbaik' Sara mengaku menjadi bagian dari Olimpiade adalah 'sebuah mimpi'.

Masa pagebluk membuat pesta olah raga dunia ini berlangsung seperti yang sudah-sudah. "Kami sangat khawatir apakah ini akan berlangsung atau tidak, tapi akhirnya jadi juga."

Keluarga sangat bangga, kata Sara. Tapi dia menyadari dengan pencapaian yang luar biasa itu, ada beban harapan di pundaknya.

"Ini adalah tanggung jawab besar ketika saya bukan hanya hadir untuk diri sendiri, tapi juga [negara Afrika dan Arab].

"Ini tak mudah, tapi saya ingin menjadi perwakilan yang baik untuk mereka, sehingga saya akan mengusahakan yang terbaik".

Sara adalah orang yang bertutur dengan lemah lembut, dan senyuman yang bersahabat. Dia berbicara kepada saya hanya beberapa jam setelah tiba kembali di Mesir, setelah menjadi wasit bola basket di Rumania.

"Setiap saya mencapai sesuatu dan berpikir bahwa ini adalah pencapaian terbesar, Allah memberikan saya kejutan dan membuka kesempatan baru yangi jauh lebih besar dari sebelumnya," katanya kepada saya.

"Pada musim terakhir, saya dinominasikan untuk memimpin jalannya pertandingan semi-final bola basket putra liga Mesir. Itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.

Pada musim itu, Sara membawa prestasinya lebih jauh, ketika dia memimpin pertandingan final Mesir Cup dan Liga Bola Basket Afrika.

"Itu semua adalah langkah besar bagi saya, dan semua wasit perempuan lainnya di Mesir, karena ini pertama kali wasit perempuan memimpin jalannya pertandingan final tim pria di negara ini."

Berjalan dua arah

Perjalanan Sara menuju Olimpiade tidak berlangsung instan.

Kisahnya berawal saat ia muda, melihat kakaknya bermain bola basket, dan menemaninya pada sesi latihan. Pada usia lima tahun, Sara mulai bermain bola basket. Ketika berusia 15 tahun, ia sudah mulai menjadi wasit.

Selama delapan tahun, dia menjadi pemain sekaligus wasit. Dia memutuskan untuk berhenti bermain dan fokus memimpin jalannya pertandingan, sebagai pilihan yang memiliki tantangan terbesar.

"Ini tak mudah ketika pertama kali Anda berada di sini - Anda harus berani melakukannya.

"Tapi ketika Anda percaya pada sesuatu, Anda harus juga percaya bahwa jika Anda mengambil sebuah langkah, ini akan berhasil."

Sara terbiasa menjalani beberapa peran pada saat bersamaan. Sembari berkuliah selama lima tahun, dia mengejar mimpinya di dunia bola basket. Bahkan kini saat menjadi wasit, dia masih bekerja sebagai insinyur.

Itu menantang, katanya. "Tapi saya mendapat dukungan dari keluarga yang mengajari saya menyeimbangkan waktu saya di antara dua arah".

Sekarang rekan-rekan kerjanya turut mendukung.

"Mereka menonton pertandingan saya, dan tentu saja mereka mendukung saya di Olimpiade."

Mendapat bimbingan Allah
Karena meyakini bimbingan Allah itu, Sara mengatakan dia jadi tidak jumawa.

"Saya percaya jika saya berusaha sebaik mungkin, maka hasilnya pun akan baik."

"Kamu harus berusaha dengan segala yang kamu punya." Dia menambahkan, "dan serahkan hasilnya kepada Tuhan karena Tuhanlah penuntun perjalananmu."

Begitulah dia memulai setiap pertandingan.

Saya berdoa dan berkata, Tuhan bantu saya untuk agar pertandingan ini berjalan baik."

Kepercayaan itulah yang dia terapkan di lapangan. Sara adalah wasit pertama FIBA yang menggunakan hijab dalam pertandingan internasional, hal ini berdasarkan peraturan yang berubah di tahun 2017.

Sara mendapatkan reaksi positif sebagai wasit berhijab.

"Bahkan, beberapa pemain bilang hijab saya keren," katanya.

"Ini baik bagi saya, untuk membuka jalan bagi perempuan-perempuan berhijab lainnya yang ingin mengejar mimpinya menjadi wasit."

Dia mengatakan para wasit perempuan muda di negaranya kadang menyuratinya, mengatakan, "mereka merasa tidak punya kesempatan untuk menjadi bagian dari pertandingan-pertandingan besar atau keliling dunia."

"Lalu saya mengatakan pada mereka, kamu bisa melakukan yang lebih baik dari saya. Kamu bisa mencapai semua impianmu di mana pun kamu inginkan. Kamu punya kekuatan untuk melakukannya.

"Ini adalah sebuah kehormatan besar, bahwa mereka bisa berpikir tentang masa depan mereka sebagai wasit dan lihatlah jika mereka bekerja keras, mereka akan meraih mimpi-mimpi."

Itulah apa yang dia inginkan dari perempuan Muslim muda dari seluruh dunia, memperhatikan dan mengambil contoh kesuksesannya, selagi mereka melihatnya dari pinggir lapangan pertandingan di Tokyo,

"Fokuslah untuk menjadi yang terbaik, dan tetapkan tujuan tertinggi, kemudian kamu dapat mencapai hal yang lebih tinggi.

"Saya yakin, bahwa perempuan memiliki kekuatan magis. Kita ini sangat, sangat kuat." (ds/sumber BBC News Indonesia)

Tags :