Ada Potensi DKI Jakarta Kena Imbas Hantaman Tsunami Raksasa Selatan Jawa

  • Oleh : Dirham

Senin, 16/Agu/2021 16:18 WIB
Ternyata bila ada tsunami besar akibat megathrust Selat Sunda, dan sekitarnya, maka gelombang tsunami bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter. Ternyata bila ada tsunami besar akibat megathrust Selat Sunda, dan sekitarnya, maka gelombang tsunami bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter.

JAKARTA (BeriataTrans.com) - Meski di pesisir utara, wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih punya potensi kena imbas bila terjadi potensi tsunami 'raksasa' sampai setinggi 20 meter di selatan Pulau Jawa. Bagaimana penjelasannya?

Ternyata bila ada tsunami besar akibat megathrust Selat Sunda, dan sekitarnya, maka gelombang tsunami bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter.

Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan, berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga pesisir selatan Pulau Jawa seperti Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur. Dari hasil pemodelan, jika gempa terjadi kekuatannya dapat mencapai magnitudo (M) 8,7 hingga 9,0, bisa jadi diikuti tsunami setinggi 20 meter.

"Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar. Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri dalam keterangan, Senin (16/8/2021).

Heri menjelaskan dari pemodelan tersebut menyiratkan bahwa tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperan sangat penting, tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juta melindungi Jakarta dari tsunami.

"Untuk itu kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan tanggul sepanjang pesisir Jakarta. Fakta ini mau tidak mau harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti," ujar Heri yang juga Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB.

"Mari kita sikapi dengan bijak dan waspada. Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin kita cegah, kecuali dengan doa. Apa yang bisa kita perbuat adalah bagaimana kita bersiap menghadapinya," tutur Heri.
  
Kabar soal potensi tsunami raksasa sampai 20 meter di pesisir Pulau Jawa, bahkan sempat dikabarkan sampai 29 meter di pesisir Jawa Timur, sempat ramai muncul sejak 2020 hingga 2021 ini.

BMKG sempat merespon soal informasi potensi terjadinya gempabumi dengan kekuatan 8,7 yang diikuti tsunami setinggi 29 meter di sepanjang pesisir pantai selatanm, khususnya Jawa Timur 

Pihak BMKG menegaskan Indonesia sebagai wilayah yang aktif dan rawan gempabumi memiliki potensi gempabumi yang dapat terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan (magnitudo).

"Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempabumi," jelas pihak Humas BMKG.

Catatan BMKG, berdasarkan hasil kajian dan pemodelan para ahli yang disampaikan pada diskusi bertajuk "Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur, zona lempeng selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8,7.

"Tetapi ini adalah potensi bukan prediksi yg pasti, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu. Untuk itu kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural dengan membangun bangunan aman gempa dan tsunami," jelas BMKG.

BMKG mengingatkan Pemerintah Daerah dengan dukungan Pemerintah Pusat dan Pihak Swasta menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi yang layak dan memadai, BPBD memastikan sistem peringatan dini di daerah rawan beroperasi/ terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam tiap hari untuk meneruskan Peringatan Dini dari BMKG.

Pemerintah Daerah dengan Pusat juga harus melakukan penataan tata ruang pantai rawan agar aman dari bahaya tsunami dengan menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai zona sempadan untuk pertahanan terhadap gelombang tsunami dan abrasi.

Selain itu, pemerintah Daerah dengan Pihak terkait perlu membangun kapasitas masyarakat/edukasi masyarakat untuk melakukan response penyelamatan diri secara tepat saat terjadi gempabumi dan tsunami.

"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," jelas BMKG. (ds/sumber CNBC News Indonesia)

Tags :