Bambu Sebagai Kontruksi Jalan Tol Semarang-Demak, Begini Penjelasannya!

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 13/Okt/2021 16:31 WIB
Tumpukan Bambu yang dipakai PUPR untuk membangun Jalan Tol Semarang-Demak.(foto:Ist) Tumpukan Bambu yang dipakai PUPR untuk membangun Jalan Tol Semarang-Demak.(foto:Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kembali berinovasi dan melakukan terobosan baru dalam konstruksi jalan tol di Indonesia, melalui penggunaan bahan bambu sebagai sistem matras Jalan Tol Semarang-Demak. 

Hal tersebut dilakukan karena konstruksi jalan tol Semarang-Demak itu sekaligus juga merupakan tanggul laut. 

Baca Juga:
Hutama Karya: Ini Besaran Tarif Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan

Bambu dijadikan sebagai bahan baku sistem matras jalan tol itu, sejumlah pihak pun sebelumnya sempat mempertanyakan benchmark (tolok ukur) dari inovasi penggunaan bambu tersebut. 

Merespons hal tersebut, Direktur Jalan Bebas Hambatan Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR, Budi Harimawan Semihardjo pun menjelaskan. Inovasi ini digunakan merujuk pada kondisi riil di lapangan. 

Baca Juga:
Selama Mudik dan Balik Lebaran 2025, Hutama Karya Catat 2.9 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans Sumatera

Dia memaparkan, Jalan Tol Semarang-Demak ini berada pada lokasi di mana kondisi tanah lunaknya cukup dalam. Sebagian besar pekerjaannya pun ternyata berada pada lokasi di daerah laut. 

"Pekerjaan yang paling utama adalah melakukan perbaikan pada tanah dasar, sehingga konstruksi dapat dilaksanakan," kata Budi seperti dikutip BeritaTrans.com dari VIVA, Senin (11/10/2021). 

Baca Juga:
Dukung Kelancaran Arus Balik Lebaran 2025, Hutama Karya Masih Gratiskan Lima Ruas Tol Trans Sumatera

Karenanya, dengan mengacu pada beberapa pekerjaan perbaikan tanah lunak yang pernah dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan sistem matras bambu. Maka untuk Jalan Tol Semarang-Demak pun dilakukan inovasi yang sama untuk perbaikan tanah dasarnya. 

"Hal ini dilakukan untuk dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan biaya yang efisien," ujarnya. 

Saat ditanya ruas tol mana lagi yang kiranya bisa juga menggunakan inovasi konstruksi bahan bambu tersebut, Budi mengatakan bahwa penanganan perbaikan tanah dengan metode menggunakan matras bambu, PVD (prefabricated vertical drain), dan preloading, cocok untuk diterapkan pada ruas tol yang mempunyai tanah lunak dan kondisi eksistingnya selalu terendam oleh air. 

"Karena bambu mempunyai daya tahan yang lama apabila selalu jenuh air. Maka sistem itu juga dapat diimplementasikan di ruas tol lain yang memiliki kondisi serupa dengan Tol Semarang-Demak," ujarnya.(fh/sumber;viva)