Kapal Pukat Harimau Terpantau Beraktivitas di Perairan Lingga, Meresahkan!

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 21/Okt/2021 06:50 WIB
Kapal pukat harimau diamankan di perairan Rohil. Istimewa Kapal pukat harimau diamankan di perairan Rohil. Istimewa

KEPRI (BeritaTrans.com) - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, sering menemukan kapal pukat harimau (trawl) beraktivitas di antara Pulau Numbing dengan Perairan Pulau Gentar, Kabupaten Lingga. Hal tersebut meresahkan nelayan tradisional di daerah ini. 

Ketua KNTI Bintan, Syukur Hariyanto alias Buyung Adly mengatakan, aktivitas kapal pukat harimau itu meresahkan nelayan tradisional. Apalagi jumlahnya tidak sedikit. Pukat harimau tidak hanya merusak terumbu karang melainkan juga mengancam kepunahan ekosistem ikan. 

Baca Juga:
Sepanjang Libur Lebaran, Penumpang ASDP Naik 3%, Kendaraan 9%

Akibatnya, kata dia, produktivitas nelayan tradisional di Perairan Pulau Numbing, Bintan, dan Pulau Gentar menurun. 

"Ada sebanyak 20 kapal pukat harimau. Kami sudah mengidentifikasi berdasarkan laporan nelayan," katanya di Bintan, Rabu (20/10/2021). 

Baca Juga:
Selama Angleb, ASDP Layani Hingga 4,14 Juta Penumpang di 8 Lintasan

Rata-rata kapal tersebut, dia menerangkan, memiliki kapasitas 10-12 GT dengan ukuran panjang sekitar 20 meter. Kapal itu dapat menampung beban sekitar 10 ton. 

Kapal-kapal itu, paparnya, sandar di tempat yang jauh dari aktivitas nelayan tradisional, namun masih di Perairan Bintan dan Perairan Tanjungpinang. 

Baca Juga:
Inisiatif Green Port, Terminal Teluk Lamong Raih Dua Pengakuan Internasional di Ajang Global Ports Forum

"Kapalnya cukup besar, dengan intensitas kerusakan ekosistem di laut cukup tinggi jika tidak segera dihentikan," ujarnya seperti dilansir dari Antara. 

Buyung mengatakan, aktivitas kapal pukat harimau itu secara terselubung, bahkan pemilik kapal pukat harimau itu membuat seolah-olah kapal tersebut hanya memiliki jaring biasa dan bubuh. Bagi nelayan tradisional, menurut dia, tidak sulit mengidentifikasi kapal pukat harimau. 

"Kalau kita lihat sekilas seperti kapal biasa, tampak jaring dan bubuh," terangnya. 

Dia menegaskan, permasalahan aktivitas pukat harimau tersebut sudah disampaikan kepada berbagai instansi yang berwenang. 

"Kami berharap permasalahan ini segera dituntaskan untuk kepentingan nelayan tradisional Bintan dan Lingga," tutupnya. (sumber:merdeka)