Bareng sama Sayuran dan Karung Beras, Kisah Pelanggan KRD Tujuan Cibitung-Klender Tahun 1998: Nyampe Lecek Pulang Lecek!

  • Oleh : Ahmad

Rabu, 27/Okt/2021 16:16 WIB
Stasiun Cibitung (foto-foto:Dok/BeritaTrans.com/ahmad) Stasiun Cibitung (foto-foto:Dok/BeritaTrans.com/ahmad)

CIBITUNG (BeritaTrans.com) - Saat ini transportasi kereta di Indonesia sudah semakin baik, tidak seperti dahulu naik Kereta Rel Diesel (KRD) yang merupakan kereta lokal Jakarta Cikampek di tahun 1990 an.

Baca Juga:
Diantar Adik, Siswi SD Berpayung ke Stasiun Cibitung

Namun jauh sebelum seperti ini, wilayah Jabodetabek sudah akrab dengan angkutan kereta listrik atau KRL dan KRD. Kereta ini memang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. sedangkan KRD menghubungkan ke wilayah Bekasi, Tambun Cibitung,Cikarang Karawang sampai Purwakarta. KRL yang saat ini sistemnya sudah jauh lebih baik tentunya menjadi andalan masyarakat. dan KRD berubah menjadi KA Lokal Ekspres Walahar.

Baca Juga:
Menanti KRL Arah Jakarta, Begini Penumpang Naik Kereta Khusus Wanita di Stasiun Cibitung

Tapi tahukah kamu sebelum bisa menikmati naik KRD maupun KRL dengan nyaman seperti sekarang, dulu potret kereta api di Indonesia sangatlah miris. Dulu bukan lagi hanya berdesakan yang dirasakan saat naik KRL. Tapi banyak penumpang yang sampai naik hingga atas kereta karena gerbongnya sudah penuh terisi.

Nggak hanya itu, penumpang yang mau bekerja dan sekolah pun berbarengan dengan pedagang yang membawa sayuran dan berkarung-karung beras, ditambah lagi dengan pengamen, pengemis dan pedagang yang lainnya berkeliling di dalam kereta,

Seperti yang diungkapkan Khairul, salah satu penumpang yang pernah merasakan naik KRD dari Cibitung dan turun di Klender, "Sudah lama sejak tahun 1998, saya langganan naik kereta kalo berangkat kerja dan turun di daerah klender. Dulu itu namanya KRD hanya empat gerbong dari Jakarta ke Cikampek atau Purwakarta. Dari rumah rapih, begitu naik KRD baju lecek turun pun juga lecek, karena saking banyaknya penumpang ditambah lagi dengan pedagang bawa sayuran dan berkarung-karung beras, itu pengalaman saya jaman dulu," ungkapnya pada BeritaTrans.com, Rabu (27/10).

"Dulu Cibitung adalah stasiun swadaya dari patungan penumpang KRD, bikin peron dan dengan harga karcis Rp300 Perak bentuknya seperti kartu domino, ada juga yang sistem abumemen yang bisa dibeli di Stasiun Tambun. Sekarang pelayanan naik kereta sangat jauh berbeda, sudah enak, nyaman, adem, keretanya banyak dan nunggunya juga gak lama," tambahnya.

"Tetap jaga kesehatan, apalagi ini sedang pandemi virus, tetap pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan, semoga kereta tetap terus dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi pelayanannya.(ahmad)