Kisah dokter gigi dengan pasien macan, walrus, hingga beruang kutub liar

  • Oleh : Redaksi

Senin, 01/Nov/2021 22:20 WIB
Dr Kertesz telah puluhan tahun mengobati gigi hewan-hewan liar. Foto: bbcindonesia.com. Dr Kertesz telah puluhan tahun mengobati gigi hewan-hewan liar. Foto: bbcindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Dr Peter Kertesz bukan lah seorang dokter gigi biasa. Pada Senin hingga Kamis, dia mengobati manusia di kliniknya yang berlokasi di pusat Kota London. Namun, di luar itu, dia juga memiliki pekerjaan sampingan yang menarik.

Dr Kertesz telah berkeliling Inggris, bahkan dunia, untuk melakukan operasi gigi terhadap berbagai jenis hewan liar. 

"Kami baru saja merawat seekor singa, seekor jaguar dan beberapa kera. Dua gigi singa itu patah - yang satu dicabut dan yang satu lainnya ditambal - kondisinya sudah baik-baik saja," kata Kertesz kepada BBC.

Bagaimana dia bisa menjadi dokter yang tidak hanya merawat manusia? Lalu, bagaimana rasanya harus memasukkan tangan ke dalam mulut hewan karnivora yang berukuran sangat besar?

Awal dari petualangan

Dr Kertesz memiliki daftar panjang pasien hewan, di antaranya walrus, lumba-lumba, harimau, gajah, serta banyak jenis hewan berukuran besar maupun kecil lainnya.

Dia telah merawat hewan selama lebih dari empat dekade. Menurutnya, dia menangani lebih dari 200 kasus per tahun.

Dr Kertesz merupakan satu dari sedikit dokter gigi yang memiliki spesialisasi dalam penangkaran hewan liar. Namun, perjalanannya menuju profesi itu sebenarnya tidak direncanakan.

Dia lulus pendidikan sebagai dokter pada 1969, kemudian bekerja merawat pasien manusia selama sembilan tahun.

"Pada 1978, saya mendapat telepon dari seorang dokter hewan yang bertanya apakah saya bisa membantu kucingnya. Saya pikir itu akan sulit, tetapi pada akhirnya saya melakukannya," kata dia.

Percakapan yang tidak disengaja itu kemudian menjadi awal dari karirnya menghadapi hewan-hewan liar.

Menghadapi bahaya

Tim Dr Kertesz terdiri dari seorang perawat dan seorang ahli anestesi. Dia mengatakan, hewan yang berukuran lebih besar biasanya perlu dibius lebih dulu, namun sering kali hewan-hewan itu melesat.

"Ini adalah pekerjaan yang sangat profesional. Anda tidak bisa merasakan emosi dan tidak boleh santai. Anda harus berupaya untuk bisa bekerja dengan baik," katanya. "Anda bekerja melawan jam anestesi. Saya selalu berusaha melakukannya dengan cepat dan efisien."

Hal itu bisa dimaklumi mengingat Dr Kertesz harus memasukkan tangan hingga sikunya ke dalam rahang seekor karnivora raksasa - beruang kutub, misalnya, yang merupakan karnivora darat terbesar di dunia dengan berat mencapai 600 kilogram.

Dr Kertesz juga telah memiliki jadwal untuk menangani seekor beruang kutub pada Oktober.

Melakukan operasi terhadap beruang kutub yang sedang sakit gigi tentu berisiko, tetapi tantangan lainnya adalah untuk bisa menempatkan hewan tersebut di meja operasi.

Dr Kertesz telah melihat hewan-hewan yang sakit dan berusia tua akhirnya mati di meja operasi.

"Secara umum anestesi sangat berbahaya bagi hewan. Kami berusaha menggunakan anestesi dalam dosis minimal sehingga hanya menyebabkan trauma yang juga kecil."

Dia juga bekerja sama dengan dokter hewan residen. Selain itu, ada banyak upaya yang dilakukan dalam merencanakan sebuah operasi sehingga hasilnya bisa sesuai harapan dan tidak memerlukan penanganan lanjutan.

Apa bedanya menangani pasien hewan dan manusia?

Tantangan pertama yang kerap dihadapi adalah mengetahui bantuan medis yang dibutuhkan oleh hewan, sebab hewan tidak bisa menyampaikan apa yang terasa sakit atau menggambarkan kondisi mereka.

"Banyak hewan menyembunyikan rasa sakit mereka - mereka tampak terbiasa dengan rasa sakit itu, mereka tidak menunjukkannya seperti manusia," kata Dr Kertesz. 

"Kadang-kadang sakit yang dialami bisa terlihat jelas, seperti pembengkakan, keputihan, atau enggan makan."

Sering kali para pemelihara hewan lah yang memperhatikan adanya perubahan perilaku pada hewan tersebut, yang disebabkan oleh sakit gigi atau masalah lainnya.

Sebagian besar tindakan medis yang dilakukan Dr Kertesz terhadap hewan yakni mencabut gigi, menambal, serta menangani masalah pada akar gigi.

"Kami tidak pernah membuat prostetik. Beberapa orang membuat gigi palsu dengan efek yang merusak. Hewan hidup di lingkungan yang dilindungi, jadi kami hanya mengganti makanannya."

Tantangan lainnya, menurut Dr Kertesz, adalah mendapatkan alat yang dia butuhkan untuk menangani berbagai jenis hewan.

"Hewan memiliki struktur rahang yang berbeda. Itu berarti saya membutuhkan berbagai macam peralatan untuk merawat mereka. Kami harus mendesainnya dari awal. Saya juga meminta kepada ahlinya agar dibuatkan secara khusus."

Sejauh ini, perlengkapan terbesar yang dia miliki adalah bor untuk gajah, dengan berat mencapai 32 kilogram.

Hewan apa yang menjadi favorit Dr Kertesz?

Dr Kertesz mengatakan dia tidak memiliki hewan favorit untuk dirawat, sebab setiap jenis hewan memiliki tantangan tersendiri. Dia akan memeriksa hewan mana pun yang membutuhkan bantuannya.

"Karnivora yang berukuran besar cenderung mudah dirawat," tutur dia. "Anda dapat dengan mudah memasukkan tangan ke dalam mulut mereka. Anda hanya membutuhkan alat yang tepat dan melakukannya dengan cepat!"

"Walrus adalah hewan yang sangat menarik dan cerdas, saya sangat menyukainya," kata Dr Kertesz. "Sayangnya di taman laut, mereka kerap mengarahkan gigi taring mereka ke beton, sehingga taring mereka terinfeksi".

Dia juga telah bepergian ke Rusia hingga Korea Selatan untuk merawat walrus yang berada di taman laut. Biasanya, Dr Kertesz juga harus membantu mengeluarkan taring mereka.

"Biasanya diperlukan waktu sekitar 25 hingga 40 menit untuk melepaskan setiap gading. Seluruh operasi terkadang bisa berlangsung dua hingga tiga jam."

Menyelamatkan nyawa 

Dr Kerstesz meyakini intervensi medisnya telah mencegah kematian dini pada banyak hewan.

"Mulut adalah pintu gerbang kesehatan hewan. Struktur gigi yang rusak bisa menjadi jalur bagi patogen untuk masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan dampak yang serius."

Dia jarang mengunjungi hewan yang sama dua kali, sementara itu dia bisa bertemu dengan pasien manusianya secara rutin selama 30 hingga 40 tahun. Dia menghargai bagian dari pekerjaannya ini, namun fakta bahwa waktunya dengan hewan apa pun cepat berlalu juga membuatnya sedih.

"Kami tidak memiliki hubungan yang lama dengan hewan. Biasa saja.

"Kami tidak pernah mengalami hari-hari yang membosankan dengan hewan. Ketika saya berkerja dengan baik dan dan hewan itu bisa mendapatkan manfaatnya, terlihat baik, dan sehat, saya merasa bahagia." (dn/sumber: bbcindonesia.com)