Hub and Spoke Tol Laut Wujudkan Pemerataan Ekonomi dan Tekan Disparitas Harga

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 16/Nov/2021 13:36 WIB
Kepala BalitbangHub, Umar Aris. Kepala BalitbangHub, Umar Aris.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Mewujudkan pemerataan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia, Pemerintah sinergikan pelabuhan kecil akan terintegrasi dengan pelabuhan utama dengan desaign Hub and Spoke untuk menujang Tol Laut. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Kementerian Perhubungan, Umar Aris menyampaikan, Berdasarkan data Bapenas tahun 2019, angka perbandingan PDB antara kawasan Timur Indonesia dan kawasan Barat Indonesia (KBI) yaitu 18,6 persen, berbanding 81,4 persen. Hal ini menunjukan pemerataan ekonomi yang masih belum seimbang. 

Baca Juga:
H+12 Lebaran 2024, Pelindo Regional 4 Catat 667.012 Penumpang Naik dan Turun di Pelabuhan Timur Indonesia

"Pada sisi lain, disparitas harga barang juga cukup signifikan, ditambah pendapatan perkapita masyarakat kawasan timur indonesia masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat kita di kawasan barat Indonesia, sehingga menjadikan daya beli masyarakat di kawasan timur Indonesia masih relatif lebih rendah," ujar Umar Aris dalam pembukaan FGD dengan tema Hub and Spoke untuk Menunjang Tol Laut yang diadakan oleh Balitbanghub secara daring, Selasa (16/11/2021). 

Untuk menunjang pendistribusian barang dan pengembangan ekonomi di daerah terpencil serta meningkatkan konektivitas antarwilayah dan penyelenggaraan, sarana transportasi laut berdasarkan Hub and Spoke dikatakan Umar Aris sebagai moda yang memegang peranan penting dalam pengembangan, pemerataan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 

Baca Juga:
Tingkatkan Kapasitas Bongkar Muat Curah Kering, Pelindo Tambah 2 Unit Mini Bulldozer

"Upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang program tol laut adalah dengan membuat sebuah jaringan pelabuhan yang mampu menjadi alternatif dalam bidang logistik kelautan dengan konsep Hub and Spoke," kata Umar Aris. 

Ia menjelaskan, kebutuhan angkutan laut memerlukan lebih banyak simpul/rute pelayaran komersil dan nonkomersil (perintis) antarkota/kabupaten. Dengan kinerja operasional yang efektif dan efisien serta jangkauannya yang cukup luas dalam rangka mewujutkan konektivitas antarkota dan kabupaten. 

Baca Juga:
Pelindo Group Wilayah Kerja Makassar Gelar Halal Bihalal Idulfitri 1445 H

Melalui Tol Laut dengan desaign Hub and Spoke diharapkan dapat mempengaruhi biaya operasional transportasi dan akan menentukan harga barang/logistik kepada masyarakat/konsumen. 

"Disparitas harga disebabkan karena produk kebutuhan bahan pokok dan bahan penting yang dikonsumsi pada masyarakat Indonesia sebagian besar diproduksi di kawasan Barat Indonesia," ujarnya. 

Desaign rute menggunakan Hub and Spoke adalah dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan pengumpul. Pelabuhan utama biasa dipilih sebagai Hub berdasarkan lokasi/permintaan muatan pengiriman. Sementara pelabuhan lain berperan sebagai Spoke yaitu kapal besar digunakan untuk distribusi muatan antarHub sedangan untuk kapal yang berukuran lebih kecil digunakan untuk mendistribusikan barang dari Hub ke Spoke atau sebaliknya. 

"Hal ini sangat bermanfaat pada pengangkutan barang ke daerah yang masih sulit dijangkau dan tidak dapat dilayanai oleh kapal besar, sehingga efek tersebut menjadi rute terbaik dan juga menghasilkan biaya yang paling efisien, dimana dapat menekan biaya operasional kapal, biaya pengiriman dengan mempertimbangkan muatan yang dibawa kapal, harga bahan bakar dan biaya kontainer," sambung Umar Aris. 

Selain itu, ia juga menambahkan diperlukan pemanfaatan sistem informasi berbasis jaringan dalam pengiriman barang angkutan tol laut agar lebih mudah dikontrol. 

"Untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal lagi, khususnya dalam mendukung Tol Laut ini tentu diperlukan kolaborasi yang baik dari seluruh pemangku kepentingan atau stakeholder terkait," katanya. 

Seperti diketahui Tol Laut Indonesia sejalan dengan visi misi program pemerintah dalam perencanaan pembangunan jangka panjang nasional RPJPN 2005-2025. 

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyampaikan konsep Hub and Spoke  akan menekan biaya operasional, harga bahan bakar dan waktu untuk lebih berjalannya Tol Laut, terlebih Indonesia merupakan negara yang didominasi oleh kelautan. 

"Indonesia didominasi kepulauan dan periaran yang menjadikan transpotasi laut sebagai moda yang memegang peranan penting," kata Kemenhub saat menjadi Keynote speaker di FGD tersebut. 

Tol laut merupakan satu proram pemerintah bertujuan menujung distribusi pangan dan pengembangan ekonomi di daerah terpencil serta meningkatkan konektifitas antarlini. 

Seiring dengan rute Tol Laut, Menteri Budi menjelaskan, pada tahun 2017 terdapat 13 trayek, saat ini di tahun 2021 menjadi 32 trayek, dengan mengoperasikan sebanyak 32 kapal dan terdapat 114 pelabuhan serta muatan diatur mencapai 250.000 ton. Tahun 2020 angka perbandingan ini, antara kawasan Timur Indonesia dan kawasan Barat Indonesia 18, 6 persen berbanding 81,4 persen. 

"Ini menujukan bahwa pemerataan ekonomi masih jauh. Di sisi lain disparitas harga barang sangat disebabkan produk bahan pokok sebagian besar dari kawasan Barat Indonesia," ujar Budi.(fhm)