Oleh : Redaksi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pengukuran satelit menunjukkan bahwa 2021 merupakan salah satu tahun terpanas dalam catatan, dengan tujuh tahun belakangan ini sebagai periode paling panas yang tercatat secara global.
Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S) Senin (10/1/2022) menyatakan bahwa tahun 2021 adalah tahun terpanas kelima menurut catatan sejak 1850, dengan rata-rata suhu dunia atau global sedikit lebih hangat daripada dalam periode praindustri pada tahun 1850 hingga 1900.
Baca Juga:
Indonesia - Timor Leste Kerja Sama Bikin Komitmen Jaga Keberlanjutan Ekosistem Laut
Vincent Henri Peuch, Direktur Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus mengatakan, “Fitur yang menonjol ada di Amerika Utara, khususnya di sedikit bagian AS dan Kanada, dengan anomali tinggi – panas, tetapi juga ada anomali panas di Afrika Utara dan Timur Tengah, dan kita juga menghadapi sejumlah anomali dingin, khususnya di bagian barat Siberia.”
Petugas pemadam kebakaran beupaya memadamkan api akibat kebakaran hutan antara Navlacruz dan Riofrio dekat Avila, Spanyol tengah, 16 Agustus 2021. (AFP)
Baca Juga:
Pengelolaan Logistik Sampah untuk Pemberdayaan Masyarakat
C3S, yang melacak suhu global dan indikator-indikator iklim lainnya, juga melaporkan bahwa kadar karbon dioksida dan metana di atmosfer terus meningkat tahun lalu, mencapai titik tertinggi baru.
Negara-negara yang menandatangani Perjanjian Iklim Paris 2015 telah berjanji akan berusaha membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas suhu pada periode praindustri. Para ilmuwan menyatakan ini akan membantu dunia menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim. (fhm/sumber:VOA)